Peran
Seorang Guru Agama Buddha
Dalam
Menerapkan Teori Samadhi Pada Anak Didik
Disusun
guna memenuhi tugas akhir semester II
mata
kuliah samadhi
Disusun oleh:
Andi Setiyono
( 11.1.199 )
SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA
(STAB) SYAILENDRA
SEMARANG
2012
KATA
PENGANTAR
Namo
Buddhaya,
Puji
syukur penulis panjatkan kepada Sang
Tiratna atas berkah dan karma baik yang
telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada semester
II mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan di Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB)
Syailendra Semarang
Penulis menyadari bahwa makalah ini
dapat diselesaikan atas bimbingan serta arahan dari semua pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Hastho Bramantyo,S,fil,
M.A. selaku Ketua STAB Syailendra.
2.
Suranto, S.Ag., M.A., selaku dosen mata
kuliah Dasar-Dasar
Pendidikan yang telah memberikan petunjuk dan
pengarahan.
3.
Bapak dan Ibu serta
teman-teman yang mendukung penulis untuk terus maju, sehingga sangat membantu
dalam makalah ini.
4.
Serta semua pihak yang
telah membantu terselesainya makalah ini.
Akhirnya
penulis menyampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
dapat berguna bagi para pembaca.
Semarang, 18 Mei 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR
ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang 1
b.
Rumusan masalah 3
c.
Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN ISI
a.
Pengertian Samadhi 5
b.
Peran seorang guru
agama buddha dalam mengenalkan
samadhi pada anak didik 8
c.
Gangguan-gangguan yang
terjadi dalam proses penggenalan
samadhi pada anak didik 12
BAB III PENUTUP
a.
Kesimpulan 14
b.
Kritik dan saran 14
c.
Daftar pustaka 15
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Umat buddha yang ada di
Indonesia pada akhir-akhir ini mulai terjadinya angka penurunan kualitas
keyakinan akan Buddha Dhamma. Penurunan kualitas umat buddha akhir-akhir ini
ditujukan dengan banyaknya umat buddha yang memilih pindah agama dikarenakan
pernikahan dan gengsi yang
ada dimasyarakat. Selain hal tersebut, penurunan umat budha
yang ada di masyarakat
lebih dikarenakan kurangnya penggertian yang mendalam akan buddha dhamma pada
kalangan muda.
Demi meningkatan keyakinan Buddha-Dhamma yang ada
dimasyarakat, salah satu cara yang dapat ditempuh
adalah dengan menanamkan keyakinan
akan Buddha-Dhamma melalui
praktik samadhi. Melalui penggenalan
samadhi sebagai dasar
untuk meningkatkan keyakinan umat Buddha, haruslah mulai ditanamkan dimasyarakat
sejak usia dini. Pengenalan samadhi sejak usia dini tersebut nantinya akan dapat mendasari keyakinan yang mengakar kuat dijiwa
masyarakat.
Dalam proses penggenalan samadhi pada anak didik sejak usia dini, sangatlah membutuhkan
peran
seorang guru agar dapat
memberikan bimbingan anak didik untuk mendalami praktik samadhi.
Dengan adanya peran guru
pembimbing akan dapat mempermudah anak didik dalam menerapakan
teori yang pernah dipelajari. Dengan adanya peran guru dalam proses penggenalan samadhi
akan berpengaruh besar pada hasil dan kualitas anak didik dalam penerapan
samadhi.
Sebagai seorang guru dalam proses penggenalan samadhi
pada anak didik,
haruslah mampu mengarahkan anak didik pada praktik samadhi yang sederhana dan menarik. Dengan
penggenalan samadhi yang menarik dan
sederhana, nantinya akan dapat memberikan
kontibusi pada anak didik dalam menerapkan praktik samadhi secara
mudah. Selain iu, dengan proses penggenalan praktik samadhi
dengan cara-cara yang menarik dan sederhana pula akan
berdampak positif pada
pelaksanaan praktik samadhi pada anak didik secara mandiri dikehidupan sehari-hari.
Untuk memudahkan penulis dalam mendapatkan
informasi serta data yang cukup mengenai peranan seorang guru agama buddha
dalam menerapkan teori samadhi pada anak didik, penulis menggumpulkan informasi
dan data yang dibutuhkan salah satunya
dengan melakukan
wawancara dengan pembicara Sutinem S.Ag., seorang guru SD N 01 Dusun Kenteng,
Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Berikut adalah sekilas tentang
pembicara:
Sutinem S.Ag.,
merupakan sosok guru agama Buddha yang aktif dan berkecimpung didunia pendidikan
anak usia dini. Disaat
sekarang
diusia Sutinem
yang masih muda, beliau merupakan sosok guru yang aktif dan berkecimpung dalam menggembangkan
pendidikan usia dini melalui proses
pengajaran
di sekolah dasar serta disekolah minggu yang ada disekitar tempatnya tinggal. Keaktifan Sutinem ditujukan demi
tujuan yang mulia untuk menggembangkan Buddha-Dhamma yang ada yang di sekitar tempat tinggal beliau.
Saat ini beliau
bertempat
tinggal di RT.08/RW.02, Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.
Tempatnya tinggal yang stategis serta
berdekatan dengan tempatnya mengabdikan diri, semakin memudahkan beliau terjun dimasyarakat serta
menggembangkan buddha dhamma yang ada dilingkungan terdekatnya.
Sejalan dengan karirnya
dalam dunia pendidikan tidaklah bisa terlepas dengan perjalanan pendidikannya
hingga membawa sutiyem menjadi sosok yang dapat dibanggakan pada jaman
sekarang. Sutinem memulai karir pendidikannya sebagai lulusan SD N 01 kenteng
pada tahun 1994, lulusan SMP N 03 Susukan
pada tahun 1997, melanjutkan di SMU N 01 Tenggaran lulusan tahun 2003,
kemudian meninih karir pendidikannya dengan melanjutkan D III di STIAB Smaratungga lulusan tahun 2003. Setelah lulus dari pendidikan D
III di Smaratungga, karena adanya tuntutan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya serta
untuk melanjutkan pendidikanya kejenjang yang lebih tinggi, beliau memulai menitih karir mengajarnya di SMP N 03 Susukan. Di SMP N 03 Susukan merupakan
tempat awal beliau dalam mengembangkan Buddha Dhamma yang ada dilingkungan
sekitarnya hingga tahun 2005. Pada tahun 2005, beliau memutuskan untuk pindah tempat mengajarnya di
SD N 01 Kenteng. Disela-sela beliau mengajar di SD N 01 Kenteng, beliau
melanjutkan kembali SI di STIAB Smaratungga yang pernah beliau tunda demi
memenuhi kebutuhan keluarganya. Hingga pada tahun 2010 gelar SI yang beliau
nantikan dapat beliau capai dengan predikat baik.
Semangat Sutinem
merupkan semangat yang patut anak-anak didik contoh pada masa sekarang. Semangat
yang tidak pernah berhenti demi meraih cita-cita yang
tertinggi serta pengabdian
diri beliau didunia pendidikan yang pantang menyerah. Demi
mengembangkan buddha dhamma yang ada dilingkungan terdekat serta pengabdian beliau dimasyarakat,
beliau tergabung didalam perkumpulan Patria DPC Jawa Tengah dan Wandani. Selain
keikut sertaan beliau dalam organisasi Patria serta Wandani, beliau juga mengembangkan Buddha-Dhamma dilingkungan terdekatnya
dengan aktif mengikuti setiap kegiatan-kegiatan serta perkumpulan lain yang ditujukan
demi perkembangan Buddha-Dhamma.
Saat sekarang beliau juga
penggembangan Buddha-Dhamma melalui pengajar di sekolah dasar
dan disertai pengabdian diri
dalam kegiatan sekolah minggu yang beliau rintis demi meningkatkan dan
menggembangkan keyakinan akan Buddha Dhamma.
B.
Rumusan
masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1.
Apakah pengertian dari istilah samadhi?
2.
Bagaimna peran seorang guru agama buddha
dalam mengenalkan samadhi pada anak didik?
3.
Apa saja gangguan-gangguan yang sering
terjadi dalam proses penggenalan samadhi pada anak didik?
C.
Tujuan
penulisan makalah
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.
Dengan adanya makalah mengenai peran
guru agama Buddha dalam menerapkan teori samadhi bagi anak didik, penulis
berharap akan dapat memberikan wahana pengetahuan bagi pembaca.
2.
Dengan adanya makalah mengenai peran
guru agama Buddha dalam menerapkan teori samadhi bagi anak didik, penulis
berharap dapat dijadikan sebagai pedoman bagi pembaca dalam mengarahkan anak
didik dalam menerapkan teori samadhi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian samadhi
Dalam menggembangan ketenangan
serta pandangan terang, dalam tradisi agama Buddha tidak asing dengan istilah
samadhi. Melalui praktik samadhi akan mendorong seseorang dalam
pencapaian ketenangan batin. Selain ketenangan batin melalui praktek samadhi,
apabila praktik samadhi tersebut dikembangkan dengan baik serta dijalankan secara terus menerus dan
secara teratur akan membawa seseorang untuk mendapatkan pandangan terang. Dalam tahap pencapaian pandangan
terang, pada pelaksanaannya
haruslah diimbangi dengan adanya moral baik serta kebijaksanaan yang ada didalam diri seorang
meditator. Sehingga nantinya dengan adanya moral serta kebijaksanaan yang
mendasari praktik samadhi akan dapat mempermudah seseorang dalam pencapaian pandangaan terang.
Praktik samadhi dalam proses
pencapaian ketenangan batin serta pandangan terang tidaklah bisa dilepaskan
dengan adanya obyek yang menyerta pelaksanaan samadhi. Obyek
samadhi tersebut digunakan oleh umat Buddha agar dapat mengkonsentrasikan pikiran agar dapat terfokus pada satu obyek.
Penggunaan obyek yang digunakan dalam pencapaian ketenangan batin serta
pencapaian pandangan terang, obyek yang digunakan pun harus disesuaikan dengan carita seseorang. Dengan
adanya obyek meditasi yang disesuaikan dengan carita seseorang akan dapat
mempermudah bagi seseorang dalam pencapaian perkembangan batin yang lebih cepat.
Akan tetapi apabila menggunakan obyek samadhi yang digunakan tidak sesuai
dengan carita seseorang, walaupun seseorang nantinya akan mampu mendapatkan
ketenangan serta pandangan terang. Akan tetapi dalam proses pelaksanaannya untuk
mendapatkan ketenangan batin dan pandangan terang akan sangat sulit dilakukan.
Karena sifat yang ada dalam dirinya berlainan dengan obyek meditasi yang
digunakan.
Istilah-istilah samadhi sudah kerap kali kita temui dalam
buku-buku panduan agama buddha yang tersebar luas. Istilah samadhi sendiri
menurut Sutinem
secara sederhana diartikan sebagai “pemusatan pikiran”. Pemusatan pikiran tersebut
dilakukan oleh seseorang dengan mengambil
suatu obyek yang digunakan dalam proses pelaksanaan samadhi. Dengan pelaksanaan samadhi ditujukan untuk menekan segala kekotoran batin yang ada
didalam diri seseorang. Penggikisan segala kekotoran batin ini
dilakukan dengan memusatkan pikiran seseorang pada suatu obyek yang digunakan dalam proses samadhi. Penggunaan obyek tersebut dimaksudkan agar pikiran
seseorang tidak lari kesana-kemari dengan liar. Sehingga dengan penggunaan
obyek tersebut nantinya
akan mendorong
seseorang untuk memperoleh ketenangan batin serta pandangan terang pada diri praktisi
samadhi.
Dalam bahasa Pali
istilah samadhi berasal dari kata samma
yang memiliki artian benar, ᾶ
yang memiliki pengertian tunggal serta adhana yang mempunyai arti kesadaran.
Jadi istilah samadhi diartikan sebagai kesadaran yang benar yang terfokus pada
suatu obyek. Dalam hal ini, samadhi adalah pembiasaan diri seseorang agar
senantiasa memfokuskan diri pada suatu obyek yang digunakan sebagai pemusatan
batin. Selain itu, pemusatan batin pada obyek tersebut haruslah disertai dengan
adanya kesadaran benar mengenai obyek yang digunakan.
Dengan samadhi
seseorang akan dapat mengembangkan kebiasaan baik dari pikirannya. Dalam proses
pelaksanaan samadhi juga harus dilakukan
melalui kesadaran yang ada dalam diri seseorang praktisi samadhi. Dalam artian
meskipun seorang praktisi samadhi duduk dengan sikap sempurna serta melaksanaan
samadhi dalam kurun waktu yang cukup lama, namun kondisi batin seseorang tidak
lari kesana kemari dengan liar serta tidak melekat pada obyek-obyek
kemelekatan. Akan tetapi dalam pelaksanaan samadhi tersebut digunakan sebagai
upaya pengalihan pikiran agar terfokus pada suatu obyek. Sehingga nantinya
seseorang dapat menggembangkan batin yang penuh dengan cinta kasih, welas asih
serta dapat mengetahui tentang hakekat dari empat kenyataann mulia.
Pada pelaksanaan
samadhi tidaklah selamanya harus duduk dengan posisi tubuh yang sempurna. Samadhi dapat dilaksanakan dengan berbagai
macam sikap seperti berbaring, berjalan, dan pada pasisi lain. Walaupun dengan
berbagai macam sifat akan tetepi kondisi batin tetap terfokus pada suatu obyek samadhi serta kondisi batin
yang menyadari akan berlangsungnya kondisi pikiran saat bersamadhi. Pada proses
penggembangkan batin melalui samadhi tidaklah memerlukan waktu khusus dalam
pelaksanaannya. Bagi seseorang yang sudah terbiasa dan mampu dengan praktik samadhi,
seseorang akan dapat melaksanakan samadhi pada waktu tertentu serta dalam
kondisi apapun. Seperti halnya dalam kehidupan sehari-hari, bagi seorang meditator yang sudah ahli dapat bersamadhi tanpa sikap khusus saat bersamadhi, seseorang
tersebut sudah mampu melaksanakan samadhi, saat sembari berjalan di tempat yang
tenang, sesorang tersebut akan
mampu melaksanakan samadhi dapat menggunakan saat-saat berjalan tersebut sambil mengamati serta menyadari
gerak-gerik pada saat berjalan. Menyadari posisi kaki sedang terangkat,
mengayun kedepan, menginjak
tanah
serta kesadaran yang menggetahui adanya gerak-gerik tubuh lainnya saat
berjalan.
Pada umumya praktik
samadhi ditujukan untuk ketenangan batin serta pandangan terang. Pikiran yang
terpusat yang dihasilkan dengan melaksanakan samadhi dalam kehidupan
sehari-hari, akan tetapi tidak mendapatkan kemajuan batin ke arah yang lebih
tinggi seperti mencapai jhana, praktik
samadhi tersebut dikarenakan pada proses bersamadhi seseorang hanya melakukan dalam tahap
beberapa saat saja. Oleh karenanya samadhi yang dilakukan hanya untuk
menumbuhkan ketenangan yang ada dalam diri seseorang yang disebabkan oleh
rutinitas dan kesibukan sehari-hari. Sedangkan bagi seseorang yang memfokuskan
diri dalam praktik samadhi dengan melenyapkan segala belenggu-belenggu batin
(sampyojana) dan melenyapkan segala rintangan-rintangan batin (nivarana) maka seseorang tersebut nantinya
akan mampu untuk pencapaian tingkatan-tingkatan jhana dan mencapai pandangan
terang. Bagi seseorang yang kerap kali melaksanakan samadhi dengan batin yang
terpusat, maka batin seseorang akan
diliputi ketenang, kedamaian serta
diliputi dengan batin yang penuh dengan cinta kasih serta kasih sayang terhadap
semua makhluk hidup.
B.
Peran
seorang guru agama buddha dalam mengenalkan samadhi pada anak didik
Dalam proses pengenalan samadhi pada
anak didik peran guru agama Buddha sangatlah penting bagi pengembangan dan
kemajuan batin anak didik. Dengan adanya guru akan mempermudah anak didik dalam
menerapkan praktik samadhi yang anak didik dapatkan dari penggalaman membaca
buku serta panduan lain yang
berkaitan dengan samadhi. Peran guru dalam proses
penggenalan samadhi
sangatlah dibutuhkan oleh anak didik, sebab dengan adanya guru akan dapat
memberikan petunjuk-petunjuk yang berharga dan menjadi konsultan ketika anak
didik mulai menggenal praktek samadhi.
Samadhi merupakan suatu hal yang sangatlah asing untuk anak didik
jalani. Karena pada dasarnya hal tersebut
disebabkan
anak didik yang belum
pernah menggenal bahkan mempraktekkan praktik samadhi melalui bimbingan dari seorang
guru yang membantu
mengarahkan anak didik untuk mempelajarinya. Akan tetapi dengan
adanya penggenalan praktik samadhi yang
disertai dengan adanya peran guru pembimbing pada saat praktik samadhi, hal
tersebut tentu akan
memudahkan anak didik untuk mempraktekan
teori samadhi yang pernah mereka pelajari.
Dalam proses penggenalan samadhi sejak dini adanya peran
guru sangatlah vital.
Dengan adanya peran guru akan dapat memudahkan seorang anak didik dalam menggembangkan teori Samadhi yang telah dipelajarinya.
Samadhi dalam artian sederhana dapat diibaratkan sebagai hutan rimba yang
sanggat lebat dan berbahaya untuk dijelajahi. Untuk dapat melintasi hutan tersebut
dibutuhkan adanya peran petunjuk
jalan (guide) yang menggenalkan dan mengajak
pemula
untuk melalui hutan rimba tersebut. Sebagai pemula dalam menjelajah hutan,
harus diarahkan agar dapat melangkah masuk kehutan, sebab pada dasarnya seorang pemula belum mempunyai cukup penggalam untuk menyusuri hutan
rimbah yang berbahaya tersebut. Dengan
adanya peranan penunjuk jalan yang sudah berpenggalaman akan dapat membantu
untuk memandu seorang pemula
serta dapat
dijadikan sebagai petunjuk arah yang nantinya akan dapat mengarahkan serta dijadikan petunjuk jalan bagi seorang pemula saat inggin melintasi
hutan rimba. Sehingga dengan adanya
peran penunjuk jalan akan dapat sangat membantu seorang pemula untuk masuk keluar
hutan dengan selamat.
Begitu
pula dengan samadhi, pada
dasarnya anak didik belumlah mempunyai cukup penggalaman untuk melaksanakan
serta mempraktekan teori Samadhi. Dengan adanya peran guru
pembimbing akan dapat memudahkan anak didik saat awal-awal dalam tahap
penggenalan praktik samadhi. Sehingga nantinya setelah anak didik mendapatkan bimbingan serta masukan-masukan yang
berharga dari guru pembimbing, anak didik akan mampu memahami praktek samadhi serta mampu menjalankan praktek samadhi secara mandiri dalam kehidupan sehari-hari.
Pada tahap penggenalan samadhi haruslah
mulai dikenalkan kepada anak didik sejak usia dini. Dengan penanaman Samadhi sejak usia dini akan lebih
tertanam kuat didalam benak setiap anak didik. Dalam memperkenalkan
samadhi sejak dini kepada anak didik sekali lagi tidaklah bisa dilepaskan oleh adanya
peran guru pembimbing. Dengan adanya peran guru guru pembimbing akan dapat
memberikan masukan-masukan yang berharga serta menjadi konsultan yang dapat
mengarahkan anak didik dalam setiap kesalahan dan perkembangan samadhi anak
didik. Tanpa adanya peran dari guru pembimbing yang memberikan
petunjuk-petunjuk dalam mempraktekkan samadhi, mustahil anak didik akan dapat
mempraktekkan teori samadhi dengan sempurna. Walaupun ada dari beberapa anak
didik yang mampu mempraktekkan samadhi dengan baik tanpa adanya camput tangan
seorang guru pembimbing. Akan tetapi kualitas yang mendasari praktek samadhi
tentu hasilnya pun berbeda. Dengan adanya peran guru pembimbing dalam
mempraktikan samadhi tentu anak didik akan memiliki kualitas yang lebih baik dari pada anak didik yang
melaksanakan samadhi tanpa adanya pembimbing. Serta dengan adanya guru akan
mempermudah anak didik dalam
memahami dan melaksanaan praktik samadhi secara mandiri.
Dalam penggenalan samadhi untuk usia
dini, sebagai guru haruslah mampu menyajikan penggenalan samadhi secara menarik dan sederhana pada anak didik.
Denggan menggunakan metode penggenalan samadhi yang menarik dan sederhana, tentunya hal tersebut akan dapat memudahkan
serta membantu anak didik untuk
menerapkan praktek
samadhi yang pernah mereka pelajari. Selain hal tersebut anak didik juga dikenalkan
praktek Samadhi dengan sekilas
diselingi
canda gurau. Melalui
canda gurau dan pengenalan
Samadhi dengan metode yang sederhana serta menarik tersebut
dimaksudkan agar anak didik tidak bosan saat penggenalan praktek serta agar pada pelaksanaan praktek tersebut dapat
lebih tertanam dipribadi anak didik masing-masing anak didik.
Dalam rangka penerapan praktek samadhi
sejak usia dini di SD N 01 Kenteng Susukan, memulai proses pengenalan serta
penerapan praktek samadhi sejak di pendidikan dasar kelas enam semester genap.
Penerapan praktek samadhi yang diajarkan di kelas enam semester genap tersebut
didasarkan pada kemampuan
siswa yang sudah cukup matang untuk menerima penggenalan langsung pada praktik
Samadhi. Selain kematangan anak didik, penggenalan praktek Samadhi dikelas enam
tersebut didasarkan pada penataan
silabus pendidikan yang ditetapkan oleh setiap satuan pendidikan.
Pada tahap awal dalam penggenalan
samadhi di SD
N 01 Kenteng Susukan,
anak didik diajak memperhatikan adanya nafas masuk nafas keluar. Dalam
penggenalan adanya nafas masuk serta nafas keluar, anak didik diajak untuk memegang perut mereka masing-masing anak
didik. Dengan menyentuh perut anak didik diajak untuk merasakan terjadinya kembang
kempis perut saat terjadinya nafas masuk serta nafas keluar. Setelah anak didik
dapat merasakan adanya nafas masuk nafas kelua melalui kembang-kempis perut,
anak diberikan pemahaman agar dapat menyadari proses kembang-kempisnya perut.
Ketika terjadi nafas masuk anak didik diajari untuk menyadari nafas masuk yang
timbul dari hidung sehingga membuat perut menjadi mengembang. Begitu pula pada
saat terjadi nafas keluar anak didik disuruh merasakan adanya nafas yang keluar
dari hidung sehingga membuat perut mengempis.
Dalam proses tahap awal untuk penggenalan
samadhi pernafasan
melalui
kembang kempis perut, anak didik lebih difokuskan untuk memperhatikan
terjadinya kembang kempisnya perut saat bernafas. Karena apabila anak didik langsung dikenalakan dengan
pengaplikasian langsung pada proses terjadinya nafas melalui hidung, tentunya anak didik kesulitan untuk
memperhatikan serta menyadari akan terjadinya nafas masuk-nafas keluar melalui hidung. Serta hal tersebut tentunya sangatlah sulit untuk anak didik
terapkan. Sebab
pada dasarnya saat bernafas sangat halus sehingga sangatlah sulit bagi anak didik untuk merasakan serta menyadari melalui hidung. Dalam proses memperkenalkan samadhi tahap
awal pada anak didik yang baru saja mempelajari samadhi, saat menggunakan obyek anapannasati
haruslah dimulai melalui cara-cara yang sederhana seperti mengajak anak didik memegang perut untuk merasakan dan menyadari
kembang kempisnya perut saat bernafas.
Untuk lebih menggenalkan samadhi pada
tahap yang berikutnya, anak didik diajak untuk menginggat pengalaman atau pun
kegiatan yang pernah anak didik alami dalam kesehariannya. Dengan menggingat
kegiatan sehari-hari yang anak didik lakukan akan dapat mempermudah anak didik
untuk menyadari kegiatan sehari-harinya. Dalam hal ini setiap anak didik diajak untuk
mencatat setiap kegiatan
apapun yang mereka lakukan dalam keseharian mereka. Dengan
catatan yang ditulis dalam buku saat melakukan setiap kegiatan apapun dalam keseharian anak
didik,
serta ditulis rutin dan secara terus
menerus, akan dapat memudahkan dan membiasakan anak didik untuk menyadari setap
kegiatan yang anak didik dilakukan. Sehingga apapun perbuatan yang anak didik
lakukan entah perbuatan yang baik maupun perbuatan buruk tersebut, dicatat agar nantinya dapat dijadikan koreksi
diri dari setiap kegiatan yang anak didik lakukan.
Melalui catatan tersebut anak didik
diajak untuk merenungkan setiap perbuatan yang mereka lakukan. Apabila
perbuatan yang anak didik lakukan adalah salah, maka peran guru adalah
mengarahkan anak didik untuk meninggalkan perbuatan tersebut dan mengarahkan pada hal-hal yang baik.
Akan tetapi apabila perbuatan yang anak didik lakukan baik, peran guru adalah
mendukung anak didik agar dapat meningkatkan serta melanjutkan perbuatan bajik
tersebut. Dengan adanya kesadaran akan perbuatan melalui
kegiatan-kegiatan yang sederhana serta mengajak anak didik untuk mencatat setiap kegiatan anak didik secara rutin akan membentuk dan memupuk kesadaran pada anak
didik. Dengan
adanya kesedaran tersebutlah yang berusaha guru pembimbing gali dan dibentuk
pada anak didik. Sehingga melalui Kegiatan yang dilakukan secara sederhana tetapi dilakukan secara terus
menerus dan penuh kesadaran akan dapat memudahkan dalam penumbuhan kesadaran
pada anak didik.
Setelah anak didik mampu dalam
penggenalan serta penerapan samadhi dengan cara yang sederhana, anak didik pada
tahap praktik langsung di lapangan. Pada pengarahaan praktik langung anak didik
diarahkan dalam posisi tubuh yang baik serta benar pada saat praktek
bersamadhi. Pada pengarahan posisi pada saat bersamadhi yang baik dan benar
anak didik dianjurkan agar dapat
membentuk teratai penuh. Karena dengan penggunaan sikap duduk dalam bentuk
teratai penuh akan dapat membantu dalam
membentuk pondasi dasar yang kokoh saat
pelaksanaan samadhi. Selain itu dengan sikap duduk yang membentuk teratai penuh
akan dapat membantu tubuh agar tetap dapat duduk dalam posisi tegak. Akan
tetapi bagi anak didik yang belum mampu dalam pelaksanaan sikap duduk dengan
bentuk teratai ini, anak didik dianjurkan untuk memilih posisi duduk yang lain
yang dapat memberikan kesan nyaman pada anak didik serta tidak membuat anak
didik mudah kesakitan.
Dalam tahap pelaksanaan praktik samadhi
secara langsung, anak didik diajak untuk mengamati hal-hal yang ada disekitar
anak didik serta disesuaikan dengan kompetensi dasar serta materi yang telah
dirancang sesuai silabus setiap satuan pendidikan. Apabila kompetensi dasar
yang diharapkan oleh satuan pendidikan agar mampu untuk menerapkan serta
menggembangkan sifat-sifat luhur Sang Buddha. Maka untuk memenuhi tuntutan
materi tersebut anak didik diajak untuk melaksanakan samadhi dengan posisi
duduk serta mata yang terpejam sambil merenungkan kata “semoga saya berbahagia,
semoga semua makhluk hidup berbahagia. Bebas dari derita, bebas dari mendengki
dan didengki, bebas dari menyakiti dan disakiti, bebas dari penderitaan jasmani
serta batin semoga semua makhluk hidup dapat menjalani hidup dengan bahagia”.
Dengan perenungan akan cinta kasih yang diajarkan kepada anak didik dalam inti
perenunggannya disesaikan dengan buku parita Brahmaviharapharana. Sehingga
nanti anak didik akan dapat menerapkan praktik samadhi secara sederhana secara
mandiri.
C.
Gangguan-gangguan
yang terjadi dalam proses penggenalan samadhi pada anak didik
Dalam proses
penggenalan serta penerapan praktik samadhi tentunya banyak halangan-halangan yang menyertai
dalam proses penggenalan tersebut. Pada umumnya saat awal-awal dalam proses memperkenalkan samadhi
kepada anak didik, anak didik sulit untuk dapat terkonsentrasi dengan mata yang
terpejam. Pada posisi terpejam,
anak didik dalam waktu yang
singkat
sering membuka mata. Hal tersebut dikarenakan adanya ketakutan-ketakutan pada
anak didik kalau ditinggal oleh teman-teman saat proses samadhi berlangsung ketika mereka memejamkan mata. Dengan adanya
hal tersebut untuk menumbuhkan keyakinan dan meninggalkan prasangka-prasangka
akan ketakutan ditinggal oleh temannya, anak didik diarahkan untuk lebih fokus
pada saat bersamadhi. Anak didik diarahkan agar mampu percaya diri pada setiap
intruksi dari guru pembimbing. Karena pada dasarnya dengan rasa takut dengan
keheningan dalam posisi mata terpejam dengan seringnya anak didik membuka mata,
hal tersebut sangat menggangu anak didik dalam pemfokusan obyek samadhi.
Dalam proses
penggenalan samadhi secara bersama anak didik dalam jumlah lumayan banyak
tentunya dalam pelaksanaannya sangat sulit. Dengan jumplah anak didik yang
lumayan banyak akan ada anak didik yang senang dengan keusilan. Dengan adanya
keusilan dari beberapa anak didik yang tersebut tentunya akan dapat
mempenggaruhi konsentrasi anak didik. yang lain yang berusaha untuk memfokuskan
pikiran saat mempraktekkan samadhi. Anak yang aktif tersebut lebih senang
dengan bermain-main daripada mencoba untuk mengikuti praktek samadhi. Untuk
anak didik yang aktif agar mau menerapkan praktek samadhi anak didik diajarkan
melalui metode yang yang dapat mengimbangi keaktifan anak didik tersebut.
Dalam penangganan samadi
pada anak didik haruslah menemukan suatu cara yang efektif dalam menerapakn
samadhi yang ada pada anak didik. Dalam rangka memperkenalkan anak didik yang
suka aktif, anak didik diajarkan metode samadhi yang dapat mengimbangi
keaktifan anak didik dengan metode yang diberikan pada anak didik. Dalam
memperkenalkan anak didik yang aktif peran guru untuk menanggani anak didik
yang aktif tersebut salah satunya anak didik dikenalkan dengan metode samadhi
sambil berjalan. Dengan samadhi berjalan anak didik diarahkan agar mampu
merenungi gerak-gerik tubuh pada saat berjalan. Dengan penggenalan samadi yang
berjalan akan dapat mempermudahkan anak didik yang aktif agar mampu
mempraktekan samadhi secara perlahan-lahan. Dengan samadhi berjalan ini anak
didik diajak untuk menyadari posisi-posisi kaki yang mulai terangkat naik
mengayun kedepan serta pergantian gerakan kaki yang lain saat berjalan. Dengan
samadhi berjalan tersebut dalam pikiran anak didik diarahkan agar dapat fokus
mengamati gerak-gerik tubuh.
Pada pelaksanaan
samadhi adanya gangguan yang ada disekitar linkunggan anak didik tentunya
sanggat mengganggu anak didik dalam tahap penggenalan praktik samadhi. Gangguan
tersebut dapat berupa kelembaban udara yang terlalu panas atau terlalu dinggin
serta adanya serangga seperti nyamuk serta semut dan seranga lain akan sangat menggangu
anak didik yang memulai praktek samadhi. Dengan adanya udara yang terlalu panas
atau pun terlalu didnggin serta serangga yang menggigit anak didik akan sanggat
terganggu. Sehingga peran guru haruslah mengusahakan tempat yang nyaman serta
mendukung anak didik dalam melaksanakan samadhi. Dengan situasi lingkungan yang
nyaman serta jauh dari gangguan kelembaban udara serta serangga yang akan dapat
membuat anak didik tidak terfokus pada saat bersamadhi.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam proses memperkenalkan praktik
samadhi kepada anak didik haruslah mulai dikenalkan sejak usia dini. Dengan pengenalan praktik sejak dini akan dapat lebih mudah tertanam dibenak anak didik. Dlam proses penggenalan samadhi tidak bisa
dilepaskan dengan adanya peranan dari guru pembimbing. Dengan adanya guru
pembimbing akan dapat memberikan masukan-masukan yang sangat berharga bagi anak
didik serta dapat menjadi konsultan bagi anak didik pada saat mulai menggenal
praktik samadhi. Tanpa
adanya peran dari guru pembimbing yang memberikan petunjuk-petunjuk dalam
mempraktekkan samadhi, mustahil anak didik akan dapat mempraktekkan teori
samadhi dengan sempurna.
Sebagi guru pembimbing harus bisa mengarahkan anak didik dengan menggunaan
metode yang sederhana serta menarik. Sehingga dengan metode yang sederhana
serta menarik akan dapat lebih memudahkan anak didik dalam menerapkan praktik
samadhi secara sederhana dan mudah. Dengan
penggunaan pengarahan-pengarahan tersebut nantinya anak didik akan dapat menerapkan praktik samadhi secara mandiri.
B.
Kritik
dan saran
Dengan adanya makalah tentang Peranan
Seorang Guru Agama Buddha Dalam Menerapkan Teori Samadhi Pada Anak Didik akan
dapat memberikan wahana penggetahuan bagi pembaca agar dapat menerapkan praktik
samadhi secara sederhana dan mudah. Namun
dalam penulisan makalah ini penulis menyadari, bahwa masih banyak kesalahan
serta kekurangannya. Oleh karena itu penulis berharap akan adanya kritik dan
sarannya demi menyempurnakan makalah ini.
C.
Daftar
pustaka
Y Lee, T. 2010. Siapapun Dapat Ke Surga Cukup Dengan Bersikap Baik. Sumatra
Utara: Patria.
_ _ _. 2004. Meditasi II. Jakarta: Vajra Dharma Nusantara.
_ _ _.2002. Buku Pelajaran Agama Buddha. Jakarta: C V Felita Nusantara Lestari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar