Kamis, 16 Oktober 2014

Relevansi Sila Pertama Pancasila Buddhis Berkaitan Masalah Perekonomian


Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang sangat melimpah yang terbentang luas dari Sabang hingga Merauke. Letak astronomi indonesia yang diantara 950 – 1410 BT dan 60 LU -110 LS serta letak geografis yang diapit oleh dua samudra ( Samudra Hindia dan Samudra Pasifik) dan dua benua (Benua Asia dan Benua Australia) menyebabkan Indonesia memiliki sumber daya alam yang beranekaragaman. Melimpahnya sumber daya alam di indonesia dapat disaksikan dari keberagaman hayati yang terkandung didalamnya. Indonesia memiliki ribuan sepesies tumbuhan serta ribuan spesies hewan yang belum tentu dimiliki oleh negara manapun.  Menurut Wellace penyebaran flora dan fauna di golongkan menjadi tiga kelompok. Kelompok flora dan fauna pertama digolongkan dalam jenis Asiatik. Golongan Asiatik terdapat di pulau sumatra, kalimantan, jawa dan bali. Kelompok flora dan fauna kedua digolongkan dalam Australis. Golongan Australis ini terdapat di wilayah indonesia bagian timur. Kelompok flora dan fauna ketiga digolongkan dalam dalam jenis peralihan. Golongan peralihan terdapat diwilayah indonesia bagian tengah. Selain keanekaragaman hayati yang melimpah, bangsa indonesia juga memiliki sumber daya tambang yang tak terkira jumlahnya. Akan tetapi, melimpahnya sumber daya alam yang ada di Indonesia kurang diimbangi dengan pengelolaan sumber daya alam secara maksiamal.
Pengelolaan sumber daya alam di Indonesia saat ini dirasakan oleh beberapa pihak masih kurang maksimal. Kurang maksimalnya pengelolaan sumber daya alam indonesia terlihat pada kejadian kelangkaan sumber pangan yang kerap kali melanda. Sumber daya pangan memegang peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan dalam masyarakat. Kelangkaan sumberdaya pangan yang ada di indonesia menunjukan hasil sangat memperihatinkan. Dengan adannya kelangkaan sumber daya pangan menyebabkan banyak anak menderita busung lapar. Kelankaan sumber daya pangan juga membuat orang-orang minoritas harus mengais-gais sisa makanan (nasi aking) untuk mencukupi kebutuhan makan mereka sehari-hari. Selain kelangkaan pangan, permasalahan yang kerap terjadi di Indonesia berupa kelangkaan Bahan Bakar Kendaraan bermotor. Kelangkaan bahan bakar untuk kendaraan bermotor menyebabkan terganggunya sumber perekonomian suatu negara. Kelangkaan bahan bakar menimbulkan melonjaknya biaya produksi suatu barang. Imbas dari melonjaknya harga produksi menyebabkan banyak perusahaan kecil dan menengah mengalami gulung tikar akibat tidak mampu menopang biaya produksi yang begitu tinggi. Pada hal, dipandang dari sisi perekonomian dunia, indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah. Dengan adanya kelangkaan pangan serta bahan bakar minyak yang ada di masyarakat, Indonesia harus segera merubah sistem pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana.
Pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana akan mendorong bangsa indonesia memiliki daya saing yang lebih dikancah internasional. Pengelolaan sumber daya alam yang belum maksimal menyebabkan bangsa indonesia mengambil kebijakan impor sebagai upaya memenuhi kebutuhan dalam negri. Ketergantungan bangsa Indonesia terhadap negara lain menunjukan peningkatan seiring dengan perkembangan zaman. Peningkatan ketergantungan terhadap negara lain semakin meningkat seiring dengan semakin bertambahnya populasi penduduk di Indonesia. Kegiatan impor dalam satu sisi memberikan bermanfaat yang sangat besar. Dengan adanya impor, bangsa indonesia dapat memenuhi kebutuhan yang mendasar untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Akan tetapi disisi lain kegiatan impor sangat merugikan bangsa Indonesia. Kegiatan Impor akan semakin membuat bangsa indonesia semakin terpuruk pada ketergantungan sumber pangan terhadap negara lain. Untuk menanggulangi impor bahan pangan yang semakin meningkat, bangsa  Indonesia harus mengubah ketergantungan impor dengan memaksimalkan penggelolaan potensi sumber daya alam yang sangat melimpah. Denga pengelolaan sumber daya alam yang tepat akan dapat menanggulangi masalah-masalah perekonomian di Indonesia. Apa lagi, didukung dengan kondisi alam Indonesia yang  memiliki tingkat kesuburan tanah yang relatif tinggi akan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengolah sumber daya alam yang ada di Indonesia. Dengan pengolahan yang tepat serta dengan kondisi alam yang mendukung  akan meningkatkan hasil pertanian bangsa indonesia. Peningkatan hasil pertanian tersebut akan dapat menolong bangsa indonesia dari ketergantungan impor bahan pangan dari negara lain. Sehingga dengan meningkatnya hasil pertanian akan memberikan kesempatan untuk mengekspor hasil pertanian yang ada di indonesia. Tulisan tentang Relevansi Sila Pertama Pancasila Buddhis Berkaitan Masalah Perekonomian ini dihadirkan guna memberikan wacanan bagi pembaca dalam pengolahan sumber perekonomian dengan menghindari pembunuhan makhluk hidup.
Sang Buddha mengajarkan Pancasila Buddhis sebagai latihan sila bagi umat awam. Pancasila Buddhis terdapat latihan moral pada tahap awal bagi seorang perumah tangga dalam memasuki kehidupan beragama dalam agama Buddha.  Lima latihan moral tersebut adalah:
1.      Seseorang bertekad melatih diri menghindari pembunuhan mahkluk hidup.
2.      Seseorang bertekad melatih diri menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan.
3.      Seseorang bertekad melatih diri menghindari perbuatan asusila.
4.      Seseorang bertekad melatih diri menghindari perkataan yang tidak benar.
5.      Seseorang bertekad melatih diri dari minuman yang menimbulkan lemahnya kesadaran.
Pancasila buddhis merupakan sila yang dianjurkan oleh sang Buddha untuk menekan perbuatan-perbuatan buruk yang dilakukan melalui badan jasmani seseorang. Sila-sila yang terkandung didalam pancasila Buddhis apabila dilaksanakan dengan pengertian yang benar akan mendorong seseorang mendapatkan manfaat yang besar. Sila-sila dalam pancasila buddhis akan dapat menuntun seseorang dalam kemajuan batin, kemakmuran serta terlahir kembali disurga. Dalam kondisi masyarakat, dengan menghindari perbuatan-perbuatan buruk tentunya akan menimbulkan ketentramanaman bagi masyarakat. Agar dapat memperoeh manfaat yang besar, Pancasila sebagai sarana menekan perbuatan buruk juga harus diimbangi dengan perbuatan perbuatan baik yang tercermin dalam pancadhamma. Didalam sila-sila yang terdapat pancadhamma apabila dikembangkan dengan baik akan dapat menumbuhkan perbuatan-perbuatan bajik yang ada dalam diri seseorang. Didalam sila-sila yang terdapat didalam pancadhamma tersebut meliputi:
1.      Metta-karuna, yaitu perasaan Cinta Kasih dan Welas Asih yang terwujud melalui suatu keinginan untuk membantu makhluk lain mencapai kebahagiaan seperti yang telah di alami oleh dirinya sendiri.
2.      Samajivita, yaitu kesabaran dalam cara berpenghidupan benar. Perlu di tekankan di sini bahwa kesadaran ini merupakan suatu bantuan besar bagi pelaksanaan sila kedua. Dapatlah dikatakan bahwa hamper tidak mungkin seseorang dapat melatih sila yang kedua tanpa melatih dan mengembangkan kesabaran tersebut.
3.       Santutthi, yaitu perasaan puas terhadap apa yang telah menjadi miliknya.
Dalam hubungannya dengan pelaksanaan sila ketiga, perasaan puas ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a.       Sadarasantutthi, perasaan puas memilik satu istri.  Dengan perkataan lain, tidak meninggalkan istrinya pada waktu sehat maupun sakit, pada waktu muda maupun tua, dan tidak berusaha untuk pergi atau mencari wanita lain.
b.      Pativatti, rasa setia kepada suami.  Rasa setia ini tidak terbatas pada waktu. Sekalipun suaminya telah meninggal dunia, ia lebih suka menjanda seumur hidupnya meskipun ia sebenarnya oleh tradisi dan hokum diperkenankan untuk menikah lagi.
4.      Sacca, yaitu kejujuran yang diwujudkan sebagai keadilan, kemurnian, kesetiaan dan perasaan terima kasih
5.      Satisampajanna, yaitu kesadaran dan pengertian benar. Dalam hubungannya dengan pelaksanaan sila, satisampajanna ini sering diartikan sebagai kewaspadaan. Kewaspadaan tersebut dapat di bagi menjadi empat macam :
a.       Kewaspadaan dalam hal makanan
b.      Kewaspadaan dalam hal pekerjaan
c.       Kewaspadaan dalam hal bertingkah laku
d.      Kewaspadaan terhadap hakikat hidup dan kehidupan
Berkaitan dengan sila pertama dalam pancasila buddhis, terjadina suatu pembunuhan makhluk hidup bila terdapat lima syarat yang mendasarinya. Lima syarat yang mendasari terjadinya pembunuhan meliputi:
Ø  Ada makhluk hidup
Ø  Mengetahui bahwa makhluk tersebut masih hidup
Ø  Ada niat untuk membunuh
Ø  Melakukan usaha untuk membunuh makhluk hidup
Ø  Makluk tersebut mati melalui usahanya
Kondisi masyarakat yang yang tentram dapat tercipta apabila seseorang mengembangkan perbuatan bajik serta salah satunya dengan menghindari pembunuhan makhluk hidup. Untuk memperoleh suatu kondisi masyarakat yang tentram seseorang juga harus mengembangkan sila pertama dalam pancadhamma. Sila pertama dalam pancadhama berisikan tentang Metta-karuna. Metta karuna memiliki pengertian dalam bahasa indonesia sebagai perasaan Cinta Kasih dan Welas Asih. Perasaan Cinta Kasih dan Welas Asih diwujudkan melalui suatu keinginan untuk membantu makhluk lain mencapai kebahagiaan seperti yang telah di alami oleh dirinya sendiri. dengan adanya keinginan yang dikembangkan dalam batin, dalam tataran waktu tertentu keinginan tersebut dapat tercetus melalui perbuatan jasmani ketika melihat makhluk yang kesusahan. Dalam kondisi tertentu dengan mengembangkan perbuatan Cinta Kasih dan Welas Asih secara otomatis prilaku seseorang akan memiliki perbuatan untuk menghindari membunuh maupun menyakiti makhluk lain. Dengan adanya kesejahteraan hidup dengan menghindari pembunuhan serta mengembangkan perbuatan Cinta Kasih dan Welas Asih dalam satu sisi juga memberikan dampak pada peningkatan perekonomian suatu bangsa.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak asing lagi mendengar istilah ekonomi. Menurut KBBI isilah ekonomi memiliki pengertian sebagai pengetahuan dan penyelidikan mengenai asas-asas penghasilan (produksi),  pembagian (distribusi) dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti halnya keuangan, perindustrian perdagangan). Dalam prinsip ekonomi, seseorang mengupayakan dengan modal yang seminimal mungkin dapat menghasilkan barang yang semaksimal mungkin. Dalam upaya untuk memperoleh hasil yang maksimal, manusia dituntut untuk berusaha secara cerdas untuk menciptakan suatu produk yang dapat diterima dalam masyarakat.
Sila pertama dalam pancasila Buddhis apabila diterapkan dalam sistem perekonomian bangsa  dalam jangka panjang akan dapat memberikan manfaat yang besar. Dengan menghindari pembunuhan makhluk hidup akan membuat keseimbangan alam akan terjaga. Keseimbangan alam yang teraga dengan baik akan sangat membantu petani dalam merpoduksi hasil pertanian. Terjaganya kondisi alam secara tidak langsung akan meningkatkan hasil produksi pertanian. Akan tetapi, adanya perburuan hewan sebagai alasan peningkatan perekonomian menimbulkan permasalahan yang kompleks bagi suatu negara.
Dengan tingginya permintaan pasar menyebabkan terjadinya perburuan yang besar-besaran. Perburuan ular, katak dan belut dalam satu sisi sangat menguntungkan bagi para pedagang. Permintaan kulit ular yang digunakan sebagai bahan dalam pembuatan tas, ikat pinggang dan sepatu yang sangat tinggi turut memberikan masukan devisa yang sangat besar bagi negara. Selain itu, hasil perburuan daging katak dan belut turut memberi peran yang besar bagi peningkatan perekonomian bangsa. Dengan adanya permintaan daging katak dan belut yang tinggi sebagai menu utama dilestoran-lestoran ternama turut menyumbang pendapatan suatu negara. Hasil dari penjualan kulit ular serta daging katak dan belut tersebut dalam jangka pendek sangat mendongkrak perekonomian dari suatu negara. Akan tetapi, dengan semakin banyaknya perburuan ular, katak dan belut dalam jangka panjang sangat merugikan petani dan jangka yang lebih luas dapat menyebabkan krisis pangan bagi suatu negara.
Dalam dunia pertanian sebagai salah satu sarana memproduksi bahan pangan sangat membutuhkan terjaganya keseimbangan alam. Dengan adanya keseimbangan alam akan dapat mendongrak peningkatan hasil produksinya. Apabila ada ekosistem yang terganggu akan berimbas besar pada hasil pertanian yang diperoleh. Perburuan ular, katak dan belut secara besar-besaran menyebabkan terganggunya ekosistem sawah. Perburuan ular secara besar-besaran sebagai bahan dalam pembuatan tas, ikat pinggang dan sepatu yang sangat tinggi menyebabkan meningkatnya populasi tikus di sawah. Tikus merupakan hewan pengerat menjadi hama yang merugikan bagi petani. Perburuan ular yang meningkat menyebabkan tikus berkembang biak dengan cepat. Akibat dari melonjaknya populasi tikus, berdampak pada menurunnya produktifitas hasil pertanian. Perburuan belut yang secara besar-besaran juga menyumbang permasalahan bagi para petani. Belut memeiliki peran yang tinggi dalam meningkatkan kesuburan tanah pertanian. Dengan adanya belut yang menggali trowongan di tanah persawahan secara tidak langsung membantu petani dalam memgemburkan lahan pertaniannya. Dengan adanya belut siklus udara dalam tanah dapat terjaga dengan baik. Sehingga dengan adanya peran belut berperan dalam penyuburan tanah pertanian. Dengan adanya perburuan belut secara besar-besaran memberikan kerugian besar bagi para petani. Dengan adanya perburuan belut kondisi tanah akan menjadi kurang subur karena peran belut dalam proses pengeburan tanah berkurang. Perburuan daging katak juga memberi dampak yang semakin buruk dalam ekosistem sawah. Dengan adanya perburuan katak akan menyebabkan meningkatnya populasi belalang. Perburuan katak dalam jangka panjang akan merugikan petani. Dengan adanya perburuan katak, populasi belalang akan meningkat pesat karena predator alami belalang berkurang. Penanggulangan hama belalang dengan menggunakan pestisida akan semakin memperparah keseimbangan alam.
Penggulangan hama mengunakan pestisida dapat memperparah keseimbangan alam. Pestisida terbuat dari bahan kimia berbahaya Jenis pestisida dibedakan berdasarkan hama pengganggunya. Insektisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk memberantas hama berupa serang. Pada penggunaan pada serangga. Serangan hama yang memiliki daya tahan kuat, setelah disemprot pestisida akan memiliki kekebalan tubuh yang lebih besar dibanding dengan sebelumnya. Akibatnya, petani harus menggunakan komposisi pestisida yang lebih banyak untuk memusnahkan belalang. Hama-hama yang masih hidup akan semakin memiliki kekebalan terhadap racun yang lebih tinggi. Selain itu, populasi belalang yang memiliki kekebalan tubuh yang tinggi akan berkembang biak lebih cepat. Oleh karena pemangsanya mati akibat pestisida. Berkurangnya jumlah hama menyebabkan berkurangnya jumlah musuhnya. Sedangkan  fungisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk memberantas jamur parasit.
Penggunaan pestisida dapat memengaruhi kehidupan makhluk hidup lain jika dipakai secara berlebihan. Pestisida ini dapat dimakan oleh hewan yang seharusnya tidak ingin dibasmi. Akibat dari penggunaan pestisida yang berlebihan, hewan-hewan yang tidak merugikan serta membantu dalam proses kesuburan tanah akan musnah. Dengan semakin banyak pembunuhan akan menyebabkan ekosistem menjadi tidak seimbangan yang dalam jangka panjang akan berdampak pada penurunan produktifitas hasil pertanian. Akibat dari penurunan hasil pertanian suatu negara harus mengimpor kebutuhan pangan dari negara lain. Sehingga apabila kasus pembunuhan tersebu tetap dibiarkan terus menerus tentunya akan sangat merugikan suatu negara dengan semakin terkurasnya devisa negara untuk membeli kebutuhan pangan. Untuk menanggulagi impor kebutuhan pangan, bangsa Indonesia membutuhkan proses produksi yang efektif tanpa adanya unsur pembunuhan.
Proses produksi tanpa didasari oleh unsur pembunuhan sangat memberikan manfaat yang besar. Dengan proses produksi yang bijaksana akan menciptakan kondisi alam yang seimbang. Dengan adanya kondisi alam yang seimbang akan dapat memacu produktifitas pada hasil pertanian. Dengan menghindari pembunuhan serta mengembangkan cinta kasih serta kasih sayang keseimbangan alam indonesia akan semakin membaik secara perlahan. Dengan membaiknya kondisi alam seta peningkatan produksi pangan ketergantungan pangan terhadap negara lain akan semakin berkurang. Sebaliknya dengan menggunakan segala sumberdaya alam secara efektif tanpa unsur pembunuhan dan pengolahan yang secara bijaksana bangsa indonesia akan dapat meningkatkan produksi panggan. Dengan meningkatnya produktifitas hasil pertanian yang dikembangkan, Bangsa Indonesia dapat menjadi ujung tombak dari perekonomian dunia. Dalam adanya kondisi alam yang stabil tanpa ancaman serta pembunuhan dalam pendisrtibusian barang juga membertikan pengaruh dalam meningkatkan perekonomian suatu bangsa.
Kondisi lingkungan yang stabil memberikan pengaruh besar terhadap proses mendistribusikan suatu barang. Dalam upaya mendisrtibusikan suatu barang tanpa adanya suatu konfik sangat mendukung peningkatan perekonomian. Dengan kondisi yang kondusif sangat mendukung aliran barang. Akan tetapi, apabila dalam proses mendistribusikan suatu barang terjadi suatu konflik hingga terjadi pembunuhan pendistributor tentunya akan sangat menganggu perekonomian suatu bangsa. Dengan adanya pembunuhan seorang distributor akan menyebabkan aliran barang menjadi terhambat.  Untuk memenuni pasokan produksi tersebut, pendistributor harus memutar jalan untuk menghindari konflik yang terjadi. Dengan memutar jalan. Dengam memutar jalan akan menimbulkan pembengkaan oprasional dalam mempoduksi suatu barang. Akibat dari pembengkakan biaya produksi, perusahaan-perusahaan besar mengurangi karyawanya. Pengurangan karyawan tersebut diupayakkan untuk menekan biaya produksi barang. Dengan penghentian pekerjaan akan menimbulkan penganguran besar-besaran. Pengangguran karyawan yang sangat banyak akan membuat kesetabilam perekonomian suatu bangsa akan goyah.     Selain itu, terhambatnya penyaluran suatu barang akan menimbulkan adanya kelangkaan barang di suatu tempat. Kelangkaan tersebut berimbas pada harga dipasaran yang melambung tingi dipasaran. Sebaliknya dengan kondisi lingkungan yang mendukung dari setiap individu mengupayakan diri untuk menhindari kekerasan dan pembunuhan aliran barang dari produsen ke konsumen akan berjalan dengan lancar. Dengan diimbangai dengan rasa cinta kasih dan kasih sayang akan menimbulkan keharmonisan dalam masyarakat. Pendistribusian yang lancar akan menjamin ketersedian barang di pasaran. Dengan pasokan yang memadai, harga suatu barang akan dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Pendistribusian yang lancar akan akan menimbulkan kondisi pasar yang yang kondusif sehingga barang kebutuah akan mudah ditemukan dipasaran.
Ketergantungan terhadaap daging hewani semakin menunjukan peningkatan. Peningkatan komsumsi daging hewani dalam jangka panjang akan sangat merugikan. Pengkomsumsian makhluk hidup akan menimbulkan permasalahan alam yang sulit diuraikan. pemeliharaan hewan sebagai bahan komsumsi dalam kapasitas banyak akan menghasilkan kotoran yang sangat banyak pula. Didalam kotoran hewan mengandung unsur karbon dioksida serta gas amoniak dari hasil pengolahan makanan. Karbon dioksida serta gas amoniak tersebut apabila dalam kapasitas yang banyak akan menimbulkan masalah lingkungan. Masalah pemanasan global  merupakan salah satu akibat dari peningkatan karbon dioksida yang ada di udara. Pemanasan global tersebut menimbulkan perubahan cuaca yang ekstrim dibelahan dunia sehingga mengakibatkan krisis pangan di berbagai belahan dunia. Untuk menanggulangi krisis global dapat dimulai dengan mengurangi pembunuhan sebagai bahan konsumsi makhluk hidup. Pengubahan pola konsumsian makanan hewani menjadi pola makan secara vegetarian akan turut menciptakan kondisi perekonomian yang membaik dalam masyarakat. Dengan adanya perubahan pola makan yang secara vegetarian akan mempengaruhi pola perdagangan lebih menuju pada perdagangan produk sayuran.
Dengan menghindari diri dari segala usaha yang salah akan menciptakan kondisi masyarakat yang tentram. Didalam Angguttara Nikaya sang budha menjelaskan untuk menghindari diri dari lima macam perdagangan yang bisa membahayakan bagi dirinya sendiri dan juga mahkluk lain. Lima jenis perdagangan tersebut meliputi satta vanijja (perdagangan perbudakan), sattha vanijja (perdagangan persenjataan), mamsa vanijja (perdagangan mahluk hidup), majja vanijja (perdagangan minum-minuman keras), dan visa vanijja (perdagangan racun, termasuk ganja, morfin, dan sebagainya). Dengan menghindari perdagangan yang salah kondisi alam akan seimbang. Dengan adanya kondisi alam yang seimbang akan tercipta ketentraman dalam masyarakat.
Dalam upaya menghindari perdagangan yang salah, sang Buddha mengajarkan untuk melakukan pekerjaan yang benar. Dengan daya upaya yang benar akan dapat menghindarkan diri daya upaya yang dapat membahayakan bagi dirinya sendiri dan juga mahkluk lain. Dalam Ambalatthika Rahulovada Sutta menegaskan kriteria tentang pekerjaan terbaik yang dilakukan oleh para pengikut Sang Buddha. Jika suatu pekerjaan yang dilakukan adalah menimbulkan manfaat untuk dirinya sendiri dan bermanfaat untuk orang lain serta bermanfaat untuk kedua-duanya maka pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang terpuji. Beberapa jenis pekerjaan yang bermanfaat berupa kerajinan, pertanian dan sebagainya merupakan pekerjaan yang terpuji.
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, didalam  Vyagghapajja Sutta sang Buddha memberikan beberapa nasihat agar dia bisa berbuat untuk kebahagiaan di dunia ini dan dunia yang akan datang. Sang Buddha mengajarkan bahwa hendaknya untuk mendapatkan kemajuan materi atau kekayaan, seseorang diharapkan melakukan segala pekerjaan dengan penuh usaha (utthana sampada), menjaga kekayaan yang telah ia dapat (arakkha sampada), hidup seimbang (samajivikata), dan bergaul dengan para sahabat yang bisa hidup bersama baik dalam keadaan susah dan senang. Hasil kekayaan yang telah diperoleh harus dijaga dengan baik dan diatur secara cermat sehingga nantinya dapat memberikan manfaat yang besar.
Setelah seseorang mengumpulkan materi atau kekayaan, maka dia mempunyai kewajiban yang sangat penting, baik bagi dirinya sendiri dan orang lain. Pattakamma Sutta menjelaskan adanya empat hal yang harus di perhatikan bagi seorang perumah tangga dari hasil kekayaan yang telah dikumpulkanya (cattari kammani katta). Keempat hal tersebut adalah sebagai berikut:
Ø  Dia sebaiknya mempergunakan kekayaannya untuk kepentingan diri sendiri dan untuk pemenuhan kewajiban keluarga
Ø  Dia mempunyai kewajiban untuk menjaga kekayaan yang telah dikumpulkanya dari bahaya-bahaya yang mungkin terjadi, seperti kebakaran (aggito), kebanjiran (udakato), pencurian (corato), dan dari pewaris yang tidak diinginkan (dayadato), serta orang-orang lain yang tidak diinginkan (tatharupasu apadasu bhogehi pariyodhaya vattanti).
Ø  Dia mempunyai lima kewajiban yang lain (pabcabalim), yaitu: kewajiban kepada raja, misalnya membayar pajak (rajabali), kewajiban untuk menjamu tamu-tamu yang datang (atithibali), kewajiban kepada para deva (devatabali), dan kewajiban kepada para leluhur yang telah meninggal (pubbapetabali).
Ø  Seorang perumah tangga juga mempunyai kewajiban kepada para samana dan brahmana yang telah melenyapkan kekotoran bathin, penuh perhatian, dan kesabaran (samanabrahmana madappamada pativirata khanti soracce vivattha attanam damenti). Dana, jika diberikan kepada para samana dan brahmana yang berpraktik sila dan penuh perhatian serta kesabaran akan membuahkan hasil yang baik, akan membuahkan kebahagian dan menghantarkan seseorang terlahir ke alam-alam yang bahagia (sukhavipakam saggasamvattanikam). Dana yang demikian, menurut agama Buddha, dikatakan sebagai kekayaan yang tidak dapat dicuri oleh siapapun. Kekayaan yang digunakan dengan cara tersebut di atas dikatakan sebagai kekayaan yang telah menuju ke tempat yang tepat
Pengaturan tentang hasil kekayaan yang telah  diperoleh dapat dilihat didalam Sigalovada Sutta yang terdapat dalam kitab Digha Nikaya. Didalam Sigalovada Sutta hasil kekayaan yang telah kita dapatkan dengan jalan yang benar dibagi dalam empat kelompok. Empat kelompok tentang pengaturan hasil meliputi : ekena bhoge bhubjeyya (satu bagian untuk dinikmati) dvihi kammam payojaye (dua bagian untuk ditanamkan kembali ke dalam modalnya) catutabca nidhapeyya (bagian ke empat disimpan) apadasu bhavissanti (untuk menghadapi masa depan yang sulit).
Peran pemimpin memegang kontribusi yang besar dalam  meningkatkan perekonomian suatu negara. Dengan adanya peran pemimpin yang mengarahkan masyarakatnya untuk menghindari pembunuhan akan menciptakan suasana penuh kedamaian dalam lingkup masyarakat. Kedamaiaan akan membuat kehidupan masyarakat tertata dengan baik. Tertatanya kondisi masyarakat akan memudahkan seorang pemimpin dalam menentukan kebijakan yang sangat bermanfaat untuk mengembangkan potensi perekonomian. Tertatanya kondisi masyarakat akan mampu mengkondisikan peningkatan perekonomian yang telah dibina maupun yang sedang diupayakan oleh masyarakat. Sebaliknya, apabila kondisi seorang pemimpin kurang bijaksana dan menciptakan kebijakan yang semaunya sendiri, akan menimbulkan gejolak perekonomian yang merugikan suatu bangsa. Dalam Milinda Panha Sang Buddha menyatakan bahwa: Jika seseorang yang tidak cocok, tidak mampu tidak bermoral, tidak layak, tidak berkemampuan, tidak berharga atas kedudukan sebagai raja, telah mendudukkan dirinya sendiri sebagai seorang raja atau seorang penguasa dengan wewenang besar, dia akan menjadi sasaran penyiksaan. Seorang raja akan menjadi sasaran berbagai macam hukuman oleh rakyat. Karena, dengan keberadaan raja yang tidak cocok dan tidak berharga, dia telah menempatkan dirinya secara tidak tepat dalam kedudukannya. Dengan adanya seorang pemimpin yang kurang bijaksana dalam membuat suatu kebijakan akan menimbulkan permasalahan perekonomian di masyarakat. akibatnya, sebuah negara akan menimbuilkan ketergantungan terhadap negara lan yang besar. selain itu, pengangguran yang besar-besaran akan muncul akibat kurang bijaksananya dalam menentukan suatu kebijakan.
Seorang raja yang bijaksana akan mampu mengantarkan masyarakatnya untuk memperoleh penghasial yang mapan. Seorang pemimpin haruslah mempunyai kebijaksanaan yang tinggi dalam menentukan suatu kebijakan. Seorang pemimpin yang memiliki kebijaksanaan dalam setiap menentukan keputusan akan dapat memberikan manfaat besar dalam meningkatkan perekonomian suatu negara. Selain itu, seorang pemimpin harus mempunyai kecakapan dalam memimpin dan mengarahkan masyarakatnya untuk mengembangkan sumber-sumber perekonomian. Dalam upaya mencapai potensi perekonomian yang maksimal, seorang pemimpin haruslah mampu mengarahkan masyarakatnya menghindari pembunuhan serta mengembangkan cinta kasih dan kasih sayang demi menciptakan kondisi alam yang seimbang. Dalam kitab Jataka, Sang Buddha memberikan sepuluh persyaratan seorang pemimpin yang baik (Dasa Raja Dharma) yaitu,
  1. Dana (bermurah hati) ; seorang pemimpin tidak boleh terlalu terikat dengan kekayaannya, dia memberikan pertolongan baik berupa materi maupun non materi bahkan bersedia mengorbankan hartanya demi kepentingan anggotanya.
  2. Sila (bermoral); pemimpin harus memiliki sikap yang baik dengan pikiran, ucapan, perbuatan dan hidup berperilaku sesuai dengan aturan moralitas.
  3. Paricagga (berkorban) ; seorang pemimpin harus rela mengorbankan kesenangan atau kepentingan pribadi demi kepentingan orang banyak.
  4. Ajjava (tulus hati dan bersih) ; memliki kejujuran, ketulusan sikap maupun pikiran dan kebersihan tujuan serta cita-cita dalam kepemimpinannya.
  5. Maddava (ramah tamah dan sopan santun) ; memiliki sikap ramah tamah, simpatik dan menjaga sopan santun melalui pikiran, ucapan dan perbuatan.
  6. Tapa (sederhana) ; membiasakan diri dalam hidup kesederhanaan dan tidak berlebih-lebihan dalam kebutuhan hidup.
  7. Akkodha (tidak berniat jahat, bermusuhan dan membenci) ; memiliki sifat pemaaf dan bersahabat, menjauhi niat jahat, permusuhan dan kebencian.
  8. Avihimsa (tanpa kekerasan) ; tidak menyakiti hati orang lain, memelihara sikap kekeluargaan, senang pada perdamaian, menjauhi segala sikap kekerasan dan penghancuran hidup.
  9. Khanti (sabar dan rendah hati) ; memiliki kesabaran pada saat mengalami halangan dan kesulitan. Memiliki kerendahan hati pada saat menghadapi hinaan dan celaan, sehingga menimbulkan pengertian dan kebijaksanaan pada saat menentukan keputusan.
  10. Avirodhana (tidak menimbulkan atau mencari pertentangan) ; tidak menentang dan menghalangi kehendak mereka yang dipimpinnya untuk memperoleh kemajuan sesuai dengan tujuan dan cita-cita kepemimpinannya. Ia harus hidup bersatu dengan anggota sesuai dengan tuntutan hati nurani.
Didalam Cakkavati Sihananda Sutta, Sang Buddha menasehatkan lebih lanjut mengenai perilaku para penguasa, meliputi
·         Seorang penguasa yang baik harus bersikap tidak memihak dan tidak berat sebelah terhadap rakyatnya.
·         Seorang penguasa yang baik harus bebas.dari segala bentuk kebencian terhadap rakyatnya.
·         Seorang penguasa yang baik harus tidak memperlihatkan ketakutan apa pin dalam penyelenggaraan hukum jika itu dapat dibenarkan.
·         Seorang penguasa yang baik harus memiliki pengertian yang jernih akan hukum yang diselenggarakan. Hukum harus diselenggarakan tidak hanya karena penguasa mempunyai wewenang untuk menyelenggarakan hukum. Dan.dikerjakan dalam suatu sikap yang masuk akal dan dengan pikiran sehat,
Seorang pemimpin menjadi salah satu ujung tombak kemajuan perekonomian bangsa. Seorang pemimpin yang mampu mengarahkan masyarakat untuk bekerja keras akan sangat berpengaruh dalam segi-segi perekonomian. Seorang pemimpin yang bijaksana sangat berpengaruh besar dalam menciptakan kondisi masyarakat yang kondusif dalam dunia perekonomian. Dengan adanya Seorang pemimpn yang mampu mengarahkan masyarakatnya untuk menghindari pembunuhan serta mengembangkan cinta kasih dan kasih sayang akan menciptakan kondisi alam yang seimbang. Keseimbangan yang tertata dengan baik, akan memudahkan masyarakat dalam meningkatkan potensi penghasilan yang baik. Sehingga peran pemimpin dalam memberikan dorangan masyarakat akan berpengaruh besar bagi perkembangan dan kemajuan dan peningkatan perekonomian suatu daerah
Melalui tulisan yang telah diuraikan diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa Pancasila Buddhis sebagai latihan dasar dalam mengembangkan kemoralan umat awam dalam memasuki kehidupan beragama (khususnya agama Buddha) sangat relevan apabila diterapkan berkaitan dengan masalah perekonomian suatu bangsa. Pancasila buddhis yang dijadikan sebagai fondasi dasar dalam penyelesaian masalah-masalah perekonomian akan sangat membantu terciptanya ketentraman dalam masyarakat. Menurut Agama Buddha peningkatan ekonomi suatu masyarakat ditujukan untuk menciptakan kondisi di mana mereka bisa meningkatkan kualitas hidupnya. Ajaran Buddha juga menyadari sepenuhnya bahwa setiap orang mempunyai peranan yang besar dalam peningkatan perkembangan ekonomi negara. Oleh karena itu untuk mencipatakan kondisi ekonomi yang baik, Ajaran Buddha memberikan tuntunan untuk mengatur secara tepat tentang ekonomi, terutama di rumah tangga, sehingga tingkat kehidupan masyarakat semakin baik. Mengingat adanya kecenderungan dari setiap orang untuk mengumpulkan kekayaan dengan segala cara, maka sering terjadi persaingan yang tidak sehat, pertengkaran, berlomba-lomba untuk mendapatkan kedudukan dan sebagainya. Maka dari itu, Sang Buddha menasihatkan untuk mengumpulkan dan menggunakan kekayaan dengan jalan yang benar. Selain itu, seseorang yang mengumpulkan dan menggunakan kekayaan haruslah  sesuai Dhamma dengan menghindari pembunuhan serta menupayakan untuk mengembangkan cinta kasih dan kasih sayang kepada semua makhluk hidup. Hal tersebut ditujukan demi kesejahteraan manusia, baik di alam ini dan alam-alam berikutnya.

Sutarto, dkk. 2008. Ips untuk smp/mts kelas VIII. Surakarta: pusat perbukuan departemen pendidikan nasional

Ikhtisar Kitab Vinaya Pitaka




Vinaya disebut juga sebagai silasikkha atau sikkhapada. Silasikkha atau sikkhapada memiliki pengertian mengusir, melenyapkan, memusnahkan segala perilaku yang menghalangi kemajuan dalam peningkatan rohani atau sesuatu yang membimbing keluar dari samsara. Dari istilah tersebut. dengan menjalankan vinaya akan dapat menjauhkan seseorang dari hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri maupun makhluk lain. Vinaya sebagai upaya untuk menekan kekotoran batin, dapat dijalankan oleh siapaun sebagai jalan untuk membimbing seseorang keluar dari samsara.
Vinaya sebagai jalan untuk membimbing seseorang terbebas dari samsara terbagi menadi dua jenis, yang masing-masing dilaksanakan oleh umat buddha. Jenis vinaya yang pertama merupakan Agariya Vinaya untuk gharavasa (seorang perumah tangga). Vinaya yang dilaksanakan oleh garavasa merupakan tahap pertama untuk memasuki kehidupan beragama yang yang lebih tinggi dan luhur. Jenis vinaya yang kedua merupakan Agariya vinaya untuk pabbajita (petapa). Vinaya yang dilaksanakan seorang petapa tahap lanjutan yang digunakan untuk melindungi petapa tersebut dari hal-hal yang akan merugikan atau merintangi jalan yang mereka tempuh menuju nibbana. Vinaya yang dilaksanakan oleh dua kelompok umat buddha untuk seorang perumah tangga dan seorang petapa tentunya akan memiliki hasil dan tujuan yang berbeda pula.
Vinaya yang dilaksanakan oleh para petapa untuk tujuan menuju nibbana akan mendatangkan manfaat yang begitu besar.  Vinaya tersebut memberi manfaat yang besar karena dikarena didalam vinaya  terdapat sila, peraturan-peraturan (sikkhapada) dan disiplin (anadesana), tradisi kebhikkhuan dan keviharaan. Untuk mendapatkan manfaat dari menjalankan vinaya, haruslah dijalankan dengan sungguh-sunguh serta adanya landasan pengertian yang benar.  Manfaat yang diperoleh dari melaksanakan vinaya tersebut adalah untuk:
1.      Kebaikan sangha (tanpa vinaya, eksitensi sangha tidak akan  bertahan lama).
2.      Kesejahteraan sangha (sehingga bhikkhu akan sedikit mendapatkan rintangan).
3.      Mengendalikan para bhikkhu yang tidak teguh (yang dapat menimbulkan persoalan dalam sangha).
4.      Kesejahteraan bhikkhu yang berkelakuan baik (karena dalam pengamalan siladengan baik menyebabkan kebahagiaan hidup sekarang ini).
5.      Melindungi dari, atau melenyapkan kilesa (kekotoran batin).
6.      Mencegah timbulnya kilesa yang baru (kilesa tidak akan timbul pada orang yang memiliki sila yang baik).
7.      Memuaskan mereka yang belum puas dengan dhamma (karena orang yang belum mengenal dhamma akan puas dengan tingkah laku bhikkhu yang baik).
8.      Menambah keyakinan mereka yang telah mendengar dhamma (karena orang yang telah mendengar dhammaakan bertambah kuat melihat bhikkhu yang baik).
9.      Menegakkan dhamma yang benar (dhamma akan bertahan lama bila vinaya dilaksanakan dengan baik oleh bhikkhu)
10.  Manfaat vinaya itu sendiri (vinaya dapat memberikan manfaat kepada makhluk-makhluk, terbebas dari samsara)
Didalam kitab Anguttara nikaya terdapat dua tujuan lain yang diperoleh seorang bhikkhu dengan menjalankan vinaya yaitu: yang pertama bertujuan untuk memperoleh sokongan gharavassa dan yang kedua bertujuan untuk memusnahkan kelompok bhikkhu yang beritikat buruk. Butiran pertama merupakan hal yang terpenting untuk sangha dan yang kedua memperlihatkan bagaimana vinaya telah melindungi sangha.

Bagian kitab Vinaya Pitaka

Dari sejarah penyusunan kitap suci tipitaka, vinaya pitaka didalam versi bahasa pali tersusun secara sistematik sebagai berikut:
A.    Sutta Vibhanga
Didalam Sutta Vibhanga terdiri dari:
1.      Maha Vibhanga disebut juga Bhikkhu Vibhanga, terdiri 227 peraturan latihan yang menjadi sumber dari pada patimokkha-sila. Bhikkhu Vibhanga terdiri dari:
Ø  Parajika
Bagian ini terdiri dari empat disiplin apabila dilanggar menyebabkan secara otomatis gugur kebhikkhuanya. Parajika ini meliputi
Ø  Sanghadisesa
Bagian ini terdiri dari tiga belas disiplin. Bila dilangar hanya dapat diselesaikan oleh sangga yang terdiri dari sekurang-kurangnya ada 20 orang.
Ø  Aniyata
Bagian ini terdiri dari dua disiplin yang berkenaan dengan pelanggaran yang tidak jelas.
Ø  Nissagiya Pacittiya
Bagian ini terdiri dari 30 disiplin apabila dilanggar menyebabkan kejatuhan  dalam mental –spiritual.
Ø  Pacittiya
Bagian ini terdiri dari 92 disiplin apabila dilanggar menyebabkan kemerosotan sila.
Ø  Patidesaniya
Bagian ini terdiri dari empat disiplin apabila dilanggar memerlukan pengakuan bersalah.
Ø  Sakhiyadhamma
Bagian ini terdiri dari 75 disiplin tatakrama
Ø  Adhikaranasamatha
Bagian ini terdiri dari tujuh peraturan peraturan yang berkenaan dengan proses hukum untuk penyelesaian permasalahan dalam sangha.

2.      Cula Vibhanga, disebut juga bhikkhuni Vibhanga yang terdiri dari 311 peraturaan-latihan yang juga merupakan sumber patimokha-sila untuk para bhikkhu dengan susunan yang sama dengan pathimokha-sila untuk para bhikkhu. Bhikkhu vibhanga terdiri dari:
Ø  Delapan Parajika
Ø  17 Sanghadisesa
Ø  30 Nissagiya
Ø  166 Pacittia
Ø  Delapan Patidesania
Ø  75 Sekhiyadhamma
Ø  7 Adhikaranasamatha

B.     Kandhaka
Kandhaka terdiri dari:
1.      Maha vagga
Maha vaga mengandung catatan rangkaian peristiwa mulai sesaat setelah mencapai penerangan sempurna sampai terbentuknya sangha dan berbagai cara pentabihsan calon bhikkhu serta peristiwa-peristiwa yang menyebabkan timbulnya suatu peristiwa-pelatihan. Peraturan-pelatihan itu berada tidak termasuk pathimokha-sila. Maha vaga terdiri dari:
Ø  Mahakhanda
Bagian ini mengenai peristiwa sesaat setelah mencapai penerangan sempurna hingga terbentuknya sangha dan berbagai metoda penerimaan menjadi bhikkhu.
Ø  Uposatha khandhaka
Bagian ini mengenai pengumuman hari-hari uposatha dan berbagai jenis sima.
Ø  Vassupanayika khandhaka
Bagian ini mengenai memasuki vassa dan cara pelaksanaannya; yang disampaikan oleh mahinda kepada raja devanampiyatissa bagaimana perlunya mendirikan sebuah vihara di cetiyagiri.
Ø  Pavarana khandhaka
Bagian ini mengenai hari pavarana, pada saat ini bhikkhu diminta untuk berbicara satu dengan yang lainnya tentang setiap kesalahan atau perilaku yang tidak patut yang mereka lihat, dengan atau curigai yang dilakukan selama vassa; dan bilamana pelaksanaan vassa itu gagal.
Ø  Chamma khandhaka
Bagian ini mengenai diperbolehkannya bhikkhu memakai sendal oleh Sang Buddha.

Ø  Bhesajja khandha
Bagian ini mengenai peraturan-peraturan untuk bhikkhu yang akan menjalani oprasi dan pemakaian obat-obatan yang diijinkan oleh Sang Buddha
Ø  Kathina khandhaka
Bagian ini mengenai peraturan-peraturan latihan yang berhubungan dengan kathina. Penentuan oleh bhikkhu (yang bervassa di tempat itu) kepada siapa kain dan jubah akan diserahkan atas persetujuan sangha.
Ø  Civara khandhaka
Bagian ini mengenai peraturan latihan yang berhubungan dengan bahan jubah dan enam jenis jubah yang diperolehkan untuk bhikkhu.
Ø  Champoyya
Bagian ini mengenai kegiatan-kegiatan sangha yang patut dan tidak patut. Kasus bhikkhu-bhikkhu campa.
Ø  Kosambika khandaka
Bagian ini mengenai perselisihan di kosamhi dan di hutan Parileyyaka sewaktu Sang Buddha menjalani vassa ke-10. Kasus bhikkhu-bhikkhu di kosamhi
2.      Culla Vagga
Culla Vaga mengandung catatan sejarah peraturan pengelolaan sangha sampai kepada sangayana ke II, seratus tahun setelah Sang Buddha parinibhana. Didalam Culla Vibhanga terdapat beberapa acuan pada sutta vibhanga. Hal ini mewujudkan otoritas Sutta Vibhanga  dalam penyusunan Culla Vibhanga. Culla Vagga terdiri dari:
Ø  Kamma khandhaka
Bagian ini mengenai tindakan-tindakan formal yang harus diambil oleh Sangha dalam keadaan tertentu.
Ø  Parivasikha khandhaka
Bagian ini mengenai tingkah laku bhikkhu yang dalam masa percobaan karena beberapa pelanggaran disiplin.
Ø  Samuccaya khandhaka
Bagian ini mengenai hukum dan rehabilitas setelah menjalani hukuman.
Ø  Samatha khandhaka
Bagian ini mengenai hukuman dan penyelesaiannya.
Ø  Kudhakavattu
Bagian ini mengenai pelanggaran-pelanggaran ringan seperti memelihara jenggot dan kumis
Ø  Sanasana khandhaka
Bagian ini mengenai perilaku yang baik para bhikkhu di dalam tempat tinggal (kuti).
Ø  Sanghabheda khandhaka
Bagian ini mengenai peristiwa-peristiwa yang menjurus ke perpecahan sangha yang disebabkan oleh devadatta.
Ø  Vatta khandhaka
Bagian ini mengenai kegiatan-kegiatan rutin kevihara dan pelaksanaan-pelaksanaan sehari-hari, seperti  pindatta, makan, dan berdiam dalam hutan.
Ø  Patimokhathapana khandha
Bagian ini mengenai saat pembacaan patimokha.
Ø  Bhikkhuni khandhaka
Bagian ini mengenai pembentukan sangha bhikkhuni dan delapan peraturan keras untuk bhikkhuni.
Ø  Pancasati khandhaka
Bagian ini mengenai sanghayana pertama.
Ø  Sattasati khandhaka
Bagian ini mengenai sanghayana kedua.

C.     Parivara
Parivara merupakan rangkuman dan pengelompokan peraturan-peraturan dalam vinaya yang disusun dalam bentuk tanya jawab untuk tujuan memberikan petunjuk dan pemeriksaan. Aturan-aturan yang ada didalam sutta vibhanga dan khandha-khandha disertai dengan cerita mengenai terjadinya aturan tersebut. Didalam Parivara diaantaranya bersifat benar-benar formal yang semata-mata menunjukan bahwa para bhikkhu atau beberapa bhikkhu telah melakukan pelanggaran atau yang mengikuti kebiasaan tertentu yang yang menyebabkan Sang Buddha menetapkan  suatu ketetapan. Akan tetapi, cerita yang nyata dimasukkan khusus dalam Maha Vagga dan Culla Vagga serta sutta dan sutta pitaka.

Posisi Kitab Suci Vinaya Pitaka sebagai bagian Tipitaka
Vinaya merupakan hal yang sangat penting bagi eksistensi agama buddha. pentingnya vinaya bagi para bhikkhu  ditetapkan pada sidang sanghayana pertama yang dipimpin oleh Arahat Maha Kassapa. Dalam sanghayana pertama para arahat memutuskan vinaya pitaka sebagai bagian pertama di dalam kitab suci tipitaka. Penetapan tersebut didasarkan “vinaya adalah jiwa agama (sasana); selama vinaya tegak berdiri, agama pun tegak berdiri. Oleh karena itu, marilah kita kita ucap-ulang vinaya terlebih dahulu”. Dengan menjalankan vinaya akan mempelihara dhamma yang telah diajarkan oleh Sang Buddha seumpama seutas benang mengikat bunga-bunga menjadi satu, sehingga tidak mudah dicerai beraikan oleh angin.
Keterkaitan antara dhamma dengan vinaya tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi bagian-bagian yang utuh. Mengajarkan dhamma tanpa vinaya, sama artinya dengan mengajarkan jalan tanpa menunjukan bagaimana cara memulai dan menempuhnya. Sebaliknya, vinaya tanpa dhamma hanya merupakan peraturan-peraturan kosong yang sedikit manfaatnya. Hal terseebut juga berlaku bagi bhikkhu maupun gharavasa.
Setiab bhikkhu berkewajiban untuk melaksanakan vinaya dan kriteria baik-buruknya seseorang bhikkhu berdasarkan kepatuhanya terhadap vinaya, maka akan timbul dua komplikas:
1.      Mereka yang tidak taat dan tidak sunguh-sunguh melaksanakan vinaya. Oleh sebab itu sukar mengendalikan bhikkhu sangha dengan baik.
2.      Mereka yang menlaksanakan vinaya dengan sungguh-sungguh, tetapi dengan membabi buta dan mengangap diri mereka lebih baik daripada bhikkhu-bhikkhu yang lainnya yang mereka cela karena tidak menjalankan vinaya. Mereka akan merasa jengkel bila berada dalam pertemuan bhikkhu sangha. Oleh karena sikap mereka yang demikian itu, mereka tidak akan meraih kebahagiaan.

Kesimpulan:
Vinaya pitaka merupakan peraturan disiplin yang ditetapkan oleh Sang Buddha untuk mengatur perilaku bhikkhu dan bhikkhuni. Dengan menjalankan vinaya dengan sungguh-sungguh akan membawa kebahagiaan pada mereka yang menjalankan dengan pengertian benar. Akan tetapi, vinaya yang dijalankan dengan kesungguhan dengan pengertian salah akan menimbulkan kejengkelan, kegelisahan atau ketegangan bagi bhikkhu yang menjalankannya dengan pandangan salah.

Refrensi:
_ _ _. 2003. Materi Kuliah Agama Buddha Untuk Perguruan Tinggi Agama Buddha. Jakarta: Dewi Kayana Abadi.
Rashid, Drs. Teja S.M. 1997. Sila dan Vinaya. Jakarta: Buddhis Bodhi.