Meditasi Sebagai Sarana untuk Menyadari
Berlangsungnya pikiran
Meditasi
merupakan suatu hal yang tidak asing lagi bagi agama Buddha. Mereka yang
melaksanakan praktik meditasi, kerap kali untuk mengembangkan sifat bajik bagi
semua makhluk hidup. Seperti halnya dengan melaksanakan meditasi metta bhavana.
Meditator yang melaksanakan meditasi metta bhavana kerap kali mengembangkan sifat-sifat cinta kasihnya
kesegala arah tanpa menghiraukan perbedaan yang ada dalam diri semua makhluk. Mereka
yang melaksanakan meditasi dengan obyek cinta kasih akan dapat memberikan
ketenangan dan kebahagiaan dalam diri seorang meditator, tetapi terkadang dengan melaksanakan meditasi mereka kurang
memberikan perasaan puas dalam kehidupan sehari-hari.
Perasaan kurang
puas yang ada didalam batin bagi meditator atau mereka yang melaksanaan
meditasi, salah satunya disebabkan karena dalam kesehariannya seorang meditator
lebih menggutamakan kebahagiaan semua makhluk. Tetapi kurang menyadari dan kurang memperhatikan akan berlangsungnya kesadaran
saat mereka melaksanakan aktivitas sehari-hari. Menurut U Jatika Sayadaw: “meditasi,
sebagaimana yang dipahami, bukanlah menciptakan sesuatu (ketenangan, kosentrasi
atau pandangan terang dan lain sebagainya), melainkan melihat sejelas-jelsnya
apa saja yang terjadi dan menyadari berlangsungnya pikiran disetiap saat dengan
cara yang sederhana” (hal.75). jadi untuk mendapatkan rasa puas dalam diri
seorang meditator, seorang meditator haruslah mampu mengimbangi sifat-sifat
bajik yang diberikan demi kebahagiaan semua makhluk, dengan memperhatikan dan
menyadari berlangsungnya pikiran dalam setiap aktivitas sehari-hari.
Referensi: U Min Sayadaw, Shwe, dkk. 2004. Penilikan Batin. Jakarta: Vihara Metta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar