Senin, 06 April 2015

TIGA PULUH SATU ALAM KEHIDUPAN (31 BHUMI)

TIGA PULUH SATU ALAM KEHIDUPAN
(31 BHUMI)
A. Pendahuluan
 Buddha dipuja oleh para dewa dan manusia karena keagungannya,kesuciannya, pengabdiannya yang besar, dan berbagai sifat mulia lainnya. Salah satu sifat mulia atau keagungan Beliau adalah lokavidu yang berarti mengenal semua alam kehidupan yang ada di alam semesta ini. Dengan kebijaksanaan dan kemampuanbatin yang Beliau miliki, Beliau mampu mengetahui adanyatigapuluh satu alam kehidupan yang terdapat di alam semesta ini. Tiga puluh satu alam kehidupan itu merupakan tempat berdiamnya makhluk-makhluk. Makhluk-makhluk yang berdiam di dalam tiga puluh satu alam kehidupan itu masih mengalami kelahiran dan kematian. Mereka masih mengalami dukkha, yang berarti penderitaan, ketidakpuasan, danjuga kebahagiaan yang selalu berubah-ubah. Jadi, tiga puluh satu alam kehidupan itu dicengkeram oleh anicca atau ketidakkekalan. Jika seseorang yang belum mencapai tingkat kesucian arahat itu meninggal dunia, maka ia akan bertumimbal lahir lagi di salah satu alam dari tiga puluh satu alam kehidupan sesuai dengan karmanya.
Nibbana yang merupakan tujuan terakhir umat Buddha itu berada di luar tiga puluh satu alam kehidupan. Nibbana terbebas dari kelahiran dan kematian, terbebas dari derita. Nibbana tidak termusnah, ada, dan tidak berubah. Seseorang yang telah mencapai Nibbana tidak akan merasakan penderitaan lagi karena batinnya telah bersih dari segala kekotoran batin atau kilesa. Orang yang telah mencapai Nibbana tidak akan bertumimbal lahir lagi di alam mana pun.
Dalam modul ini dibahas mengenai tiga puluh satu alam kehidupan yang dibagi secara kelompok-kelompok. Ada tiga kelompok pembagian tiga puluh satu alam kehidupan itu. Kelompok pertama adalah Kama Bhumi yang terdiri atas sebelas alam kehidupan yang makhluk-makhluknya masih senang dengan nafsu indera dan terikat dengan panca indera. Sebelas Kama Bhumi ini dibahas dalam Kegiatan Belajar pertama. Kelompok kedua adalah Rupa Bhumi yang terdiri atas enam betas alam kehidupan yang makhluk-makhluknya mempunyai rupa-jhana. Enam belas Rupa Bhumi ini dibahas dalam Kegiatan Belajar kedua. Sedangkan, kelompok ketiga adalah Arupa Bhumi yangterdiri atas empatalam kehidupan yang makhluk-makhluknya mempunyai arupa-jhana. Empat Arupa Bhumi ini dibahas dalam Kegiatan Belajar ketiga.
Dengan mempelajari diktat ini, Anda akan memahami tiga puluh satu alam kehidupan yang terdapat di alam semesta ini yang merupakan tempat berdiamnya makhluk-makhluk.
Setelah mempelajari modui ini, Anda diharapkan mampu :
1. Menyebutkan pembagian tiga puluh satu alam kehidupan;
2. Menyebutkan pembagian sebelas Kama Bhumi;
3. Menjelaskan alam-alam yang termasuk dalam empat Apaya Bhumi;
4. Menyebutkan perbuatan-perbuatan yang dapat mengakibatkan kelahiran di alam neraka;
5. Menjelaskan alam-alam yang termasuk dalam tujuh Kamasugati Bhumi.;
6. Membedakan alam manusia dengan alam dewa;
7. Menyebutkan pembagian enam belas Rupa Bhumi;
8. Menjelaskan alam-alam yang termasuk dalam empat Arupa Bhumi.

B. Sebelas Kama Bhumi
 Dalam tiga puluh satu alam kehidupan terdapat satu kelompok alam yang disebut Kama Bhumi. Kama Bhumi adalah alam kehidupan yang makhluk-makhluknya masih senang dengan nafsu indera dan terikat dengan panca indera. Pada umumnya makhluk-makhluk yang berdiam di Kama Bhumi ini masihsuka menikmati kesenangan-kesenangan duniawi. Misalnya, makhlukyang berdiam di Manussa Bhumi itu masih suka berpacaran dan melakukan hubungan sex. Namun, mereka kadang-kadang kecewa bila hubungan cintanya putus di tengah jalan. Mereka kadang-kadang sedih bila pesta usai, bila perjalanan ke tempat-tempat rekreasi berakhir, dan lain-lain. Dengan demikian, kesenangan-kesenangan duniawi itu bersifat tidakkekal. Oleh sebab itu, makhluk-makhluk yang berdiam di Kama Bhumi harus menyadari hakekat hidup dan kehidupan ini dengan sewajarnya. Selanjutnya, mereka harus berusaha mempraktekkan ajaran-ajaran Sang Buddha dalam kehidupannya sehari-hari, agar mereka dapat terbebas dari kekecewaan, ketidakpuasan, atau dukkha.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa di alam semesta ini terdapat juga makhluk-makhluk yang masih memiliki nafsu indera. Mereka berdiam di Kama Bhumi. Kama Bhumi terdiri atas sebelas alam kehidupan, yang dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Apaya Bhumi atau Duggati Bhumi, yang terdiri atas empat alam.
b. Kamasugati Bhumi, yang terdiri atas tujuh alam.
a. Apaya Bhumi atau Duggati Bhumi.
Apaya Bhumi atau Duggati Bhumi merupakan alam kehidupan yang menyedihkan. Dikatakan menyedihkan karena di alam ini tidak terdapat kesenangan dan kebahagiaan. Makhluk-makhluk yang berdiam di alam ini mengalami penderitaan yangberkepanjangan. Penderitaan itu bukan merupakan hukuman atau siksaan dari Tuhan atau Sang Buddha, tetapi itu merupakan akibat dari perbuatanjahat yang telah dilakukannya pada kehidupan-kehidupan sebelumnya.
Apaya Bhumi atau Duggati Bhumi terdiri atas empat alam kehidupan, yaitu :
1. Niraya Bhumi atau alam neraka.
2. Peta Bhumi atau alam setan.
3. Asurakaya Bhumi atau alam raksasa asura.
4. Tiracchana Bhumi atau alam binatang.

1. Niraya Bhiimi.
Di dalam masyarakat, pemah ada orang berkata, "Setelah meninggal dunia, saya mau ke neraka saja karena di sana banyak bintang film yang cantik-cantik." Tentu saja itu kata-kata bercanda. Sebab, secantik-cantiknya bintang film, bila ia telah sampai di neraka, maka ia akan berubah menjadi tidak cantik lagi. Keadaan makhluk neraka amat menyedihkan. Ada yang tubuhnya dibakar oleh api yang berkobar, ditusuk dengan besi panas, dan sebagainya. Akibatnya, wajah mereka berkerinyut menahan sakit, lidahnya terjulur kehausan, mulutnya merintih-rintih mengeluarkan air liur, dan lain-lain.
Di dalam kitab-kitab agama Buddha, neraka disebut niraya. Niraya berasal dari kata ni dan aya yang berarti ketiadaan kebahagiaan. Jadi, suatu alam disebut Niraya Bhumi atau alam neraka karena di alam ini tidak terdapat kesenangan dan kebahagiaan. Makhluk-makhluk yang berdiam di alam ini selalu mengalami penderitaan terus-menerus sebagai akibat karma buruknya.
Niraya Bhumi termasuk salah satu dari empat alam kehidupan yang menyedihkan (Apaya Bhumi). Niraya Bhumi juga terbagi atas beberapa kelompok alam, di antaranya ada yang disebut kelompok delapan Maha-Naraka atau neraka besar, yaitu Sanjiva Naraka, Kalasutta Naraka, Sanghata Naraka, Roruva Naraka, Maharoruva Naraka, Tapana Naraka, Mahatapana Naraka, dan Avici Naraka. Masing-masing neraka besar ini terbagi lagi, sehingga keseluruhannya terdapat seratus tiga puluh enam neraka.
Sanjiva berarti "hidup lagi dan hidup lagi". Suatu alam disebut Sanjiva Naraka karena makhluk yang^udup^T alam ini akan merasakan penderitaan terus menerus selama hidupnya. Tubuh makhluk-makhluk yang terlahirdi neraka ini akan terpotong-potong menjadi kepingan-kepingan tiada putusnya, tetapi makhluk-makhluk ini tidak mati. Mereka hidup lagi dan hidup lagi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan karma buruk mereka yang menyebabkan mereka harus menderita dengan cara seperti itu. Dalam hal ini, kematian pun tidak dapat melepaskan mereka dari siksaan tersebut.
Kalasuta berarti benang hitam. Suatu alam disebut Kalasuta Naraka karena makhluk yang hidup di alam ini akan merasakan penderitaan yangberupa tubuhnya dijelujuri oleh penyiksa dengan benang hitam dan dipukuli dengan beliung. Sanghata Naraka berarti neraka penghancur. Suatu alam disebut Sanghata Naraka karena makhluk yang hidup di alam ini akan merasakan penderitaan yang berupa dirinya dihancurkan oleh batu karang besar yang menyala-nyala yang datang dari empat penjuru.
Roruva Naraka berarti daerah tartarus. Suatu alam disebut Roruva Naraka karena makhluk yang hidup di alam ini akan merasakan penderitaan yang berupa tubuh mereka dibakar dari dalam oleh nyala api dan asap yang masuk melalui sembilan lubang seperti telinga, hidung, dan sebagainya. Api itu membakar di dalam tubuh mereka yang dapat diumpamakan seperti daerah tartarus. Hal ini mengakibatkan penderitaan yang amat parah bagi mereka, sehingga mereka menangis tiada henti-hentinya.
Maharoruva berarti roruva besar. Suatu alam disebut Maharoruva Naraka karena makhluk yang hidup di alam ini akan merasakan penderitaan yang berupa tubuhny a dipanggang dalam nyala api yang besar sekali dan dalam penderitaan itu mereka pun menangis tiada henti-hentinya. TapanaLberarti pembakar. Suatu alam disebut Tapana Naraka karena makhluk yang hidup di alam ini akan merasakan penderitaan yang berupatubuhnyadiikatpadabatangbesi panas yang menyala yang ditanam pada lantai yang menyala pula. Mereka terikat erat dan tidak dapat bergerak.
Mahatapana-berarti pembakaran yang hebat. Suatu alam disebut Mahatapana Naraka karena makhluk yang hidup di alam ini akan merasakan penderitaan yang berupa tubuhnya dipukul secara paksa dengan senjata otomatis yang bekerja sendiri dan menyala-nyala untuk mendaki gunung yang diliputi oleh api. Api itu menyerang tubuh mereka dengan kuat sehingga mereka terjatuh ke bawah lagi. Kemudian, mereka diikat lagi pada batang besi menyala dan tidak dapat bergerak. Mereka amat menderita dengan keadaan seperti itu.
Avici berarti tanpa penghentian. Suatu alam disebut Avici Naraka karena makhluk yang hidup di alam ini akan merasakan penderitaan yang berupa tubuhnya diserang oleh api dari sisi yang satu dan sisi lainnya secara bergantian tiada hentinya. Avici Naraka merupakan neraka terbawah dan terbesar. Makhluk-makhluk dapat tumimbal lahir di alam neraka avici karena mereka telah melakukan lima perbuatan durhaka (akusala garuka kamma) pada kehidupan sebelumnya. Lima perbuatan durhaka tersebut adalah :
1). Membunuh ibu kandung.
2). Membunuh ayah kandung.
3). Membunuh arahat (orang suci tingkat tertinggi).
4). Melukai Sang Buddha.
5). Memecah belah Sangha.
Devadatta yang merupakan siswa Sang Buddha yang durhaka telah melakukan dua dari lima perbuatan durhaka, yaitu melukai Sang Buddha dan memecah belah Sangha. Akibatnya, ia bertumimbal lahir di alam neraka avici ini. la hidup di alam neraka avici ini selamaseratus ribu kappa.
Makhluk-makhluk dapat bertumimbal lahir di alam neraka karena mereka telah melakukan perbuatan-perbuatan yang penuh dengan dosa atau kebencian pada kehidupannya yang lampau. Ada pemyataan dalam bahasa Pali sebagai berikut, "Dosena hi candajatataya dosasadisam nirayam uppajjanti", yang berarti : semua makhluk dilahirkan di alam neraka dengan kekuatan dosa.
Di dalam kitab suci, SangBuddha menguraikan secara terperinci mengenai delapanjenis perbuatan jahat yang dapat mengakibatkan kelahiran di alam neraka, yaitu :
1). Suka mencelakakan atau membunuh bhikkhu, samanera, dan umat Buddha yang taat pada agama. Orang yang bekerja sebagai algojojuga dapat terlahir di alam neraka ini.
2). Suka memeras, menganiaya, dan membunuh makhluk hidup dengan kekuasaan yang dimilikinya.
3). Suka korupsi, mencari keuntungan berupa uang yang bertentangan dengan kebenaran, menyelewengkan uang penyebaran agama untuk kepentingan pribadi, menyelewengkan ajaran agama, mencuri harta benda kepunyaan orang tua, guru, sangha, dan lain-lain.
4). Membakar kota, rumah, tempat ibadah, rumah sakit, kantor, dan merusak candi-candi dengan sengaja.
5). Mempunyai pandangan salah, seperti anti agama, tidak percay a pada hukum karma, tumimbal lahir, dan kebenaran lainnya.
6). Melakukan lima perbuatan durhaka (akusala garuka kamma), yaitu membunuh orang tua dan arahat (orang suci tingkat tertinggi), melukai Sang Buddha, dan memecah belah sangha.
7). Menggugurkan kandungan. Wanita yang menggugurkan kandungan, walaupun ia baru mengandung sebulan, akanteqatuhdi alam nerakakarenadengan menggugurkan kandungan, iatelah melakukan pembunuhan terhadap makhluk yang ada dalam rahimnya. Namun, orang yang melaksanakan KB tidak berarti menggugurkan kandungan, sehingga ia belum tentu akan dilahirkan di alam neraka setelah kematiannya.
8). Suka berzina, suka mengadakan hubungan sex dengan suami atau isteri orang lain, suka memecah belah kerukunan hubungan suami dan isteri orang lain, atau merebut suami atau isteri orang lain untuk dijadikan teman hidup.
Perbuatan-perbuatan jahat di atas dapat mengakibatkan kelahiran di alam-alam neraka. Sang Buddha menjelaskan pembagian perbuatan jahat dalam alam neraka sebagai berikut:
1). Perbuatan membunuh manusia dapat mengkibatkan pelakunya terlahir kembali di Sanjiva Naraka atau Kalasutta Naraka.
2). Perbuatan membunuh binatang dapat mengakibatkan pelakunya terlahir kembali di Sanghata Naraka atau Roruva Naraka.
3). Perbuatan mencuri dapat mengakibatkan pelakunya terlahir kembali di Maharoruva Naraka.
4). Perbuatan membakar kota dapat mengakibatkan pelakunya terlahir kembali di Tapana Naraka.
5). Mempunyai pandangan salah dapat mengakibatkan pemiliknya terlahir kembali di Mahatapana Naraka.
6). Perbuatan melakukan lima perbuatan durhaka (akusala garuka kamma) dapat mengkibatkan pelakunya terlahir kembali di Avici Naraka.
Makhluk-makhluk yang terlahir di alam neraka amat menderita. Mereka tidak mempunyai waktu untuk bermimpi dan memuaskan nafsu sexnya. Namun, neraka bukan merupakan akhir dari segalanya. Makhluk-makhluk di sana tidak akan tersiksa terus selamanya tanpa daya dan tanpa harapan. Mereka hidup di sana hanya untuk waktu tertentu. Jika karma buruk untuk hidup di sana telah habis, maka mereka akan meninggal dari alam neraka untuk bertumimbal lahir lagi di alam-alam lain sesuai dengan karmanya. Jadi, pada suatu waktu makhluk-makhluk penghuni neraka itu akan dapat bertumimbal lahir lagi di alam-alam lain, untuk melanjutkan perjalanan hidup dalam lingkaran tumimbal lahir, sampai akhirnya tercapai Nibbana.
2. Peta Bhumi.
Peta berarti setan. Suatu alam disebut Peta Bhumi atau alam setan karena makhluk yang berdiam di alam ini jauh dari kesenangan dan kebahagiaan. Mereka tergolong sebagai makhluk yang sengsara dan celaka. Mereka mempunyai bentukjasmanitersendiri dengan rupayangburukdan dengan berbagai macam ukuran besar dan tingginya.
Makhluk-makhluk setan dapat bertumimbal lahir di alam setan (Peta Bhumi) karena mereka telah melakukan perbuatan-perbuatan yang penuh dengan lobha atau keserakahan pada kehidupannya yang
lampau. Ada pemyataan dalam bahasa Pali sebagai berikut, "Yebhuyyayena hi sattatanhaya pettivisayam uppajjanti", yang berarti : semua makhluk dilahirkan di alam setan dengan kekuatan lobha.
Makhluk setan ini terbagi dalam beberapa kelompok, di antaranya terdapat kelompok-kelompok setan yang disebut Empat Peta, Dua belas Peta, dan Dua puluh satu Peta.
Dalam kitab Petavatthu Atthakatha dijelaskan adanya empat jenis peta atau setan sebagai berikut
1. Paradattupajivika Peta, atau setan yang memelihara hidupnya dengan memakan makanan yang disuguhkan orang dalam upacara sembahyang.
2. Khupapipasika Peta, atau setan yang selalu lapar dan haus.
3. Nijjhamatanhika Peta, atau setan yang selalu kepanasan.
4. Kalakancika Peta, atau setan yang sejenis asura atau nama asura yang menjadi setan.
Dan keempat jenis peta atau setan ini, hanya Paradattupajivika Peta yang dapat menerima dan memakan makanan yang disajikan orang dalam upacara sembahyang. Tiga peta atau setan lainnyatidak dapat menerima makanan yang disajikan orang dalam upacara sembahyang. Jika para Bodhisatva terlahir menjadi setan, maka ia akan menjadi setan jenis Paradattupajivika Peta, dantidakakan menjadi peta atau setan lainnya.
Dalam kitab Gambhilokapannatti dijelaskan adanya dua belas jenis peta atau setan sebagai berikut:
1. Vantasa Peta, atau setan yang memakan air ludah, dahak,dan muntah.
2. KunapasaPeta, atau setan yang memakan mayat manusia dan binatang.
3. Guthakhadaka Peta, atau setan yang memakan berbagai macam kotoran.
4. Aggijalamukha Peta, atau setan yang mulutnya selalu ada api.
5. Sucimuja Peta, atau setan yang mulutnya sekecil lobangjarum.
6. Tanhattita Peta, atau setan yang dikendalikan oleh tanha atau nafsu sehingga selalu lapar dan haus.
7. Sunijjhamaka Peta, atau setan yang bertubuh hitam seperti arang.
8. Suttanga Peta, atau setan yang mempunyai kuku, tangan, dan kaki yang panjang dan setajam pisau.
9. Pabbatang Peta, atau setan yang bertubuh setinggi gunung.
10. Ajagaranga Peta, atau setan yang bertubuh seperti ular.
11.Vemanika Peta, atau setan yang menderita di waktu siang dan senang di waktu malam dalam kahyangan.
12. Mahidadhika Peta, atau setan yang mempunyai kekuatan ilmu gaib. Ilmu gaib setan ini tidaksama dengan abhinna atau kemampuanbatin. Setan jenis inilah yangsering masukke tubuh manusia yang kesurupan.
Dalam kitab suci Vinaya dan Lakkhanasanyutta dijelaskan adanya dua puluh satu jenis peta atau setan sebagai berikut:
  1. Atthisankhasika Peta, atau setan yang mempunyai tulang bersambungan tetapi tidak mempunyai daging.
  2. Mansapesika Peta, atau setan yang mempunyai daging terpecah-pecah tetapi tidak mempunyai tulang.
3. Mansapinada Peta, atau setan yang mempunyai daging berkeping-keping.
4. Nicachaviparisa Peta, atau setan yang tidak mempunyai kulit.
5. Asiloma Peta, atau setan yang berbulu tajam.
6. Sattiloma Peta, atau setan yang berbulu seperti tombak.
7. Usuloma Peta, atau setan yang berbulu panjang seperti anak panah.
8. Suciloma Peta, atau setan yang berbulu seperti jarum.
9. Dutiyasuciloma Peta, atau setan yang berbulu jarum jenis kedua.
10. Kumabhanda Peta, atau setan yang mempunyai buah kemaluan sangat besar.
11. Guthakupanimugga Peta, atau setan yang bergelimangan dengan kotoran.
12. Guthakhadaka Peta, atau setan yang makan kotoran.
13. Nicachavitaka Peta, atau setan perempuan yang tidak mempunyai kulit.
14. Dugagandha Peta, atau setan yang berbau sangat busuk.
15. Ogilini Peta, atau setan yang badannya seperti bara api.
16. Asisa Peta, atau setan yang tidak mempunyai kepala.
17. Bhikkhu Peta, atau setan yang berbadan seperti bhikkhu.
18. Bhikkhuni Peta, atau setan yang berbadan seperti bhikkhuni.
19. Sikkhamana Peta, atau setan yang berbadan seperti pelajar wanita atau calon bhikkhuni.
20. Samanera Peta, atau setan yang berbadan seperti samanera.
21. Samaneri Peta, atau setan yang berbadan seperti samaneri.
Dari uraian di atas nyatalah bahwa ada satu jenis setan yang disebut Bhikkhu Peta. Makhluk ini dapat terlahir dalam keadaan seperti ini karena pada kehidupan sebelumnya, ketika ia masih hidup di alam manusia sebagai bhikkhu, ia tidak taat pada Dhamma (ajaran Sang Buddha) dan Vinaya (peraturan  kebhikkhuan). la sering melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan Dhamma dan Vinaya. Makhluk peta ini adakalanya berdiam di bawah-bawah pohon atau di tempat-tempat lain, dalam bentukmenyerupai bhikkhu.

3. Asurakaya Bhumi.
Asurakaya berarti raksasa asura. Suatu alam disebut Asurakaya Bhumi atau alam raksasa asura, karena makhluk yang berdiam di alam ini jauh dari kemuliaan, kebebasan, dan kesenangan. Asurakaya Bhumi merupakan salah satu alam dari Apaya Bhumi. Jadi, makhluk raksasa asura berdiam di Apaya Bhumi.
Makhluk-makhluk dapat bertumimbal lahir di alam raksasa asura karena mereka telah melakukan perbuatan-perbuatan yang penuh dengan lobha atau keserakahan pada kehidupan-kehidupannya yang lampau. Makhluk raksasa asura ini mempunyai badan jasmani yang berukuran tinggi dan besar.
Makhluk raksasa asura dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Deva Asura, atau kelompok dewa yang disebut asura.
2. Peta Asura, atau kelompok setan yang disebut asura.
3. Niraya Asura, atau kelompok makhluk neraka yang disebut asura.

Kelompok dewa yang disebut Asura atau Deva Asura itu terdiri atas enam jenis, yaitu :
1. Vepacitti Asura.
2. Subali Asura.
3. Rahu Asura.
4. Pahara Asura.
5. Sambarati Asura.
6. Vinipatika Asura.
Dan keenam jenis Deva Asura tersebut, jenis pertama sampai dengan jenis kelima, yaitu Vepacitti Asura, Subali Asura, Rahu Asura, Pahara Asura, dan Sambarati Asura disebut Asura karena tempat tinggalnya di Apaya Bhumi, jauh dari alam Dewa Tavatimsa. Deva Asura jenis keenam, yaitu Vinipatika Asura, termasukmakhluk Asura karena ukuranbadanjasmani dan tenaganyalebihkecildari Dewa Tavatimsa. Makhluk Deva Asura ini bertempat tinggal di hutan, gunung, pohon, rumah, cetiya, vihara, dan lain-lain.
4. Tiracchana Bhumi.
Tiracchana berarti binatang. Suatu alam disebut Tiracchana Bhumi atau alam binatang, karena makhluk-makhluk yang berdiam di alam ini tidak mempunyai tempat yang khusus.
Makhluk-makhluk binatang dapat bertumimbal lahir di alam binatang (Tiracchana Bhumi) karena merekatelahmelakukanperbuatan-perbuatan yangberdasarkan moha atau kebodohan padakehidupannya yang lampau. Ada pernyataan dalam bahasa Pali sebagai berikut, "Mohena hi niccasammulaham tiracchanayoniyam uppajjanti", yang berarti : semua makhluk dilahirkan di alam binatang dengan kekuatan moha.
Ditinjau dari penglihatan mata, makhluk binatang dapat dibagi atas dua kelompok, yaitu :
1. Kelompok makhluk binatang yang dapat dilihat dengan mata biasa, seperti rusa, kera, gajah, dan lain-lain yang terdapat di kebun binatang dan di tempat-tempat lain.
2. Kelompok makhluk binatang yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa karena binatang tersebut berbadan halus.
Ditinjau dari kakinya, makhluk binatang dapat dibagi atas empat kelompok, yaitu :
1. Apadatiracchana, atau kelompok makhluk binatang yang tidak mempunyai kaki, seperti ular, ikan, cacing, dan lain-lain.
2. Dvipadatiracchana, atau kelompok makhluk binatang yang mempunyai dua kaki, seperti ayam, itik, angsa, burung, dan lain-lain.
3. Catupadatiracchana, atau kelompok makhluk binatang yang mempunyai empat kaki, seperti kuda, kerbau, kambing, rusa, harimau, anjing, kucing, kelinci, kadal, dan lain-lain.
4. Bahuppadatiracchana, atau kelompok makhlukbinatang yang mempunyai banyak kaki, seperti ulat bulu, lipan, kalajengking, kepiting, laba-laba.dan lain-lain.

b. Kamasugati Bhumi.
Kamasugati Bhumi merupakan alam kehidupan nafsu yang menyenangkan. Kamasugati Bhumi terdiri atas tujuh alam kehidupan, dan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Manussa Bhumi atau alam manusia, yang terdiri atas satu alam.
2. Deva Bhumi atau alam dewa, yang terdiri atas enam alam.
Manussa Bhumi.
Manussa berarti manusia. Suatu alam disebut Manussa Bhumi atau alam manusia karena makhluk yang disebut manusia ini mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, yang berguna dan tidak berguna, yang berfaedah dan tidak berfaedah, dan lain-lain.
Makhluk-makhluk dapat bertumimbal lahir di alam manusia karena pada kehidupannya yang lampau, mereka taat terhadap Pancasila Buddhis dan sepuluh Kusala Kammapatha atau sepuluh macam perbuatanbaik. Sepuluh Kusala Kammapatha itu dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Kayasucarita, Vacisucarita, dan Manosucarita.
Kayasucarita (kusala kaya kamma) berarti perbuatan baik yang dilakukan melalui badan jasmani. Kayasucarita terdiri atas tiga jenis, yaitu :
1. Panatipata veramani, yang berarti menghindari membunuh.
2. Adinnadana veramani, yang berarti menghindari mencuri.
3. Kamesumicchacara veramani, yang berarti menghindari berzinah.
Vacisucarita (kusalavaci kamma) berarti perbuatan baikyangdilakukanmelaluiucapan. Vacisucarita terdiri atas empat jenis, yaitu :
1. Musavada veramani, yang berarti menghindari berdusta.
2. Pisunaya vacaya veramani, yang berarti menghindari memfitnah.
3. Pharusaya vacaya veramani, yang berarti menghindari bicara kasar.
4. Samphappalapa veramani, yang berarti menghindari bicara hal-hal yang tidak perlu atau omong kosong.
Manosucarita (kusala mano kamma) berarti perbuatan baik yang dilakukan melalui pikiran. Manosucarita terdiri atas tiga jenis, yaitu :
1. Anabhijjha, yang berarti tidak mempunyai nafsu serakah.
2. Abyapada, yang berarti tidak mempunyai dendam atau kemauan jahat.
3. Samma Ditthi, yang berarti berpandangan benar.

Deva Bhumi.
Deva Bhumi terdiri atas enam alam, yaitu :
1. Catummaharajika Bhumi atau alam empat raja dewa.
2. Tavatimsa Bhumi atau alam tiga puluh tiga dewa.
3. Yama Bhumi atau alam dewa Yama.
4. Tusita Bhumi atau alam kenikmatan.
5. Nimmanarati Bhumi atau alam dewa yang menikmati ciptaannya.
6. Paranimmita-vasavatti-bhumi atau alam dewa yang membantu menyempurnakan ciptaan dari dewa-dewa lainnya.

       Deva Bhumi inilah yang disebut sorga dalam agama lain. Namun, kehidupan di alam sorga ini bukanlah kehidupan yang kekal menurut agama Buddha. Sebab, masih akan ada kehidupan lain setelah kehidupan di alam sorga ini berakhir. Makhluk-makhluk yang berdiam di alam sorga ini masih dapat terlahir kembali di alam yang lebih rendah kalau karma mengharuskan demikian. Makhluk-makhluk ini juga tidak terlepas dari rantai derita dan samsara (lingkaran kelahiran dan kematian).
Makhluk-makhluk yang berdiam di alam-alam dewa ini lahir secara spontan dan langsung membesar. Mereka yang terlahir secara spontan di pangkuan dewa dianggap sebagai anak dewa. Mereka yang terlahir secara spontan dalam daerah kediamannya itu dianggap sebagai pelayan dewa. Demikianlah seterusnya. Jadi, makhluk-makhluk dewa ini lahir tidak melalui kandungan, sehingga mereka tidak mengalami masa bayi dan anak-anak. Mereka pun tidak mengalami masa tua. Mereka selalu kelihatan muda terus.
Penampakan seorang dewi akan tetap merupakan penampakan seorang gadis berumur enam belas tahun sepanjang hidupnya, sedangkan seorang dewa mempunyai penampakan seorang pemuda berumur dua puluh tahun. Dewa tidak mengenal ketuaan dalam arti rontoknya gigi atau memutihnya rambut. Hanya pada saat-saat terakhir menjelang kematiannya, tubuhnya yang semula bersinar akan kehilangan cahayanya, merasa lemah dan lelah. Demikian pula dengan tempat kediaman yang semula gilang gemilang, terbuat dari kristal, bersinar gemerlap, akan melenyap tanpa sisa, bagaikan sebuah kamper yang terbakar.
Untuk dapat terlahir di alam dewa atau alam surga, manusia itu harus berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya. Sekurang-kurangnya mereka harus sering berdana, melaksanakan sila, mengendalikan indriyanya, memiliki hiri (rasa malu untuk berbuat jahat) dan ottappa (rasa takut akan akibat perbuatan jahat), suka mendengarkan Dhamma, belajar Dhamma, mengajar Dhamma, berjalan dijalan kesucian, membangun vihara, membangun rumah sakit Buddhis, membangun sekolah Buddhis, dan sebagainya.
Bila seorang ibu mempunyai keinginan untuk mempunyai putera yang berasal dari alam dewa, maka ibu itu harus memiliki empat sifat mulia. Pertama, sang ibu harus bijaksana (Medhavini), karena seorang anak yang baik tidak dapat tertarik oleh seorang ibu yang bodoh dan dungu. Kedua, sang ibu hams memiliki sifat-sifat bajik (Silavati). Ketiga, sang ibu harus memperlakukan keluarga (dari pihak suami) dengan baik (Sassu dewa). Lalu, keempat, sang ibu harus setia dan puas hanya dengan seorang suami (Patibatta). Dengan demikian, pada wanita dengan empat sifat mulia tersebut akan terlahir anak-anak yang baik dan pandai (Sura-konti) dari alam surga. anak-anak yang baik ini merupakan keberkahan bagi orang tuanya dan negara tempat mereka dilahirkan.




1. Catummaharajika Bhumi.
Catummaharajika berarti empat raja dewa. Suatu alam disebut Catummaharajika Bhumi atau alam empat raja dewa, karena di alam ini berdiam empat raja dewa yang merupakan penjaga empat Penjuru Dunia. Empat raja dewa itu bernama Davadhatarattha, Davavirulaka, Davavirupakkha, dan Davakuvera. Catummaharajika Bhumi ini merupakan alam dewa tingkat paling rendah di antara alam-alam dewa lainnya. Jika makhluk dewa Catummaharajika ini melakukan hubungan sex, maka hubungan sexnya itu sama seperti yang dilakukan oleh manusia.
Para dewa yang berdiam di Catummaharajika Bhumi terbagi atas tiga kelompok, yaitu :
1. Bhumamattha Devata, adalah para dewa yang berdiam di atas tanah, seperti di gunung, sungai, laut, rumah, cetiya, vihara, dan lain-lain.
2. Rukakhattha Devata, adalah para dewa yang berdiam di atas pohon. Dewa ini terbagi atas dua kelompok, yaitu kelompok dewa yang mempunyai kahyangan di atas pohon dan kelompok dewa yang tidak mempunyai kahyangan di atas pohon.
3. Akasattha Devata, adalahparadewayangberdiamdiangkasa, seperti dibulan,bintang, dan planet lain.
Jangka waktu kehidupan di alam dewa Catummaharajika ini adalah lima ratus tahun dewa, atau yang dalam perhitungan tahun manusia sama dengan sembilan juta tahun. Di dalam kitab suci dijelaskan bahwa jangka waktu lima puluh tahun di alam manusia sama dengan satu hari satu malam di alam dewa Catummaharajika. Jangka waktu hidup makhluk dewa Catummaharajika ini sesungguhnya paling pendek di antara dewa-dewa lainnya. Kehidupan makhluk dewaCatummaharajikainijuga sesungguhnya paling tidak menyenangkan di antara dewa-dewa lainnya. Makhluk-makhluk dapat bertumimbal lahir di Catummaharajika Bhumi ini karena pada kehidupannya yang lampau, mereka taat melaksanakan Pancasila Buddhis dan melakukan perbuatan-perbuatan baik, tetapi disertai dengan pamrih. Oleh sebab itu, setiap umat Buddha seyogyanya melakukan perbuatan-perbuatan baik dengan hati yang ulus ikhlas (tanpa pamrih).
2.Tavatimsa Bhumi.
Tavatimsa berarti tiga puluh tiga dewa. Suatu alam disebut Tavatimsa Bhumi atau alam tiga puluh tiga dewa, karena pada awalnya di alam ini berdiam tiga puluh tiga dewa yang pada kehidupan sebelumnya, mereka adalah sekelompok pria yang berjumlah tiga puluh tiga orang yang selalu bekerja samadalam berbuatkebaikan, seperti bersama-sama membantu fakir miskin.bersama-sama membangun vihara, dan lain-lain.
Makhluk-makhluk dapat bertumimbal lahirdi Tavatimsa Bhumi ini karena mereka taat melaksanakan Pancasila Buddhis dan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang sangat banyak pada kehidupannya yang lampau. Jika makhluk dewa Tavatimsa ini melakukan hubungan sex, maka hubungan sexnya itu sama seperti yang dilakukan oleh manusia. Dewa Indra yang dalam agama Buddha disebut dewa Sakka
itu merupakan raja dewa dalam alam dewa Tavatimsa ini. Raja dewa Indra atau dewa Sakka ini juga menguasai alam dewa Catummaharajika.
Dalam kitab suci terdapat sebuah kisah nyata tentang seorang dewa yang hidup di Surga Tavatimsa bersama dengan seribu dewi. Pada suatu pagi, ketika salah seorang dewinya sedang berada di sebuah cabang pohon untuk memetik bunga, tiba-tiba tubuhnya menghilang. Ternyata dewi itu meninggal dari Surga Tavatimsa dan bertumimbal lahir di alam manusia, di India, di kota Savatthi, sebagai seorang wanita pada sebuah keluarga berkasta tinggi. la memiliki kemampuan untuk mengingat kembali kehidupannya yang lampau. la masih mengingat suaminya yang dahulu, seorang dewa di Surga Tavatimsa, dan sering memberikan persembahan kepadanya disertai doa agar pada suatu waktu dapat berkumpul kembali dengan suaminya itu.
Sesuai dengan tradisi di dunia pada waktu itu, ia menikah pada usia enam belas tahun. Kemudian, ia melahirkan empat orang anak. la merawat anak-anaknya dengan penuh kasih sayang dan mendidiknya agar menjadi manusia yang bermoral baik. la berusaha melakukan kewajibannya dengan baik. Namun, ia tidak dapat melupakan suaminya yang dahulu. la sering memberikan persembahan dan berbicara tentang suaminya yang dahulu walaupun sebenamya suaminya itu berada di surga.
Pada suatu waktu, setelah ia hidup di dunia ini selama seratus tahun, ia sakit dan meninggal dunia. Kemudian, ia bertumimbal lahir di hadapan suaminya yang dahulu di Surga. Lalu, dewa suaminya itu berkata kepada dewi isterinya, "Kami tidak melihatmu sejakkemarinpagi. Di manasajakamu berada?"
"Saya terjatuh dari kehidupan ini, Tuanku," jawab isterinya.
"Apa ? Apakah engkau bersungguh-sungguh ?"
"Benar, Tuanku."
"Di mana kamu terlahir ?"
"Di Savatthi, pada sebuah keluarga berkasta tinggi."
"Berapa lama kamu hidup di sana ?"
"Seratus tahun. Mula-mula saya berada dalam rahim ibu selama sembilan bulan sepuluh hari. Setelah itu, saya lahir. Kemudian, pada usia enam belas tahun, saya menikah dan mempunyai empat orang anak. Saya suka berdana dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa. Kini, saya terlahirkembali di alam dewa."
"Pada umumnya, berapa lama jangka waktu kehidupan manusia itu ?"
"Sekitar seratus tahun."
"Demikiankah ?"
"Ya, Tuanku."
"Jika kehidupan manusia begitu singkat, apakah manusia melewati waktunya dengan terlena dan seenaknya saja ataukah mereka berdana dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa ?"
"Pada umumnya, mereka selalu seenaknya; mereka menganggap bahwa mereka tidak akan tua dan mati."
Mendengar jawaban isterinya yang demikian itu, sang dewa menjadi berang dan berkata, "Betapa bodohnya manusia. Mereka dilahirkan hanya untuk kehidupan seratus tahun, tetapi masih juga seenaknya, bermasa bodoh dan terlena sepanjang waktu. Jika demikian, kapan mereka akan terbebas dari penderitaan?"
Demikianlah kisahnya. Tampak betapa beibeda perhitungan waktu di alam surga dengan di alam manusia. Jangka waktu puluhan tahun hidup sebagai manusia temyata lamanya kurang dari satu hari di alam surga. Tepatnya jangka waktu seratus tahun di alam manusia sama dengan satu hari satu malam di alam Surga Tavatimsa. Di dalam kitab suci dijelaskan bahwa jangka waktu kehidupan di Surga Tavatimsa adalah seribu tahun surgawi, atau yang dalam perhitungan tahun manusia sama dengan tiga puluh enam juta tahun. Jangka waktu kehidupan di Surga Tavatimsa ini sama dengan empat kali jangka waktu kehidupan di alam dewa Catummaharajika.
3. Yama Bhumi.
Suatu alam disebut Yama Bhumi atau alam dewa Yama, karena para dewa yang berdiam di alam ini terbebas dari kesulitan. para-dewa yang berdiam di alam ini selalu hidup dalam kesenangan. Jika makhluk dewaYama ini melakukan hubungan sex, maka hubungannya itu hanya melalui sentuhan dan ciuman.
Makhluk-makhluk dapat bertumimbal lahir di Yama Bhumi ini karena mereka taat melaksanakan Pancasila Buddhis dan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang sangat banyak pada kehidupannya yang lampau. Jangka waktu kehidupan di alam dewa Yama adalah dua ribu tahun surgawi, atau yang dalam perhitungan tahun manusia sama dengan seratus empat puluh empat juta tahun. Jangka waktu kehidupan di alam dewa Yama ini sama dengan empat kali jangka waktu kehidupan di alam dewa Tavatimsa. Di dalam kitab suci dijelaskan bahwa jangka waktu dua ratus tahun di alam manusia sama dengan satu hari satu malam di alam dewa Yama.
4. Tusita Bhumi.
Suatu alam disebut Tusita Bhumi atau alam kenikmatan, karena para dewa yang berdiam di alam ini terbebas dari kepanasan hati; yang ada hanya kesenangan dan kenikmatan. Jika makhluk dewaTusita ini melakukan hubungan sex, maka hubungannya itu hanya melalui sentuhan tangan.
Makhluk-makhluk dapat bertumimbal lahir di Tusita Bhumi ini karena mereka taat melaksanakan Pancasila Buddhis dan melakukan perbuatan baik yang  banyak pada kehidupannya lampau. Jangkawaktu kehidupan di alam dewaTusita adalah empat ribu tahun surgawi, atau yang dalam perhitungan tahun manusia sama dengan lima ratus tujuh puluh enam juta tahun. Jangka waktu kehidupan di alam dewa Tusita ini sama dengan empat kali jangka waktu kehidupan di alam dewa Yama. Dalam kitab suci dijelaskan bahwa jangka waktu empat ratus tahun di alam manusia sama dengan satu hari satu malam di alam dewa Tusita.

 5. Nimmanarati Bhumi.
Suatu alam disebut Nimmanarati Bhumi atau alam dewa yang menikmati ciptaannya, karena para dewa yang diam di alam ini menikmati kesenangan panca indera hasil ciptaannya. Jika makhluk dewa Nimmanarati ini melakukan hubungan sex, maka hubungannya itu hanya meialui melihat dan tersenyum.
Makhluk-makhluk dapat bertumimbal lahir di Nimmanarati Bhumi ini karena mereka taat melaksanakan Pancasila Buddhis dan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang sangat banyak pada kehidupannya yang lampau. Jangka waktu kehidupan di alam dewa Nimmanarati adalah-deiapan ribu tahun surgawi, atau yang dalam perhitungan tahun manusia sama dengan dua ribu tiga ratus empat juta tahun. Jangka waktu kehidupan di Nimmanarati Bhumi ini sama dengan empat kali jangka waktu kehidupan di alam dewaTusita. Di dalam kitab suci dijelaskan bahwa jangka waktu delapan ratus tahun di alam manusia sama dengan satu hari satu malam di alam dewa Nimmanarati.
 6. Paranimmita-vasavatti Bhumi.
Suatu alam disebut Paranimmitavasavatti Bhumi atau alam dewa yang membantu menyempurnakan ciptaan dari dewa-dewa lainnya, karena para dewa yang diam di alam ini di samping menikmati kesenangan panca indera, juga mampu membantu menyempumakan ciptaan dewa-dewa lain. Jika makhluk dewa Paranimmita vasavatti ini melakukan hubungan sex, maka hubungannya itu hanya meialui pandangan mata.
Makhluk-makhluk dapat bertumimbal lahir di Paranimitta vasavatti Bhumi ini karena mereka taat melaksanakan Pancasila Buddhis dan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang sangat banyak pada kehidupannya yang lampau. Jangka waktu kehidupan di alam dewa Paranimitta vasavatti adalah enam belas ribu tahun surgawi, atau yang dalam perhitungan tahun manusia adalah sembilan ribu seratus dua puluh enamjuta tahun. Jangka waktu kehidupan di Paranimmita-vasavatti Bhumi ini sama dengan empat kali jangka waktu kehidupan di alam dewa Nimmanarati Bhumi. Di dalam kitab suci dijelaskan bahwajangka waktu seribu enam ratus tahun di alam manusia sama dengan satu hari satu malam di alam dewa Paranimmitavasavatti.
Perbedaan alam manusia dengan alam dewa.
Alam manusia dan alam dewa termasuk dalam satu kelompok alam yang sama, yaitu alam nafsu yang menyenangkan atau Kamasugati Bhumi. Namun, di antara keduajenis alam ini terdapat beberapa perbedaan.
Di alam dewa, makhluk suci atau Ariya Puggalanya lebih banyak daripada di alam manusia, kemajuan batin para dewa lebih cepat daripada manusia, dan ada beberapa segi kehidupan dewa yang lebih baik dari pada manusia. Di alam dewa, Ariya Puggalanya lebih banyak daripada di alam manusia. Sebab, pada jaman Sang Buddha Gotama banyak umat Buddha dan anggota sangha yang mencapai tingkat-tingkat kesucian seperti Sotapanna dan Sakadagami setelah mendengar khotbah langsung dari Sang Buddha. Setelah meninggal dunia, mereka bertumimbal lahir di alam dewa sebagai Ariya Puggala. Di alam dewa, kemajuan batin para dewa lebih cepat daripada manusia. Sebab, bagi dewa dewa yang belum mencapai kesucian,bila mereka mempunyai waktu untuk mendengar dan melaksanakan Dhamma dan Vinaya, maka mereka akan mencapai tingkat-tingkat kesucian dalam waktu yang singkat.
Alam manusia juga mempunyai keistimewaan yang tidak terdapat di alam dewa, yaitu di alam manusia ada sangha atau persaudaraan bhikkhu, ada yang mengajar dan beiajar Tripitaka. Sedangkan, di alam dewa tidak ada sangha dan tidak ada yang mengajar Tripitaka. Para bodhisatva yang ingin meneruskan Dasa Paramita atau sepuluh macam kesempurnaan perbuatan baik sehingga dapat mencapai tingkat kebuddhaan, sebagian besar lahir di alam manusia ini.

Untuk lebih memantapkan pengetahuan Anda tentang Sebelas Kama Bhumi, cobalah kerjakan latihan di bawah ini !
1. Apa yang dimaksud dengan Bhumi?  Terbagi dalam berapa kelompokkah Bhumi itu? Jelaskan!
2. Apakah makhluk setan dapat menerima dan memakan makanan yang disajikan orang dalam upacara sembahyang? Jelaskan!
3. Mengapa ada alam dewa yang disebut Tavatimsa Bhumi? Jelaskan!
Kunci Jawaban Latihan
1. Yang dimaksud dengan Bhumi adalah alam kehidupan yang terdapat di alam semesta ini yang merupakan tempat berdiamnya makhluk-makhluk. Bhumi itu seluruhnya berjumlah tiga puluh satu alam dan terbagi atas tiga kelompok, yaitu :
a. Kama Bhumi, yang terdiri atas sebelas alam. b. Rupa Bhumi, yang terdiri atas enam belas alam. c. Arupa Bhumi, yang terdiri atas empat alam.
2. Tidak semua makhluk setan dapat menerima dan memakan makanan yang disajikan orang dalam upacara sembahyang. Dalam kitab suci dijelaskan bahwa hanya ada satu jenis setan yang dapat menerima dan memakan makanan yang disajikan orang dalam upacara sembahyang, yaitu Paradattupajivika Peta.
3. Suatu alam disebut Tavatimsa Bhumi atau alam tiga puluh tiga dewa, karena pada awalnya di alam ini berdiam tiga puluh tiga dewa yang pada kehidupan sebelumnya, mereka adalah sekelompok pria yang berjumlah tiga puluh tiga orang yang selalu bekerja sama dalam berbuat kebaikan, seperti bersama-sama membantu fakir miskin, bersama-sama membangun vihara, dan tain-lain.

C. Rupa Bhumi Enam Belas
Setiap manusia yang melaksanakan Samatha Bhavana hingga berhasil mencapai rupa-jhana akan bertumimbal lahir di Rupa Bhumi setelah kematiannya. Untuk itu, setiap manusia, termasuk umat Buddha, yang inginbertumimbal lahirdi Rupa Bhumi harusmemahami ajaran Samatha Bhavana secara tepat dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Kegiatan Belajar kedua ini akan dibahas mengenai Enam belas Rupa Bhumi yang mempakan tempat tumimbal lahimya makhluk-makhluk yang mempunyai rupa-jhana.
Untuk mencapai Rupa-jhana, setiap manusia, termasuk umat Buddha, hams melaksanakan Samatha Bhavana. Samatha Bhavana mempakan pengembangan ketenangan batin. Dengan melaksanakan Samatha Bhavana, kekotoran-kekotoran batin hanya dapat diendapkan, tidak dapat dibasmi secara total. Jadi, Samatha Bhavana merupakan meditasi yang hanya dapat menuju ke arah pengendapan kekotoran batin, tetapi tidak dapat menuju ke arah pembasmian kilesa atau pembersihan batin secara total.
Dalam melaksanakan Samatha Bhavana, para meditator mengambil salah satu objek dari empat puluh objek yang terdapat dalam Samatha Bhavana. Objek yang dipilih itu tentu harus sesuai dengan carita atau sifat meditator tersebut. Jika meditator itu dapat melaksanakan Samatha Bhavana dengan tekun dan ada dukungan karma baik yang lampau, maka pada suatu saat nanti, mereka akan berhasil mencapai rupajhana. Jadi, usaha yang telah mereka lakukan sejak dahulu kala itu tidak sia-sia.
Enam Belas Rupa Bhumi
Di dalam tiga puluh satu alam kehidupan terdapat satu kelompok alam yang disebut Rupa Bhumi. Rupa Bhumi merupakan alam kehidupan yang makhluknya mempunyai rupa-jhana. Rupa Bhumi merupakan tempat tinggal makhluk Rupa Brahma. Rupa Bhumi terdiri atas enam belas alam, dan dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu Pathama Jhana Bhumi, Dutiya Jhana Bhumi, Tatiya Jhana Bhumi, dan Catuttha Jhana Bhumi.
Setiap makhluk yang berdiam di Rupa Bhumi ini mempunyai jangka waktu kehidupan yang berbeda-beda. Jangka waktu kehidupan mereka amat lama sekali, sehingga tidak dihitung dengan menggunakanperhitungantahun, tetapi dihitung dengan menggunakan perhitungan kappa, Asankkheyya Kappa, dan Maha Kappa. Satu Maha Kappa sama dengan seribu Asankkheyya Kappa. Satu Asankkheyya Kappa sama dengan seribu Kappa. Jadi, satu Maha Kappa sama dengan satu juta Kappa.

Satu Kappa berarti satu masa dunia. Mengenai perhitungan kappa. Sang Buddha bersabda sebagai berikut:
"Sungguh lama, 0 para siswa, umur satu masa dunia dan tidak mungkin dihitung dengan perhitungan tahun. Sebab, dalam satu masa dunia itu terdapat begitu banyaktahun, begitu banyak abad, begitu banyak ribuan tahun, begitu banyak-ratus ribuan tahun. Jika sekiranya ada sebuah batu karang besar yang berukuran panjang satu mil, lebar satu mil, dan tinggi satu mil, yang mana batu karang itu merupakan satu gumpalan yang padat dengan tidak ada patah, pecah atau retak, dan tiap-tiap seratus tahun, seseorang datang dan menggosokkan sutra satu kali pada batu karang itu, maka batu karang yang besar dan kasar itu lebih dahulu habis dari pada umur satu masa dunia (kappa) itu."
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa umur satu masa dunia itu sangat lama sekali, sehingga tidak mungkin dihitung dengan perhitungan tahun. Umur satu masa dunia itu hanya dapat diumpamakan sama seperti lamanya waktu yang diperlukan untuk hancurnya sebuah batu karang yang sangat besar. Dengan demikian, jangka waktu kehidupan makhluk-makhluk yang berdiam di alam Brahma yang menggunakan perhitungan kappa itu sangat lama sekali.
Pathama Jhana Bhumi.
PathamaJhana Bhumi merupakan alam kehidupan jhana pertama. Pathama Jhana Bhumi merupakan tempat tinggal makhluk rupa brahma yang mempunyai rupa jhana tingkat pertama. Pathama jhana Bhumi terdiri atas tiga alam, yaitu :
1. Brahma Parisajja Bhumi, atau alam pengikut-pengikut Brahma.
2. Brahma Purohita Bhumi, atau alam para menterinya Brahma.
3. Maha Brahma Bhumi, atau alam Brahma yang besar.
   Setiap makhluk yang berdiam di Pathama Jhana Bhumi mempunyai jangka waktu kehidupan yang berbeda-beda. Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Pathama Jhana Bhumi ini sangat lama sekali, sehingga menggunakan perhitungan Maha Kappa. Satu Maha Kappa sama dengan satujuta Kappa. Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma Parisajja Bhumi adalah sepertiga Maha Kappa. Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma Purohita Bhumi adalah setengah Maha Kappa. Sedangkan, jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Maha Brahma Bhumi adalah satu Maha Kappa. Bila jangka waktu kehidupan makhluk-makhluk tersebut telah habis, maka mereka akan meninggal dari alamnya untuk bertumimbal lahir lagi di alam-alam lain, sesuai dengan karmanya.Jadi,makhluk-makhlukyang berdiam di PathamaJhana Bhumi ini masih diceng keram juga oleh anicca atau ketidakkekalan.

Dutiya Jhana Bhumi.
Dutiya Jhana Bhumi merupakan alam kehidupan jhana kedua. Dutiya Jhana Bhumi merupakan tempat tinggal makhluk rupa brahma yang mempunyai rupa jhana tingkat kedua dan rupa jhana tingkat ketiga. Makhluk rupa brahma yang mempunyai rupa jhana tingkat kedua dan ketiga ini dapat bertumimbal lahir'di satu alam yang sama, yaitu Dutiya Jhana Bhumi, karena keadaan batin mereka amat dekat sekali.
Dutiya Jhana Bhumi terdiri atas tiga alam, yaitu :
1. Brahma Parittabha Bhumi, atau alam para brahma yang kurang bercahaya.
2. Brahma Appamanabha Bhumi, atau alam para brahma yang tak terbatas cahayanya.
3. Brahma Abhassara Bhumi, atau alam para brahma yang gemerlapan cahayanya.
Setiap makhluk yang berdiam di Dutiya Jhana Bhumi mempunyai jangka waktu kehidupan yang berbeda-beda.Jangkawaktu kehidupan makhluk yang berdiamdi Brahma Parittabha Bhumi adal ah dua Maha kappa. Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma Appamanabha Bhumi adalah empatMaha Kappa. Sedangkan, jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma Abhassara Bhumi adalah delapan Maha Kappa. Bila jangka waktu kehidupan makhluk-makhluk tersebut telah habis, maka mereka akan meninggal dari alamnya untuk bertumimbal lahir lagi di alam-alam lain, sesuai dengan karmanya. Jadi, makhluk-makhluk yang berdiam di Dutiya Jhana Bhumi ini masih dicengkeram juga oleh anicca atau ketidakkekalan.

Tatiya Jhana Bhunii.
Tatiya Jhana Bhumi merupakan alam kehidupan jhana ketiga. Tatiya Jhana Bhumi merupakan tempat tinggal makhluk rupa brahma yang mempunyai rupa-jhana tingkat keempat. Tatiya Jhana Bhumi terdiri atas tiga alam, yaitu :
1. Brahma Parittasubha Bhumi, atau alam para brahma yang kurang auranya.
2. Brahma Appamanasubha Bhumi, atau alam para brahma yang tak terbatas auranya.
3. Brahma Subhakinha Bhumi, atau alam para brahma yang auranya penuh dan tetap.
   Setiap makhluk yang berdiam di Tatiya Jhana Bhumi mempunyai jangka waktu kehidupan yang berbeda-beda. Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma Parittasubha Bhumi adalah enam belas Maha Kappa. Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma Appamanasubha Bhumi adalah tiga puluh dua Maha Kappa. Sedangkan, jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma Subhakinha Bhumi adalah enam puluh empat Maha Kappa. Bila jangka waktu kehidupan makhluk-makhluk tersebut telah habis, maka mereka akan meninggal dari alamnya untuk bertumimbal lahir lagi di alam-alam lain, sesuai dengan karmanya. Jadi, makhluk-makhluk yang berdiam di Tatiya Jhana Bhumi ini masih dicengkeram juga oleh anicca atau ketidakkekalan.

Catuttha Jhana Bhumi
CatutthaJhana Bhumi merupakan alam kehidupanjhanakeempat. Catuttha Jhana Bhumi merupakan tempat tinggal makhluk rupa brahma yang mempunyai rupa-jhana tingkat kelima. Catuttha Jhana Bhumi terdiri atas tujuh alam, yaitu :
1. Brahma Vehapphala Bhumi, atau alam para brahma yang besar pahalanya.
2. Brahma Asannasatta Bhumi, atau alam para brahma yang kosong dari kesadaran (yang tidak bergerak).
3. Brahma Aviha Bhumi, atau alam para brahma yang tidak bergerak.
4. Brahma Atappa Bhumi, atau alam para brahma yang suci.
5. Brahma Suddassa Bhumi, atau alam para brahma yang indah.
6. Brahma Suddassi Bhumi, atau alam para brahma yang berpandangan terang.
7. Brahma Akanittha Bhumi, atau alam para brahma yang luhur.
Setiap makhluk yang berdiam di Catuttha Jhana Bhumi mempunyai jangkawaktu kehidupan yang berbeda-beda. Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma Vehapphala Bhumi adalah limaratus Maha Kappa. Jangkawaktu kehidupan makhluk yangberdiam di Brahma Asannasatta Bhumi adalah lima ratus Maha Kappa. Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma Aviha Bhumi adalah seribu Maha Kappa. Jangkawaktu kehidupan makhluk yangberdiam di Brahma Atappa Bhumi adalah dua ribu Maha Kappa. Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma Suddassa Bhumi adalah empat ribu Maha Kappa. Sedangkan, jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma Suddassi Bhumi adalah delapan ribu Maha Kappa. Sedangkan, jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma Akanittha Bhumi adalah enam betas ribu Maha Kappa. Bila jangkawaktu kehidupan makhluk-makhluktersebut telah habis, maka mereka akan meninggal dari alamnya untuk bertumimbal lahir lagi di alam-alam lain, sesuai dengan karmanya. Jadi, makhluk-makhluk yang berdiam di Catuttha Jhana Bhumi ini masih dicengkeram juga oleh anicca atau ketidakkekalan.
Suddhavasa Bhumi.
Dalam Catuttha Jhana Bhumi terdapat tujuh alam kehidupan yang makhluknya mempunyai rupa-jhana tingkat kelima. Dari ketujuh alam yang terdapat dalam Catuttha Jhana Bhumi ini ada lima alam kediaman yang mumi, yang merupakan alam kehidupan khusus untuk para anagami, yang disebut Suddhavasa Bhumi. Alam Suddhavasa ini terdiri atas lima alam, yaitu Brahma Aviha Bhumi, Brahma Atappa Bhumi, Brahma Sudassa Bhumi, Brahma Sudassi Bhumi, dan Brahma Akanittha Bhumi.
Pada umumnya, makhluk-makhluk yang berdiam di Suddhavasa Bhumi ini adalah para anagami. Namun, tidak semua anagami dapat bertumimbal lahir di Suddhavasa Bhumi. Anagami yang dapat bertumimbal lahir di Suddhavasa Bhumi ini adalah anagami yang mempunyai Pancamajjhana Kusala atau rupa jhana tingkat kelimadan mempunyai Panca indriya atau lima macam kekuatan. Panca indriya itu terdiri atas:
1. Saddhindriya atau keyikinan.
2. Viriyindriya atau usaha.
3. Satindriya atau kesadaran.
4. Samadhindriya atau konsentrasi.
5. Pannindriya atau kebijaksanaan.
Anagami yang kuat dalam Saddhindriya akan bertumimbal lahirdiBrahmaAviha Bhumi. Anagami yang kuat dalam Viriyindriya akan bertumimbal lahir di Brahma Atappa Bhumi. Anagami yang kuat dalam Satindriya akan bertumimbal lahir di Brahma Sudassa Bhumi- Anagami yang kuat dalam Samadhindriya akan bertumimbal lahir di Brahma Sudassi Bhumi. Anagami yang kuat dalam Pannindriya akan bertumimbal lahir di Brahma Akanittha Bhumi.
Anagami yang tidak mempunyai Pancamajjhana Kusala tidak dapat bertumimbal lahir di alam Suddhavasa. Mereka akan bertumimbal lahir di salah satu alam dalam Rupa Bhumi, sesuai dengan tingkatanjhananya.Jikaanagamiitu mempunyai rupa-jhanatingkatpertama,makaia akan bertumimbal lahir di salah satu alam dari PathamaJhana Bhumi, sesuai dengan kekuatanjhananya. Jika anagami itu mempunyai rupa-jhana tingkat kedua atau ketiga, maka ia akan bertumimbal lahir di salah satu alam dari Dutiya Jhana Bhumi, sesuai dengan kekuatanjhananya. Jika anagami itu mempunyai rupa-jhana tingkat keempat, maka ia akan bertumimbal lahir di salah satu alam dari Tatiya Jhana Bhumi, sesuai dengan kekuatanjhananya.
Setiap anagami pasti akan bertumimbal lahir di alam Brahma setelah kematiannya dari alam manusia atau alam dewa. Untuk dapat bertumimbal lahir di alam Brahma, Anagami harus mempunyai jhana. Jika anagami itu tidak mempunyai jhana semasa hidupnya, maka ia tetap akan bertumimbal lahir di alam brahma. Sebab, anagami yang tidak mempunyai jhana semasa hidupnya itu akanjiwndagiatkan magga^ddhijjhana sewaktu akan meninggal dunia. Dengan kekuatan maggasiddhi-jhana inilah para anagami akan bertumimbal lahir di salah satu alam dalam Rupa Bhumi (tidak termasuk alam Suddhavasa).
Rupa brahma adalah brahma yang bermateri, yaitu brahma yang mempunyai pancakkhandha atau lima kelompok kehidupan. Rupa brahma mempunyai rupakkhandha atau kelompok jasmani dan namakkhandha atau kelompok batin. Namun, dalam enam belas Rupa Bhumi terdapat satu alam yang makhluknya hanya mempunyai Rupakkhandha atau kelompok materi, yaitu Asann<isatta_Bhumi. Makhluk brahma yang berdiam di Asannasatta Bhumi tidak mempunyai sanna atau pencerapan. Sanna merupakan cetasika atau bentuk-bentuk batin yang selalu timbul bersama dengan citta atau kesadaran. Jadi, makhluk Asannasatta Brahma tidak mempunyai citta dan cetasika, yangberarti tidak mempunyai namakkhandha atau kelompok batin. Makhluk Asannasatta Brahma tidak mempunyai namakkhandha karena pada kehidupan sebelumnya, mereka mempunyai miccha dilthi atau pandangan salah yang menganggap bahwa nama atau batin merupakan penyebab timbiilnya dukkha. la beranggapan bahwa iamenderita karena iamasihmemilikinama atau batin, sehinggaia tidak inginmemilikinama atau batin lagi pada kehidupannya yang akan datang.
Dari uraiandiatasjelaslah bahwa makhluk-makhluk Asannasatta Brahma hanya memilikirupa atau materi. Oleh sebab itu, dalam Abhidhamma, Asannasatta Bhumi disebutjuga Ekavokara Bhumi, yaitu alam yang makhluknya hanya mempunyai satu khandha (rupakkhandha). Karena makhluk Asannasatta Brahma hanya mempunyai Rupakkhandha atau kelompok materi saja, maka mereka tidak dapat melakukan kamma atau perbuatan apa pun selama mereka hidup di alam tersebut. Namun, makhluk Asannasatta Brahma yang hanya memiliki Rupakkhandha saja tetap merupakan makhluk hidup di dalam agama Buddha, karena mereka dilahirkan oleh Janaka Kamma dan kehidupannya diatur oleh Kamma Niyama(hukum karma).

Dalam tiga puluh satu alam kehidupan, sesuai dengan jalannya hukum karma, kita pemah dilahirkan pada dua puluh enam alam kehidupan (tidak termasuk lima Suddhavasa Bhumi).Sebab, Suddhavasa Bhumi merupakan alam khusus untuk para anagami, sedangkan kita belum mencapai kesucian anagami. Lagi pula, bila kita telah mencapai anagami dan bertumimbal lahir di Suddhavasa Bhumi, maka kita tidak mungkin akan bertumimbal lahir lagi di alam-alam kehidupan yang lain. Para anagami yangberdiam di Suddhavasa Bhumi akan mencapai tingkat kesucian arahat di alam tersebut.





Untuk lebih memantapkan pengertian dan pengetahuan Anda tentang Enam Belas Rupa Bhumi, cobalah kerjakan latihan di bawah ini!
1. Dalam agama Buddha diuraikan adanya tiga puluh satu alam kehidupan yang dapat dibagi atas tiga kelompok. Salah satu di antaranya adalah Rupa Bhumi. Apa yang dimaksud dengan Rupa Bhumi itu? Jelaskan!
2. Dalam Rupa Bhumi terdapat kelompok alam yang disebut Suddhavasa Bhumi yang merupakan alam kediaman yangmurni.Jikasesuatu makhluk ingin bertumimbal lahir di Suddhavasa Bhumi, maka syarat-syarat apa yang hams dipenuhi untuk itu?
3. Kitatelahmengalami tumimballahir yangberulang-ulangdi alam-alam kehidupan ini. Jikaditinjau secara mendalam, maka kita sesungguhnya pemah dilahirkan di berapa alamkehidupan? Jelaskan!
4. Para Anagami tidak akan bertumimbal lahir lagi di alam manusia atau dewa. Mereka akan bertumimbal lahir di alam Brahma. Namun, untuk dapat bertumimbal lahir di alam Brahma, para anagami harus memiliki jhana. Lalu, bagaimana dengan anagami yang tidak memiliki jhana? Jelaskan!
Kunci Jawaban Latihan
1. Yang dimaksud dengan Rupa Bhumi ialah alam kehidupan yang makhluknya mempunyai rupa-jhana. Rupa Bhumi merupakan tempat tinggal makhluk Rupa Brahma.
2. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat bertumimbal lahir di alam Suddhavasa adalah:
a. telah mencapai tingkat kesucian anagami.
b. mempunyai Pancarnajjhana Kusala atau rupa jhana tingkat kelima. c. mempunyai panca indriya atau Hma macam kemampuan.
3. Sesuai dengan jalannya hukum karma, kita pemah dilahirkan di dua puluh enam alam kehidupan (tidaktennasuklimaalam Suddhavasa). Sebab, Suddhavasa Bhumi merupakan alam khusus untuk para anagami, sedangkan kita belum- mencapai kesucian anagami. Lagi pula, bila kita telah mencapai anagami dan bertumimbal lahir di Suddhavasa Bhumi, maka kita tidak mungkin akan bertumimbal lahir lagi di alam-alam kehidupan yang lain. Para anagami yang berdiam di Suddhavasa Bhumi akan mencapai tingkat kesucian arahat di alam tersebut.
4. Jika anagami itu tidak mempunyai jhana semasa hidupnya, maka ia tetap akan bertumimbal lahir di alam brahma. Sebab, anagami yang tidak mempunyai jhana semasa hidupnya itu akan mendapatkan maggasiddhi-jhana sewaktu akan meninggal dunia. Dengan kekuatan maggasiddhi-jhana inilah para anagami akan bertumimbal lahir di salah satu alam dalam Rupa Bhumi (tidak termasuk alam Suddhavasa).




D. Empat Arupa Bhumi

Setiap manusia yang melaksanakan Samatha Bhavana hingga berhasil mencapai arupa-jhana akan bertumimbal lahir di Arupa Bhumi setelah kematiannya. Untuk itu, setiap manusia, termasuk umat Buddha, yang ingin bertumimbal lahir di Arupa Bhumi harus memahami ajaran Samatha Bhavana secara tepat dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Kegiatan Belajar ketiga ini akan dibahas mengenai Empat Arupa Bhumi yang merupakan tempat tumimbal lahimya makhluk-makhluk yang mempunyai arupa-jhana.
Untuk mencapai Arupa-jhana, setiap manusia, termasuk umat Buddha, hams melaksanakan Samatha Bhavana. Samatha Bhavana merupakan pengembangan batin yang bertujuan untuk mencapai jhana dan abhinna atau kemampuan batin. Dengan melaksanakan Samatha Bhavana, kekotoran-kekotoran batin hanya dapat diendapkan. Dengan demikian, Samatha Bhavana hanya dapat menuju ke arah pengendapan kekotoran batin, tidak dapat menuju ke arah pembasmian kilesa.
Dalam melaksanakan Samatha Bhavana, para meditator mengambil salah satu objek dari empat arupa yang terdapat dalam Samatha Bhavana. Objek yang dipilih itu tentu hams sesuai dengan carita atau sifat meditator tersebut. Jika meditator itu dapat melaksanakan Samatha Bhavana dengan tekun dan adadukungan karmabaikyang lampau, maka pada suatu saat nanti, mereka akan berhasil mencapai arupa jhana. Jadi, usaha yang telah mereka lakukan sejak dahulu kala itu tidak sia-sia.
Empat Arupa Bhumi.
Di dalam tiga puluh satu alam kehidupan terdapat satu kelompok alam yang disebut Arupa Bhumi. Arupa Bhumi merupakan alam kehidupan yang makhluknya mempunyai arupa-jhana atau jhana yang tidak bennateri. Arupa jhana terdiri atas empat jenis, yaitu:
1. Akasanancayatana jhana (Pathama arupa jhana), yang merupakan arupa jhana tingkat pertama.
2. Vinnanancayatana jhana (Dutiya arupa jhana), yang merupakan arupa jhana tingkat kedua.
3. Akincannayatana jhana (Tatiya arupa jhana), yang merupakan arupa jhana tingkat ketiga.
4. Nevasannanasannayatana jhana (Catuttha arupa jhana), yang merupakan arupa jhana tingkat keempat.

Makhluk yang mempunyai arupa jhana disebut Arupa Brahma. Arupa Brahma berdiam di Arupa Bhumi. Jadi, Arupa Bhumi merupakan tempat tinggal makhluk Arupa Brahma. Arupa Bhumi terdiri atas empat alam, yaitu :
1. Akasanancayatana Bhumi, yang merupakan Arupa Bhumi tingkat pertama. Akasanancayatana Bhumi merupakan alam kehidupan yang makhluk-makhluknya berhasil mencapai keadaan dari konsepsi ruangan yang tanpa batas.
2. Vinnanancayatana Bhumi, yang merupakan Arupa Bhumi tingkat kedua. Vinnanancayatana Bhumi merupakan alam kehidupan yang makhluk-makhluknya berhasil mencapai keadaan dari konsepsi kesadaran yang tanpa batas.
3. Akincannayatana Bhumi, yang merupakan Arupa Bhumi tingkat ketiga. Akincannayatana Bhumi merupakan alam kehidupan yang makhluk-makhluknya berhasil mencapai keadaan dari konsepsi kekosongan.
4. Nevasannanasannayatana Bhumi, yang merupakan Arupa Bhumi tingkat keempat. Nevasannanasannayatana Bhumi merupakan alam kehidupan yang makhluknya berhasil mencapai keadaan dari konsepsi bukan pencerapan pun bukan tidak pencerapan.
MakhlukArupa Brahma merupakan brahma yang tidak bermateri, karena mereka tidak mempunyai Rupakkhandha (kelompok jasmani atau materi). Makhluk Arupa Brahma ini tidak mempunyai Rupakkhandha karena pada kehidupan sebelumnya, mereka mempunyai miccha ditthi atau pandangan salah yang menganggap bahwa rupa atau jasmani itu merupakan penyebab timbulnya dukkha. la beranggapan bahwa ia menderita karena ia masih memiliki rupa atau jasmani, sehingga ia tidak ingin memiliki rupa atau jasmani lagi pada kehidupannya yang akan datang.
Makhluk Arupa brahma hanya mempunyai Namakkhandha atau kelompok batin, yaitu vedanakkhandha atau kelompok perasaan, sannakkhandha atau kelompok pencerapan, sankharakkhandha atau kelompok bentuk pikiran, dan vinnanakkhandha atau kelompok kesadaran. Oleh sebab itu, alam tempat tinggal makhluk Arupa Brahma ini disebut juga Catuvokara Bhumi, yang berarti alam yang makhluk-makhluknya hanya memiliki empat khandha (Namakkhandha). Walaupun Arupa Brahma hanya memiliki Namakkhandha, tetapi Arupa Brahma tetap merupakan makhluk hidup di dalam agama Buddha, karena Arupa Brahma ini dilahirkan oleh Janaka Kamma dan kehidupannya diatur oleh Kamma Niyama (hukum karma).
Setiap makhluk yang berdiam di Arupa Bhumi mempunyai jangkawaktu kehidupan yangberbeda-beda. Jangkawaktu kehidupan makhluk yang berdiam di Akasancayatana Bhumi adalah duapuluh ribu Maha Kappa. Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Vinnanancayatana Bhumi adalah empat puluh ribu Maha Kappa. Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Akincannayatana Bhumi adalah enam puluh ribu Maha Kappa. Sedangkan, Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Nevasannanasannayatana Bhumi adalah delapan puluh empat ribu Maha Kappa. Bisa terbayangkan berapa lamanya itu. Namun, makhluk-makhluk yang berdiam di Arupa Bhumi masih dicengkeram juga oleh anicca atau ketidakkekalan. Bila jangka waktu kehidupan makhluk-makhluk tersebut telah habis, maka mereka akan meninggal dari alamnya untuk bertumimbal lahir lagi di alam-alam lain, sesuai dengan karmanya.


Untuk lebih memantapkan pengertian dan pengetahuan Anda tentang EmpatArupa Bhumi, cobalah kerjakan latihan di bawah ini!
1. Apa yang dimaksud dengan Arupa Bhumi? Jelaskan!
2. Arupa Bhumi terdiri atas berapa alam? Sebutkan!
3. Mengapa Arupa Brahma tidak memiliki Rupakkhandha? Jelaskan!
4. Bagaimana jangka waktu kehidupan di Arupa Bhumi? Jelaskan!

Kunci Jawaban Latihan
1. Yang dimaksud dengan Arupa Bhumi adalah alam kehidupan yang makhluknya mempunyai arupa-jhana. Arupa Bhumi merupakan tempat tinggal makhluk Arupa Brahma.
2. Arupa Bhumi terdiri atas empat alam, yaitu Akasanancayatana Bhumi, Vinnanancayatana Bhumi, Akincannayatana Bhumi, dan Nevasannanasannayatana Bhumi.
3. Arupa Brahma tidak mempunyai Rupakkhandha karenaadanyawiccAaJt'M/K'ataupandangansalah yang timbul dalam dirinya pada kehidupan sebelumnya, yaitu anggapan bahwa rupa atau jasmani merupakan penyebab timbulnya dukkha. la beranggapan bahwa ia menderita karena ia masih memiliki rupa atau jasmani, sehingga ia tidak ingin memiliki rupa atau jasmani lagi pada kehidupannya yang akan datang.
t
4.  Setiap makhluk yangberdiam di Arupa Bhumi mempunyai jangkawaktu kehidupan yangberbeda-beda. Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiamdiAkasancayatana Bhumi adalah duapuluh ribu Maha Kappa. Jangka waktu kehidupan makhluk yang herdiam di Vinnanancayatana Bhumi adalah empat puluh ribu Maha Kappa. Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Akincannayatana Bhumi adalah enam puluh ribu Maha Kappa. Sedangkan, jangkawaktu kehidupan makhluk yang berdiam di Nevasannanasannayatana Bhumi adalah delapan puluh empat ribu Maha Kappa.
E. PUGGALA DAN BHUMI
Pendahuluan
Dalam agama Buddha dikenal adanya tiga puluh satu alam kehidupan yang merupakah tempat berdiamnya makhluk-makhluk. Sang Buddha mengelompokkan makhluk-makhluk yang berdiam di dalam tiga puluh satu alam kehidupan itu atas beberapa kelompokyang keadaannya berbeda satu dengan yang lain. Ada kelompok makhluk-makhluk Apaya yang keadaannya amat menyedihkan. Ada pula makhluk-makhluk dewa dan brahma yang hidupnya amat bahagia. Di samping itu, ada pula makhluk manusia yang hidupnya kadang-kadang menderita dan kadang-kadang pula bahagia. Mereka mengalami sukha dan dukkha yang silih berganti. Di antara mereka, ada yang telah mencapai kesucian dan ada pula yang belum mencapai kesucian. Mereka yang belum mencapai tingkat kesucian arahat masihakan mengalami kelahiran dan kematianyangberulang-ulang. Makhluk-makhluk itu dicengkeram oleh anicca atau ketidakkekalan, dukkha atau ketidakpuasan, dan anatta atau tanpa aku yang kekal.
Dalam modul ini dibahas mengenai berbagai jenis puggala atau makhluk dan hubungan antara makhluk-makhluk tersebut dengan alam-alam kehidupan yang terdapat di alam semesta ini. Dalam modul ini terdapat dua Kegiatan Belajar. Dalam Kegiatan Belajarpertama dibahas mengenai puggala atau makhluk-makhluk yang seluruhnya dapat dikelompokkan menjadi duakelompok, yaitu Puthujjana (makhluk-makhluk yang belum mencapai kesucian) dan Ariya Puggala (makhluk-makhluk yang telah mencapai kesucian). Sedangkan, dalam Kegiatan Belajar kedua dibahas mengenai hubungan antara puggala dengan tiga puluh satu alam kehidupan.
Dengan mempelajari modul ini, Anda akan memahami jenis-jenis puggala atau makhluk dan hubungan antara makhluk-makhluk tersebut dengan tiga puluh satu alam kehidupan yang terdapat dalam alam semesta ini. Setelah mempelajari diktat  ini, Anda diharapkan dapat:
1. menyebutkan arti puggala;
2. menyebutkan dua belas jenis puggala;
3. menjelaskan puggala yang tidak bertumimbal lahir di Apaya Bhumi;
4. menjelaskan puggala yang tidak bertumimbal lahir di Asannasatta Bhumi;
5. menjelaskan puggala yang tidak dapat berturoimbal lahir di Suddhavasa Bhumi;

Jenis-Jenis Puggala
Puggalaberarti makhluk. Pada umumnya, puggala atau makhluk itu terdiri atas nama atau batin dan rupa atau jasmani. Setiap puggala atau makhluk itu pasti dilahirkan oleh Janaka Kamma dan kehidupannya diatur oleh Kamma Niyama atau hukum karma. Puggala atau makhluk itu berdiam di dalam tigajmiuh satu alam kehidupan.
Puggala atau makhluk itu seluruhnya berjumlah duabelasjenis. Dua belasjenis puggala ini dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah Puthujjana, yaitu makhluk-makhluk yang belum mencapai tingkat-tingkat kesucian. Sedangkan, kelompok kedua adalah Ariya Puggala atau makhluk-makhluk yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian. Kedua kelompok makhluk ini tentu berdiam di alam-alam kehidupan yang sesuai dengan keadaannya. Misalnya, Puthujjana atau makhluk-makhluk yang belum mencapai tingkat-tingkat kesucian masihbisabertumimbal lahir di alam-alam Apaya, tetapi Ariya Puggala atau makhluk-makhluk yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian tidak mungkin lagi bertumimbal lahir di alam-alam Apaya.
Puthujjana.

Puthujjana merupakan salah satu kelompok puggala yang terdiri atas makhluk-makhluk yang belum mencapai tingkat-tingkat kesucian, mulai dari Sotapatti magga sarnpai dengan Arahatta phala. Batin merekamasih belum bersih.Merekamasihdikendalikan oleh kilesa atau kekotoran batin. Mereka masih memiliki sifat lobha atau keserakahan, dosa atau kebencian, dan moha atau kebodohan. Mereka masih senang dengan nafsu indera dan terikat dengan panca indera.
Makhluk Puthujjana terdiri atas empatjenis, yaitu
1. Duggati Puthujjana atau Duggati Ahetuka Puggala.
2. Sugati Ahetuka Puthujjana atau Sugati Ahetuka Puggala.
3. Dvihetuka Puthujjana atau Dvihetuka Puggala.
4. Tihetuka Puthujjana atau Tihetuka Puggala.
Duggati Puthujjana atau Duggati Ahetuka Puggala merupakan makhluk yang berdiam di Duggati Bhumi atau Apaya Bhumi (alam yang menyedihkan). Mereka hidup amat menderita di Duggati Bhumi ini. Keadaan mereka amat menyedihkan. Setiap hari mereka harus mengalami siksaan terus menerus, sehingga mereka hampir tidak mempunyai waktu dan kesempatan untuk berbuat baik. Oleh sebab itu, kita hams berusaha menghindan kejahatan dan berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya agar kita tidak terjatuh ke alam-alam yang menyedihkan.
Sugati Ahetuka Puthujjana atau SugatiAhetuka Puggala merupakan makhluk yangberdiam di alam manusia sebagai manusia yang cacat sejak lahir dan di alam dewa tingkat rendah (Catummaharajika Bhumi). Sedangkan, Dvihetuka Puthujjana atau Dvihetuka Puggala dan Tihetuka Puthujjana atau Tihetuka Puggala merupakan makhluk yang berdiam di alam manusia dan di alam-alam dewa. Dvihetuka berarti duasebab, yaitu alobha hetu dan adosahetu. Jadi, Dvihetuka Puggala berarti makhluk yang teriahir dengan dua sebab. Sedangkan, Tihetuka berarti tiga sebab, yaitu alobha hetu, adosa hetu, dan amoha hetu. Jadi, Tihetuka Puggala berarti makhluk yang teriahir dengan tiga sebab.

Ariya Puggala.
Ariya Puggala merupakan salah satu kelompok puggala yang terdiri atas makhluk-makhluk yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian sebagai hasil dari melaksanakan Vipassana Bhavana. Mereka telah mencapai tingkat-tingkat kesucian, mulai dari Sotapatti magga sampai dengan Arahatta phala. Mereka jauh dan terbebas dari kilesa atau kekotoran batin. Mereka telah berhasil mengikis lobha atau keserakahan, dosa atau kebencian, dan moha atau kebodohan sedikit demi sedikit sampai akhimya lenyapsecara total. Oleh sebab itu,mereka atau Ariya Puggala itu tidak mungkinlagibertumimballahir di Apaya Bhumi atau alam-alam yang menyedihkan.
Ariya Puggala terdiri atas delapan jenis, yaitu :
1. Sotapatti magga Puggala.
2. Sotapattiphala Puggala.
3. Sakadagamimagga Puggala.
4. Sakadagamiphala Puggala.
5. Anagamimagga Puggala.                      ,
6. Anagamiphala Puggala.
7. Arahattamagga Puggala.
8. Arahattaphala Puggala.

Untuk lebih memantapkan pengetahuan AndatentangJenis-jenis puggala, cobalah kerjakan latihan dibawah ini!
1. Apa yang dimaksud dengan Puggala? Jelaskan!
2. Ada berapa jenis puthujjana? Sebutkan!
3. Apa yang dimaksud dengan Ariya Puggala? Apakah Ariya Puggala masih dapat bertumimbal lahir di Apaya Bhumi? Jelaskan!

Kunci Jawaban Latihan 1
1. Yang dimaksud dengan Puggala adalah makhluk. Pada umumnya, puggala atau makhluk itu terdiri atas nama atau batin dan rupa atau jasmani. Setiap puggala atau makhluk itu pasti dilahirkan oleh Janaka Kamma dan kehidupannya diatur oleh Kamma Niyama atau hukum karma. Puggala atau makhluk itu berdiam di dalam tiga pujuh satu alam kehidupan.
2. Puthujjana merupakan salah satu kelompok puggala yang terdiri atas makhluk-makhluk yang belum mencapai tingkat-tingkat kesucian. Makhluk Puthujjana terdiri atas empat jenis, yaitu:
a. Duggati Puthujjana atau Duggati Ahetuka Puggala. b. Sugati Ahetuka Puthujjana atau Sugati Ahetuka Puggala. c. Dvihetuka Puthujjana atau Dvihetuka Puggala. d. Tihetuka Puthujjana atau Tihetuka Puggala.
3. Ariya Puggala merupakan salah satu kelompok puggala yang terdiri atas makhluk-makhluk yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian sebagai hasil dari melaksanakan Vipassana Bhavana. Ariya Puggala atau makhluk-makhluk yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian itu tidak mungkin lagi bertumimbal lahir di alam-alam Apaya karena batinnya telah bersih dari kilesa (kekotoran batin).
F. Puggala Dalam 31 Bhumi
Makhluk-makhluk yang berdiam di alam-alam kehidupan ini terdiri atas dua belasjenis. Mereka berdiam di alam-alam kehidupan yang sesuai dengan keadaan dan karmanya. Misalnya, makhluk Duggati Puthujjana atau Duggati Ahetuka Puggala berdiam di Apaya Bhumi, yaitu alam neraka, alam setan, alam raksasa, dan alam binatang. Makhluk Duggati Puthujjana atau Duggati Ahetuka Puggala ini tidak terdapat di alam-alam lain di luar dari Apaya Bhumi.
Dalam Kegiatan Belajar kedua ini akan dibahas mengenai hubungan puggala atau makhluk dengan Tiga puluh satu alam kehidupan. Dalam pembahasan ini akan diuraikan mengenai jumlah danjenis-jenis puggala atau makhluk yang berdiam di Kama Bhumi, Rupa Bhumi, dan Arupa Bhumi.
Puggala dalam Kama Bhumi.
Kama Bhumi mempakan alam kehidupan yang makhluk-makhluknyamasihmemilikinafsuindera. Kama Bhumi terdiri atas sebelas alam, dan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu Apaya Bhumi dan Kamasugati Bhumi (Manussa Bhumi dan Deva Bhumi). Di sebelas Kama Bhumi ini terdapat dua belas jenis puggala, yaitu :
1. Duggati Puthujjana atau Duggati Ahetuka Puggala.
2. Sugati Ahetuka Puthujjana atau Sugati Ahetuka Puggala.
3. Dvihetuka Puthujjana atau Dvihetuka Puggala.
4. Tihetuka Puthujjana atau Tihetuka Puggala.
5. Sotapattimagga Puggala.
6. Sotapattiphala Puggala.
7. Sakadagamimagga Puggala.
8. Sakadagamiphala Puggala.
9. Anagamimagga Puggala.
10. Anagamiphala Puggala.
11. Arahattamagga Puggala.
12. Arahattaphala Puggala.
Apaya Bhumi yang terdiri atas empat alam itu mempakan tempatdiam makhluk Duggati Puthujjana atau Duggati Ahetuka Puggala. Jadi, makhluk-makhluk yang berada di Apaya Bhumi (dengan kekuatan Patisandhi atau tumimbal lahir) itu hanya terdiri atas satu jenis, yaitu jenis Ruggati Puthujjana atau Duggati Ahetuka Puggala. Ini berarti bahwa sebelas jenis makhluk yang selebihnya, termasuk Ariya Puggala, tidak terdapat di Apaya Bhumi.
Delapan jenis Ariya Puggala tidak dapat bertumimbal lahir (dengan kekuatan Patisandhi atau tumimbal lahir) di Apaya Bhumi, karena Ariya Puggala telah terbebas dari kilesa atau kekotoran batin yang berarti pintu alam Apaya telah tertutup baginya. Ariya Puggala juga tidak dapat timbul (dengan kekuatan bhavana atau meditasi) di Apaya Bhumi. Sebab, makhluk-makhluk yang berdiam di Apaya Bhumi terikat dengan kilesa atau kekotoran batin, sehingga mereka tidak dapat melaksanakan Vipassana Bhavana yang berarti juga tidak dapat menjadi Ariya Puggala di Apaya Bhumi tersebut.
Manussa Bhumi dan Catummaharajika Bhumi merupakan tempat diam sebelas puggala, yaitu Sugati Ahetuka Puthujjana (Sugati Ahetuka Puggala), Dvihetuka Puthujjana (Dvihetuka Puggala), Tihetuka Puthujjana (Tihetuka Puggala), dan delapan jenis Ariya Puggala. Makhluk Sugati Ahetuka Puthujjana, Dvihetuka Puthujjana, Tihetuka Puthujjana, dan Ariya Puggala (tidak termasuk Anagamimagga puggala, Anagamiphalapuggal a, Arahattamagga puggala, dan Arahattaphala puggala) dapat bertumimbal lahir (dengan kekuatan Patisandhi) di Manussa Bhumi dan Catummaharajika Bhumi. Ariya puggala juga dapat timbul (dengan kekuatan bhavana atau meditasi) di Manussa Bhumi dan Catummaharajika Bhumi. Makhluk-makhluk yangberadadi Manussa Bhumi dan Catummaharajika Bhumi ini dapat melaksanakan Vipassana Bhavana sehingga berhasil mencapai tingkat-tingkat kesucian yang berarti juga menjadi Ariya Puggala.
Contoh makhluk Sugati Ahetuka Puthujjana yang berada di Manussa Bhumi adalah manusia yang terlahir dalam keadaan cacat. Jadi, manusia-manusia yang cacat sejak lahir itu adalah makhluk jenis Sugati Ahetuka Puthujjana. Sedangkan, contoh makhluk Tihetuka Puthujjana yangberadadi Manussa Bhumi adalah manusia-manusia jenius, pemimpin-pemimpin negara, dan lain-lain.
Dari dua belas jenis puggala atau makhluk itu ternyata ada.satu jenis makhluk yang tidak terdapat di Manussa Bhumi dan Catummaharajika Bhumi, yaitu makhluk Duggati Puthujjana. Sebab, makhluk Duggati Puthujjana itu hanya berdiam di Apaya Bhumi.
Lima alam dewa selebihnya (tidak termasuk Catummaharajika Bhumi) merupakan tempat diam sepuluh puggala, yaitu Dvihetuka Puthujjana, Tihetuka Puthujjana, dan delapan jenis Ariya Puggala, Makhluk Dvihetuka Puthujjana, Tihetuka Puthujjana, dan Ariya Puggala (tidak term asukAnagamimagga puggala, Anagamiphalapuggala, Arahattamagga puggala, danArahattaphalapuggala) dapat bertumimbal lahir (dengan kekuatan Patisandhi) di lima Deva Bhumi ini. Ariya puggala juga dapat timbul (dengan kekuatan bhavana atau meditasi) di lima Deva Bhumi ini. Makhluk-makhluk yang heradadi lima alam dewa ini dapat melaksanakan Vipassana Bhavana sehingga berhasil mencapai tingkat-tingkat kesucian yang berarti juga menjadi Ariya Puggala.

Dua jenis puggala yang selebihnya, yaitu makhluk Duggati Puthujjana dan Sugati Ahetukal Puthujjana, tidak terdapat di lima alam dewa selebihnya ini, karena makhluk Duggati Puthujjana hanya berada di Apaya Bhumi dan makhluk Sugati Ahetuka Puthujjana hanya berada di Manussa Bhumi, Catummaharajika Bhumi, dan Asannasatta Bhumi.
Makhluk Tihetuka Puthujjana yang tidak mempunyai jhana (rupa jhana dan arupa jhana) dapat timbul (dengan kekuatan Patisandhi) di Kamasugati Bhumi (Manussa Bhumi dan enam Deva Bhumi).
Makhluk manusia dan dewa yang telah mencapai tingkat kesucian Sotapanna dan Sakadagami, tetapi tidak memiliki rupajhana dan arupajhana, akan bertumimbal lahir di Manussa Bhumi dan enam Deva Bhumi. Namun, bila Sotapanna dan Sakadagami itu mempunyai rupa jhana, maka mereka akan bertumimbal lahir (dengan kekuatan Patisandhi) di sepuluh Rupa Bhumi (tidak termasuk lima Suddhavasa Bhumi dan satu Asannasatta Bhumi), sesuai dengan tingkat jhana yang dimilikinya. Bila Sotapanna dan Sakadagami itu mempunyai arupajhana, maka mereka akan bertumimbal lahir (dengan kekuatan Patisandhi) di empat Arupa Bhumi, sesuai dengan tingkat jhana yang dimilikinya. Sotapanna dan Sakadagami yang memiiiki rupajhana atau arupajhana ini tidak akan bertumimbal lahir lagi di Manussa Bhumi dan Deva Bhumi, karena mereka tidak mungkin melakukan perbuatanjahat, sehingga jhananya tidak mungkin merosot.
Puggala dalam Rupa Bhumi.
Rupa Bhumi terdiri atas enam belas alam. Di enam belas Rupa Bhumi ini terdapat sepuluh jenis puggala, yaitu:
1. Sugati Ahetuka Puthujjana atau Sugati Ahetuka Puggala.
2. Tihetuka Puthujjana atau Tihetuka Puggala.
3. Sotapattimagga Puggala.
4. Sotapattiphala Puggala.
5. Sakadagamimagga Puggala.
6. Sakadagamiphala Puggala.
7. Anagamimagga Puggala.
8. Anagamiphala Puggala.
9. Arahattamagga Puggala.
10. Arahattaphala Puggala.
Sepuluh Rupa Bhumi, yaitu tiga Pathamaj jhana Bhumi, tiga Dutiyajjhana Bhumi, tigaTatiyajjhana Bhumi, dan satu Vehapphala Bhumi, merupakan tempat di;im sembilan puggala, yaitu Tihetuka Puthujjana dan delapan jenis Ariya Puggala. Sembilan jenis puggala ini dapat bertumimbal lahir (dengan kekuatan Patisandhi) di sepuluh Rupa Bhumi ini. Ariya puggala juga dapat timbul (dengan kekuatan bhavana atau meditasi)di sepuluh Rupa Bhumi ini. Makhluk-makhlukyangberadadi sepuluh alam ini dapat melaksanakan Vipassana Bhavana sehinggaberhasil mencapai tingkat-tingkat kesucian yangberarti juga menjadi Ariya Puggala.
Makhluk Tihetuka Puthujjana yang mempunyai rupa jhana akan bertumimbal lahir (dengan kekuatan Patisandhi) di sehelas Rupa Bhumi (tidak termasuk Asannasatta Bhumi dan lima Suddhavasa Bhumi), sesuai dengan tingkat jhana yang dimiliki oleh makhluk Rupa Brahma tersebut.
Tiga jenis puggala selebihnya, yaitu makhluk Duggati Puthujjana, Sugati-ahetuka Puthujjana, dan Dvihetuka Puthujjana, tidak terdapat di sepuluh Rupa Bhumi ini. Sebah, makhluk Duggati Puthujjana hanya terdapat di Apaya Bhumi. Makhluk Sugati-ahetuka Puthujjana hanya terdapat di Manussa Bhumi, Catummaharajika Bhumi. danAsannasatta Bhumi. Sedangkan, makhluk Dvihetuka Puthujjana hanya terdapat di Manussa Bhumi dan enam Deva Bhumi.

Satu Asannasatta Bhumi menipakan tempat diam makhluk Sugati Ahetuka Puthujjana. Jadi, makhluk-makhluk yang berada di Asannasatta Bhumi (dengan kekuatan Patisandhi atau tumimbal lahir) itu adalah jenis Sugati Ahetuka Puthujjana. Ini berarti bahwa sebelas jenis makhluk yang selebihnya, termasuk Ariya Puggala, fidak terdapat di Asannasatta Bhumi.
Delapan jenis Ariya Puggala tidak dapat bertumimbal lahir (dengan kekuatan Patisandhi) di Asannasatta Bhumi, karena Ariya Puggala, dengan nama atau batinnya, dapat melihat empat Ariya Sacca atau empat Kesunyataan Mulia dengan terang dan jelas, sehingga ia tidak mungkin tumimbal lahir di Asannasatta Bhumi sebagai makhluk yang tidak mempunyai nama atau batin.
Ariya Puggala juga tidak dapat timbul (dengan kekuatan bhavana atau meditasi) di Asannasatta Bhumi. Sebab, makhluk-makhluk yang berdiam di Asannasatta Bhumi hanya mempunyai rupa atau materi, tidak mempunyai nama atau batin, sehingga mereka tidak dapat melaksanakan Vipassana Bhavana yang berarti juga tidak dapat menjadi Ariya Puggala di Asannasatta Bhumi tersebut.
Lima Suddhavasa Bhumi menipakan tempat diam tiga puggala, yaitu Anagamiphala puggala, Arahattamagga puggala, dan Arahattaphala puggala. Ini berarti bahwa sembilan jenis puggala yang selebihnya, yaitu empat Puthujj ana, Sotapattimagga puggala, Sotapattiphala puggala, Sakadagamimagga puggala, Sakadagamiphala puggala, dan Anagamimagga puggala, tidak dapat bertumimbal lahir di lima Suddhavasa Bhumi. Sebah, lima Suddhavasa Bhumi ini merupakan tempat diam khusus untuk Anagamiphala puggala yang memiliki Pancamajjhana dengan kekuatan Patisandhi dan merupakan tempat diam Arahattamagga puggala dan Arahattaphala puggala dengan kekuatan melaksanakan Vipassana Bhavana di alam Suddhavasa itu.
Makhluk manusia dan dewa yang telah mencapai tingkat kesuci an Anagami tidak akan bertumimbal lahir di Manussa Bhumi atau Deva Bhumi, karena Anagami telah membasmi kamaraga atau nafsu sex dan byapada atau kemauan jahat. Anagami yang memiliki Pancamajjhana atau jhana tingkat kelima akan bertumimbal lahirdi Suddhavasa Bhumi. Namun,bilaAnag;uni itu tidak memiliki Pancamajjhana, makaia akan bertumimbal lahirdi Brahma Bhumi (tidak termasuk Asannasatta Bhumi dan Suddhavasa Bhumi).
Puggala dalam Arupa Bhumi.
Arupa Bhumi terdiri atas empat alam. Di empat Arupa Bhumi ini terdapat delapan jenis puggala, yaitu :
1. Tihetuka Puggala.
2. Sotapattiphalapuggala.
3. Sakadagamimaggapuggala.
4. Sakadagamiphala puggala.
5. Anagamimagga puggala.
6. Anagamiphala puggala.
7. Arahattamagga puggala.
8. Arahattaphala puggala.
Dengan demikian, Arupa Bhumi itu merupakan tempat diam delapan puggala, yaitu Tihetuka Puggala dan tujuh jenis Ariya Puggala, yaitu Sotapattiphala puggala, Sakadagamimagga puggala, Sakadagamiphal a puggala, Anagamimagga puggala, Anagamiphal a puggala, Arahattamagga puggala, dan Arahattaphala puggala. Makhluk mariusia, dewa, dan rupa brahma yang merupakan Tihetuka PuthujjanayangmelaksanakanSamathaBhavanahinggaberhasil mencapai arupajhanaakanbertumimbal lahir (dengan kekuatan Patisandhi) di empat Arupa Bhumi, sesuai dengan tingkatjhana yang dimiliki oleh makhluk Arupa Brahma tersebut.
Empat jenis puggala yang selebihnya, yaitu makhluk Duggati Puthujjana, Sugati Ahetuka Puthujjana, Dvihetuka Puthujjana, dan Sotapattimagga puggala tidak terdapat di empat Arupa Bhumi ini. Sebab, makhluk Duggati Puthujjana hanya terdapat di Apaya Bhumi. Makhluk Sugati Ahetuka Puthujjana hanya terdapat di Manussa Bhumi, Catummaharajika Bhumi, dan Asannasatta Bhumi. Makhluk Dvihetuka Puthujjana hanya terdapat di Manussa Bhumi dan enam Deva Bhumi.
Sedangkan, makhluk Sotapattimagga puggala tidak terdapat di empat Arupa Bhumi, karena makhlukArupa Brahmayangbelum mencapai tingkat kesucian apa pun tidak akan mampu melaksanakan Vipassana Bhavana di empat Arupa Bhumi itu, sehingga ia tidak mungkin akan mencapai tingkat kesucian dan menjadi Sotapattimagga puggala. Arupa Brahma yang belum menjadi Ariya Puggala tidak mampu melaksanakan Vipassana Bhavana, karena untuk melaksanakan Vipassana Bhavana hingga mencapai Sotapattimagga, pada tingkat pertama atau tahap awal, makhlukArupa Brahma hams mengadakan perenungan atau konsentrasi terhadap rupa ataujasmani dan nama atau batin, sedangkan mereka tidak mempunyai rupa atau jasmani. Namun, Arupa Brahma yang telah mencapai tingkat kesucian Sotapattiphala akan mampu melaksanakan Vipassana Bhavana (selanjutnya) untuk mencapai tingkat kesucian yang lebih tinggi, menjadi enam Ariya Puggala selebihnya (Sakadagamimagga puggalasampai dengan Arahattaphala puggala). Dalam melaksanakan Vipassana Bhavana lanjutan ini, makhluk Arupa Brahma hanya merenungkan atau mengkonsentrasikan pikiran terhadap nama atau batin, tidak perlu merenungkan rupa ataujasmani, karena rupa telah dijadikan objek pada latihan tingkat permulaan.

Untuk lebih memantapkan pengertian dan pengetahuan Anda tentang Puggala dalam 31 Bhumi, cobalah kerjakan latihan di bawah ini !
1. Ada berapa jenis puggala yang terdapat di Manussa Bhumi? Jelaskan!
2. Adaberapa jenis puggala yang terdapat di Asannasatta Bhumi? Jelaskan!
3. Ada berapa jenis puggala yang terdapat di Suddhavasa Bhumi? Jelaskan!
4. Di alam mana saja tidak terdapat Ariya Puggala? Jelaskan!

Kunci Jawaban Latihan 2
1. Di Manussa Bhumi terdapat sebelas jenis puggala, yaitu:
a. Sugati Ahetuka Puthujjana atau Sugati Ahetuka Puggala.
b. Dvihetuka Puthujjana atau Dvihetuka Puggala.
c. Tihetuka Puthujjana atau Tihetuka Puggala.
d. Sotapattimagga Puggala.
e. Sotapattiphala Puggala.
f. Sakadagamimagga Puggala.
g. Sakadagamiphala Puggala.
h. Anagamimagga Puggala.
i. Anagamiphala Puggala.
j. Arahattamagga Puggala.
k. Arahattaphala Puggala.
2. Di Asannasatta Bhumi terdapat satu jenis puggala, yaitu Sugati Ahetuka Puggala.
3. Di Suddhavasa Bhumi terdapat tiga jenis puggala, yaitu:
a. Anagamiphala Puggala. b. Arahattamagga Puggala. c. Arahattaphala Puggala.
4. AriyaPuggala tidak terdapat di Apaya Bhumi  dan Asannasatta Bhumi. Ariya Puggala tidak terdapat di Apaya Bhumi karena Ariya Puggala telah terbebas dari kilesa atau kekotoran batin, sedangkan makhluk-makhluk yang berdiam di Apaya Bhumi masih terikat dengan kilesa atau kekotoran batin. Ariya Puggala juga tidak terdapat di Asannasatta Bhumi karena makhluk-makhluk yang berdiam di Asannasatta Bhumi hanya mempunyai rupa atau materi,.tidak mempunyai nama atau batin, sehingga mereka tidak dapat melaksanakan Vipassana Bhavana yang berarti juga tidak dapat mencapai tingkat kesucian.

G. Patisandhi Citta
Setiap makhluk yang belum mencapai tingkat kesucian arahat pasti masih akan mengalami tumimbal lahir yang berulang-ulang dalam alam-alam kehidupan yang ada di alam semesta ini, sesuai dengan karmanya. Makhluk-makhluk yang suka berbuat jahat akan bertumimbal lahir di alam-alam yang menyedihkan. Sebaliknya, makhluk-makhluk yang suka berbuat baik akan bertumimbal lahir di alam-alam yang menyenangkan. Oleh sebab itu, setiap umat Buddha seyogyanya suka melakukan perbuatan-perbuatan baik agar mereka dapat bertumimbal lahir di alam-alam yang menyenangkan. Dengan keadaan yang menyenangkan seperti itu, mereka akan lebih mudah berjuang untuk mencapai tingkat kesucian arahat, yang berarti juga mencapai Nibbana.
Setiap makhluk yang berhasil mencapai tingkat kesucian arahat tidak akan bertumimbal lahir lagi. Jadi, tumimbal lahir makhluk-makhluk akan terhenti bila mereka telah berhasil mencapai tingkat kesucian arahat. Dengan terhentinya tumimbal lahir, dengan terputusnya lingkaran kelahiran dan kematian, maka berakhir pulalah segala dukkha. Oleh sebab itu, setiap umat Buddha seyogyanya berjuang untuk mengakhiri dukkha, sehingga terhentilah tumimbal lahir baginya.
Bukti-bukti adanya tumimbal lahir.
Setiap umat Buddha yakin akan adanya tumimbal lahir. Sebab, tumimbal lahir itu memang ada dan dapat dibuktikan dengan cara-cara tertentu, di antarany a dengan abhinna atau kemampuan batin. Orang yang memiliki abhinna dapat melihat kehidupan-kehidupannya yang lampau dan dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang akan terjadi nanti.
Diduniaini juga ada orang-orang tertentu yangwalaupun belum mempunyai abhinna tetapimampu mengetahui keadaan satu kehidupan sebelumnya. Orang-orang tertentu itu antara lain seorang anak perempuan yangbemama Shanti Devi dan seorang nelayan yangbernama William George. Kisah nyata kedua orang ini dapat membuktikan adanya tumimbal lahir.
Shanti Devi merupakan seorang anak perempuan yang dilahirkan di sebuah kota di India pada tahun 1926. Pada usia tiga tahun, ia telah dapat menceritakan satu kehidupan sebelumnya secara tepat. Pada kehidupan yang lampau, ia pemah menikah dengan seorang pedagang tekstil yang bernama Nath Chaubey. Dalam kisah yang dituturkan kepada ayah dan ibunya, ia selalu menyebut nama Nath Chaubey sebagai suaminya yang dulu. Kemudian, orang tua Shanti Devi menghubungi Nath Chaubey yang ketika itu masih hidup dan tinggal di kota lain. Nath Chaubey terkejut mendengar mantan isterinya yang meninggal dahulu kini dilahirkan kembali sebagai anak perempuan yang diberi nama Shaoti Devi. Kemudian, Nath Chaubey datang ke kota kelahiran Shanti Devi dan menemuinya. Ternyata Shanti Devi benar-benar mengenal Nath Chaubey yang tinggal di luar kota yang sama sekali belum pemah dikunjunginya.
Setelah pertemuan itu, dibentuk panitia untuk meneliti dan membuktikan adanya tumimbal lahir yang dialami oleh Shanti Devi. Shanti Devi diajak berkunjung ke kota mantan suaminya itu. Dalam suatu perjalanan dengan mobil, ia dapat menunjukkan arahjalan yang harus ditempuh oleh supirdi kota itu. Setibanya di depan rumah Nath Chaubey, sebelum memasuki rumah itu, Shanti Devi yang ketika ditanya tentang bentuk bagian dalam rumah yang dahulu itu temyata dapat menerangkan dengan tepat segala sesuatu tentang hal itu. Shanti Devi juga mengenali orang tua Nath Chaubey yang masih hidup.
Pada tahun 1936, kasus Shanti Devi ini diselidiki oleh sebuah Panitia Internasional di bawah pimpinan Prof. lan Stevenson dari Amerika Serikat dan dicatat dalam buku berjudul 'The Survival from claimed memories of former Incarnation".
Kisah William George dari Alaska Tenggara, Amerika Serikat, juga dapat membuktikan adaaya tumimbal lahir. William George adalah seorang nelayan terkemuka dalam hidupnya. Pada pertengahan tahun 1949, ia yang ketika itu telah berusia sekitar enam puluh tahun menemui puteranya yang bemama Reginald George dan berkata, "Saya akan datang kembali dan menjadi anakmu. Kamu akan mengenal saya karena saya akan mempunyai tahi lalat pada bahu kiri seperti yang sekarang ini." Selanjutnya, ketika akan meninggal duniapadabulanAgustus 1949, ia menyerahkan sebuah jam tanganemas kepada puteranya untuk disimpannya agar kelak dapat diserahkan kembali kepadanya.
Segera setelah William George meninggal dunia, Ny Reginald George hamil dan kemudian melahirkan anaknya pada tanggal 5 Mei 1950. Anak tersebut ternyata mempunyai tahi lalat pada bahu kirinya seperti kakeknya. Pada usia empat tahun, ia dapat mengenali arlojinya yang dahulu. la pun "mengenal" perairan penangkapan ikan Alaska, tepat seperti kakeknya. Kasus ini kemudian diselidiki oleh Prof. Dr. lan Stevenson pada tahun 1965, dan hasilnya dicatat dalam sebuah buku yang berjudul 'Twenty cases suggestive of reincarnation".
Patisandhi.
Setiap makhluk bertumimbal lahirdengan cara-cara tertentu. Sang Buddha menguraikan ada empat cara Patisandhi atau tumimbal lahir makhluk-makhluk, yaitu:
1. Jalabuja Yoni, yangberarti kelahiran melalui kandungan. Makhluk yang lahir melalui kandungan adalah manusia, kuda, kerbau, anjing, kucing, dan lain-lain.
2. AndajaYoni, yangberarti kelahiran melalui telur. Makhluk yang lahir melalui telur adalah burung, ayam, itik, dan lain-lain.
3. Sansedaja Yoni, yang berarti kelahiran melalui kelembaban. Makhluk yang lahir melalui kelembaban adalah nyamuk, ikan, dan lain-lain.
4. Opapatika Yoni, yang berarti kelahiran secara spontan, langsung membesar. Makhluk yang lahir secara spontan, langsung membesar adalah para dewa, brahma, makhluk neraka, makhluk setan, dan lain-lain.

Jika dihubungkan dengan pengelompokan alam-alam kehidupan, maka terdapat empat macam patisandhi atau tumimbal lahir, yaitu:
1. Apaya Patisandhi, yang berarti bertumimbal lahir di Apaya Bhumi atau alam yang menyedihkan.
2. Kamasugati Patisandhi, yang berarti bertumimbal lahir di Kamasugati Bhumi atau alam kehidupan nafsu yang menyenangkan.
3. Rupavacara Patisandhi, yang berarti bertumimbal lahir di Rupa Bhumi atau alam kehidupan yang makhluk-makhluknya mempunyai rupajhana.
4. Arupavacara Patisandhi, yang berarti bertumimbal lahir di Arupa Bhumi atau alam kehidupan yang makhluk-makhluknya mempunyai arupajhana.
Setiap makhluk mengalami patisandhi atau tumimbal lahir yang berulang-ulang. Patisandhi atau tumimbal lahir itu terdiri atas dua puluh jenis yang menyebabkan kelahiran di tiga puluh satu alam kehidupan. Dua puluh jenis Patisandhi ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Patisandhi Citta yang berjumlah sembilan belas jenis dan Patisandhi Rupa yang hanya terdiri atas satu jenis.
Patisandhi Citta berarti kesadaran bertumimbal lahir makhluk-makhluk. Patisandhi Citta bertugas melahirkan makhluk-makhluk di tiga puluh alam kehidupan (tidak termasuk Asannasatta Brahma). Jadi, setiap makhluk yang bertumimba! lahir, kecuali makhluk Asannasatta Brahma, pasti memJJild Patisandhi Citta atau kesadaran bertumimbal lahir.
Padsandhi Rupa merupakan materi yang menyebabkan tumimbal lahir di Asannasatta Bhumi. Makhluk yang bertumimbal lahir dengan Patisandhi Rupa atau materi itu adalah makhluk Asannasatta Brahma. Makhluk Asannasatta Brahma bertumimbal lahir dengan Patisandhi Rupa, yaitu Jivitanavakakalapa Rupa. Jadi, Jivitanavakakalapa Rupa merupakan Patisandhi Rupa yang menyebabkan tumimbal lahir di Asannasatta Bhumi. Dalam Jivitanavakakalapa Rupa ini ada bersekutu sembilan macam Rupa, yaitu:
1. Unsur tanah/padat (Pathavi Dhatu).
2. Unsur air/cair (Apo Dhatu).
3. Unsur api/panas (Tejo Dhatu).
4. Unsur angin/gerak (Vayo Dhatu).
5. Wama/bentuk (Vanna/ruparammana).
6. Bau (Gandharammana).
7. Rasa (Rasarammana).
8. Makanan (Oja/Ahararupa).
9. Unsur kehidupan (Jivitarupa).
Patisandhi Citta atau kesadaran bertumimbal lahir makhluk-makhluk terdiri atas sembilan belas macam kesadaran, yaitu :
1. Kamavacaravipaka Citta, sebanyak sepuluh macam.
2. Rupavacaravipaka Citta, sebanyak lima macam.
3. Arupavacaravipaka Citta, sebanyak empat macam.

Kamavacaravipaka Citta merupakan patisandhi citta yang bertugas melahirkan makhluk-makhluk di Kama Bhumi. Kamavacara-vipaka Citta terdiri atas sepuluh jenis, yaitu :
1. Upekkhasantirana Akusalavipaka Citta, yang menyebabkan tumimbal lahir di empat Apaya Bhumi, yaitu alam neraka, alam setan, alam raksasa, dan alam binatang.
2. Upekkhasantirana Kusalavipaka Citta, yang menyebabkan tumimbal lahir di Manussa Bhumi sebagai manusia cacat sejak lahir dan alam Deva tingkat rendah (Catummaharajika Bhumi).
3. Mahavipaka Citta, yang terdiri atas delapan jenis yang menyebabkan tumimbal lahir di Manussa Bhumi dan enam Deva Bhumi.
Delapan jenis Mahavipaka Citta itu adalah :
1. Somanassasahagata Nanasampayutta Asankharikavipaka Citta.
2. Somanassasahagata Nanasampayutta Sasankharikavipaka Citta.
3. Somanassasahagata Nanavippayutta Asankharikavipaka Citta.
4. Somanassasahagata Nanavippayutta Sasankharikavipaka Citta.
5. Upekkhasahagata Nanasampayutta Asankharikavipaka Citta.
6. Upekkhasahagata Nanasampayutta Sasankharikavipaka Citta.
7. Upekkhasahagata Nanavippayutta Asankharikavipaka Citta.
8. Upekkhasahagata Nanavippayutta Sasankharikavipaka Citta.
Manusia yang dilahirkan dengan kesadaran "Upekkha-santirana Kusalavipaka Citta" adalah manusia yang cacat sejak lahir. Ada sepuluh macam cacat manusia tersebut, yaitu:
1. Jaccandha atau mata buta.
2. Jaccabadhira atau telinga tuli.
3. Jaccaghanaka atau hidung cacat.
4. Jaccamaga atau bisu.
5. Jaccajala atau bodoh luar biasa, tidak dapat menghitung satu sampai sepuluh.
6. Jaccummattaka atau gila.
7. Pandaka atau banci.
8. Ubhatobayanjanaka atau manusia yang mempunyaiduakelamin, yaitu perempuan dan laki-laki.
9. Napumsaka atau manusia yang tidak mempunyai kelamin.
10. Mamma atau bicara gagap.

Rupavacaravipaka Citta merupakan patisandhi citta yang bertugas melahirkan makhluk-makhluk di Rupa Bhumi. Rupavacara-vipaka Citta terdiri atas lima jenis, yaitu:
1. Rupavacara Pathamajjhanavipaka Citta, yang menyebabkan tumimbal lahir di Pathamajjhana Bhumi.
2. Rupavacara Dutiyajjhanavipaka Citta, yang menyebabkan tumimbal lahir di Dutiyajjhana Bhumi.
3. Rupavacara Tatiyajjhanavipaka Citta, yang menyebabkan tumimbal lahir di Dutiyajjhana Bhumi.
4. Rupavacara Catutthajjhanavipaka Citta, yang menyebabkan tumimbal lahir di Tatiyajjhana Bhumi.
5. Rupavacara Pancamajjhanavipaka Citta, yang menyebabkan tumimbal lahir di Catutthajjhana Bhumi.
Arupavacaravipaka Citta merupakan patisandhi citta yangbertugas melahirkan makhluk-makhluk di Arupa Bhumi. Arupavacara-vipaka Citta terdiri atas empat jenis, yaitu:
1. Akasanancayatanavipaka Citta, yang menyebabkan tumimbal lahir di Akasanancayatana Bhumi.
2. Vinnanancayatanavipaka Citta, yang menyebabkan tumimbal lahir di Vinnanancayatana Bhumi.
3. Akincannayatanavipaka Citta, yang menyebabkan tumimbal lahir di Akincannayatana Bhumi.
4. Nevasannanasannayatanavipaka Citta, yang menyebabkan tumimbal lahir di Nevasannanasannayatana Bhumi.
Untuk lebih memantapkan pengetahuan Anda tentang Patisandhi Citta, cobalah kerjakan latihan dibawahini!
1. Apa yang dimaksud dengan Patisandhi Citta? Jelaskan!
2. Apa yang dimaksud dengan Patisandhi Rupa? Jelaskan!
3. Berikan sebuah contoh kisah nyata yang membuktikan adanya tumimbal lahir? Jelaskan!
 Kunci Jawaban Latihan 1
1. Yang dimaksud dengan Patisandhi Citta adalah kesadaran bertumimbal lahir makhluk-makhluk. Patisandhi Citta terdiri atas sembilan belas macam kesadaran yangbertugas melahirkan makhluk-makhluk di tiga puluh alam kehidupan (tidak termasuk Asannasatta Brahma).
2. Patisandhi Rupa merupakan materi yang menyebabkan tumimbal lahir di Asannasatta Bhumi. Jadi, makhluk yang bertumimbal lahir dengan Patisandhi Rupa adalah makhluk Asannasatta Brahma.
3.  Contoh kisah nyata yang membuktikan adanya tumimbal lahir antara lain adalah kisah William George dari Alaska Tenggara, Amerika Serikat. William George adalah seorangnelayan terkemuka dalam hidupnya. Pada pertengahan tahun 1949, ia yang ketika itu telah berusia sekitar enam puluh tahun menemui puteranya yangbernama Reginald George dan berkata, “Saya akan datangkembali dan menjadi anakmu. Kamu akan mengenal saya karena saya akan mempunyai tahi lalat pada bahu kiri seperti yang sekarang ini.” Selanjutnya, ketika akan meninggal dunia pada bulan Agustus 1949, ia menyerahkan sebuah jam tangan emas kepada puteranya untuk disimpannya agar kelak dapat diserahkan kembali kepadanya.

 H.Sattavasa Bhumi 
Umat Buddha seyogyanya memahami keadaan setiap alam yang terdapat di alam semesta ini secara tepat. Untuk itu, alam-alam kehidupan dibahas dari berbagai segi, di antaranya ada yangdibagi menjadi kelompok-kelompok. Pengelompokan alam itu ditinj au dari keadaan makhluk yang hidup di alam-alam itu. Ada alam yang ditinggali oleh makhluk-makhluk yang mempunyai bentuk jasmani berbeda dan Patisandhi Vinnanajuga berbeda. Alam tersebut adalah Kamasugati Bhumi.
Makhluk-makhluk yang berdiam di Kamasugati Bhumi mempunyai bentuk jasmani berbeda dan Patisandhi Vinnanajuga berbeda. Misalnya, antara manusia yang satu dengan manusia yang lain tentu bentuk jasmaninya tidak sama, ada yang tinggi dan ada pula yang pendek, ada yang gemuk dan ada pula yang kurus, ada yang bertubuh laki-laki dan ada pula yang bertubuh perempuan. Manusia yang satu dengan manusia yang lain juga mempunyai Patisandhi Vinnana yang berbeda. Ada sembilan jenis Patisandhi Vinnana manusia, yaitu Upekkhasantirana Kusalavipaka Citta yang ada dalam diri manusia yangcacat sejak lahirdan delapan Maha Kusala Citta yang ada dalam diri manusia yang tidak cacat sejak lahir.
Sattavasa Bhumi.
Sattavasa Bhumi adalahtempatdiam makhluk-makhluk yangdibagi menjadi kelompok-kelompok. Misalnya, ada kelompok alam yang merupakan tempat diam makhluk-makhluk yang berbadan sama atau yang berbadan berbeda. Ada pula kelompok alam yang merupakan tempat diam makhluk-makhluk yang mempunyai Patisandhi Citta sama atau yang mempunyai Patisandhi Citta berbeda. Tempat diam makhluk-makhluk ini seluruhnya berjumlah sembilan kelompok, sehingga disebut Sattavasa Bhumi.
Sattavasa Bhumi terdiri atas sembilan kelompok bhumi, yaitu Nanattakaya Bhumi, Ekattakaya •Bhumi, Nanattasanni Bhumi, Ekattasanni Bhumi, Asanna Bhumi, Akasanancayatana Bhumi, Vinnanancayatana Bhumi, Akincannayatana Bhumi, Nevasannanasanna-yatana Bhumi.
Nanattakaya Bhumi adalah alam kehidupan yang makhluknya mempunyai bentuk jasmani berbeda. Nanattakaya Bhumi terdiri atasempatbelas alam, yaitu sebelas Kama Bhumi dan tiga alam jhanatingkat pertama (tiga Pathamajjhana Bhumi). Ini berarti bahwa bentuk jasmani makhluk-makhluk yang berdiam di Kama Bhumi dan Pathamajjhana Bhumi itu berbeda. Bentuk jasmani anj ing berbeda dengan bentuk jasmani kucing, kambing, rusa, gajah, dan lain-lain. Jasmani manusia yang satu berbeda bentuk dan ukurannya dengan jasmani manusia lainnya. Bentukjasmani makhlukdewa yang satu dengan dewa yang lain juga tidak sama. Demikian juga dengan makhluk-makhluk Brahma yang berdiam di Pathamajjhana Bhumi tentu mempunyai bentuk jasmani yang berbeda-beda.
Ekattakaya Bhumi adalah alam kehidupan yang makhluknya mempunyai bentuk jasmani sama. Ekattakaya Bhumi terdiri atas dua belas alam, yaitu tiga alamjhana kedua (tiga Dutiyajjhana Bhumi), tiga alam jhana ketiga (tiga Tatiyajjhana Bhumi), satu Vehapphala Bhumi, dan lima Suddhavasa Bhumi. Ini berarti bahwa bentuk jasmani makhluk-makhluk yang berdiam di Dutiyajjhana Bhumi itu sama. Bentuk jasmani makhluk-makhluk yang berdiam di Tatiyajjhana Bhumi itu juga sama. Bentuk jasmani makhluk-makhluk yang berdiam di Vehapphala Bhumi itu juga sama. Demikian juga dengan bentuk jasmani makhluk-makhluk yang berdiam di Suddhavasa Bhumi itu pun sama.
Nanattasanni Bhumi adalah alam kehidupan yang makhluknya mempunyai Patisandhi Citta berbeda. Nanattasanni Bhumi terdiri atas sepuluh alam, yaitu tujuh Kamasugati Bhumi dan tiga alam jhana tingkat kedua (tiga Dutiyajjhana Bhumi). Ini berarti bahwa Patisandhi Citta makhluk-makhluk yang berdiam di Kamasugati Bhumi dan Dutiyajjhana Bhumi itu berbeda. Makhluk-makhluk yang berdiam di Kamasugati Bhumi mempunyai Patisandhi Citta yang berupaMahavipaka Citta. Mahavipaka Citta terdiri atas delapanjenis. Jadi, manusia dan dewa mempunyai Patisandhi Citta yang berbeda-beda (salah satu dari delapan Mahavipaka Citta). Makhluk-makhluk yang berdiam di Dutiyajjhana Bhumi juga mempunyai Patisandhi Citta yang tidak sama, karena bisa dua kemungkinan, yaitu Dutiyajjhana vipaka Citta atau Tatiyajjhana vipaka Citta.
Ekattasanni Bhumi adalah alam kehidupan yang makhluknya mempunyai Patisandhi Citta semacam. Ekattasanni Bhumi terdiri atas enam belas alam, yaitu empat Apaya Bhumi, tiga alamjhana pertama (tiga Pathamajjhana Bhumi), tiga alam jhana ketiga (tiga Tatiyajjhana Bhumi), satu Vehapphala Bhumi, dan lima Suddhavasa Bhumi. Ini berarti bahwa Patisandhi Citta makhluk-makhluk yang berdiam di empat Apaya Bhumi itu sama, yaitu Upekkhasantirana akusalavipaka Citta. Patisandhi Citta makhluk-makhluk yang berdiam di tiga Pathamajjhana Bhumi itu sama, yaitu Pathamajjhana vipaka Citta. Patisandhi Citta makhluk-makhluk yang berdiam di tiga Tatiyajjhana Bhumi itu sama, yaitu Catutthajjhana vipaka Citta. Patisandhi Citta makhluk-makhluk yang berdiam di satu Vehapphala Bhumi dan lima Suddhavasa itu sama, yaitu Pancamajjhana vipaka Citta.
Asanna Bhumi adalah alam kehidupan yang makhluknya tidak mempunyai nama khandha. Yang tennasukAsanna Bhumi adalahAsannasatta Bhumi yangmerupakan tempat diam makhlukAsannasatta Brahma.
Akasanancayatana Bhumi merupakan PathamaArupa Bhumi, yaitu alam kehidupan yang makhluk-makhluknya mempunyai Arupa Jhana tingkat pertama. Vinnanancayatana Bhumi merupakan Dutiya Arupa Bhumi, yaitu alam kehidupan yang makhluk-makhluknya mempunyai Arupa Jhana tingkat" kedua. Akincannayatana Bhumi merupakan TatiyaArupa Bhumi, yaitu alam kehidupan yang makhluk-makhluknya mempunyai Arupa Jhana tingkat ketiga. Nevasannanasannayatana Bhumi merupakan Catuttha Arupa Bhumi, yaitu alam kehidupan yang makhluk-makhluknya mempunyai Arupa Jhana tingkat keempat.

Vinnanathiti.
Vinnanathiti berarti alam kehidupan yangmenjadi tempatvinnana. Di sini akandibahas alam-alam kehidupan yang menjadi tempat diam makhluk-makhluk yang memiliki bentukjasmani yangdigabung dengan Patisandhi Vinnana. Ada tujuh Vinnanathiti, yaitu Nanattakayaaanattasanni Bhumi, Nanattakayaekattasanni Bhumi, Ekattakayananattasanni Bhumi, Ekattakayaekattasanni Bhumi, Akasanancayatana Bhumi, Vinnanancayatana Bhumi, dan Akincannayatana Bhumi.
Nanattakayananattasanni Bhumi adalah alam kehidupan yang makhluk-makhluknya mempunyai bentuk jasmani berbeda dan mempunyai Patisandhi Citta berbeda juga. Nanattakayananattasanni Bhumi terdiri atas tujuh alam, yaitu tujuh Kamasugati Bhumi.
Nanattakayaekattasanni Bhumi adalah alam kehidupan yang makhluk-makhluknya mempunyai bentuk jasmani berbeda, tetapi Patisandhi Vinnananya semacam. Nanattakayaekattasanni Bhumi terdiri atas tujuh alam, yaitu empat Apaya Bhumi dan tiga alam jhana pertama (tiga Pathamajjhana Bhumi).
Ekattakayananattasanni Bhumi adalah alam kehidupan yang makhluk-makhluknya mempunyai bentukjasmani sama, tetapi Patisandhi Vinnananya berbeda. Ekattakayananattasanni Bhumi terdiri atas tiga alam, yaitu tiga alam jhana kedua (tiga Dutiyajjhana Bhumi).
Ekattakayaekattasanni Bhumi adalah alam kehidupan yang makhluk-makhluknya mempunyai bentuk jasmani sama dan mempunyai Patisandhi Vinnana semacam. Ekattakayaekattasanni Bhumi terdiri atas sembilanalam, yaitu tiga alam jhana ketiga (tiga Tatiyajjhana Bhumi), satu Vehapphala Bhumi, dan lima Suddhavasa Bhumi.
Di sini, yang tidak termasuk dalam kelompok Vinnanathiti adalah Asannasatta Bhumi dan Nevasannanasannayatana Bhumi. Asannasatta Bhumi tidak termasuk dalam kelompok Vinnanathiti, karena Asannasatta Bhumi merupakan alam kehidupan yang makhluknya tidak mempunyai llama khandha, yang berarti juga tidak mempunyai Patisandhi Vinnana.
Nevasannanasannayatana Bhumi tidak termasuk dalam kelompok Vinnanathiti, karena Nevasannanasannayatana Bhumi merupakan alam kehidupan yang makhluknya mempunyai Patisandhi Vinnana (nama khandha), tetapi nama khandhanya tidak jelas, dikatakan ada pun bukan, dikatakan tidak ada pun bukan. Makhluk ini juga tidak mempunyai rupa khandha, yang berarti tidak mempunyai bentukjasmani.







Untuk lebih memantapkan pengertian dan pengetahuan Anda tentang Sattavasa Bhumi, cobalah kerjakan latihan di bawah ini!
1. Apa yang dimaksud dengan Sattavasa Bhumi?
2. Apa yang dimaksud dengan Vinnanathiti? Jelaskan!
3. Apa yang dimaksud dengan Nanattakayananattasanni Bhumi? Jelaskan!
4. Mengapa Asannasatta Bhumi tidak termasuk dalam kelompok Vinnanathiti?

Kunci Jawaban Latihan 2
1. Yang dimaksud dengan Sattavasa Bhumi adalah tempat diam makhluk-makhluk yang dibagi menjadi kelompok-kelompok yang seluruhnya berjumlah sembilan kelompok.
2. Yang dimaksud dengan Vinnanathiti ialah alam kehidupan yang menjadi tempat vinnana. Ada tujuh Vinnanathiti, yaitu Nanattakayananattasanni Bhumi, NanattakayaekaUasanni Bhumi, Ekattakayananattasanni Bhumi, Ekattakayaekattasanni Bhumi, Akasanancayatana Bhumi, Vinnanancayatana Bhumi, dan Akincannayatana Bhumi.
3. Yang dimaksud dengan Nanattakayananattasanni Bhumi adalah alam kehidupan yang makhluk-makhluknya mempunyai bentukjasmani berbeda dan mempunyai Patisandhi Citta berbedajuga.
4. Asannasatta Bhumi tidak termasuk dalam kelompok Vinnanathiti,karena Asannasatta Bhumi merupakan alam kehidupan yang makhluknya tidak mempunyai nama khandha, yang berarti juga tidak mempunyai Patisandhi Vinnana.
I. Pengertian Cuti
Setiap makhluk yang dilahirkan, cepat atau lambat, pasti akan mengalami kematian. Ada makhluk yang mengalami kematian atau meninggal pada usia muda dan ada pula yang meninggal pada usia lanjut. Hal ini tergantung pada karma atau perbuatan yang telah dilakukannya. Jika karma baik yang lebih banyak dilakukan, maka ia akan berusia panjang. Namun, jika karma buruk yang lebih banyak dilakukan, maka ia akan berumur pendek.
Setiap makhluk, termasuk manusia, ingin berumur panjang dan hidup bahagia. Dan mereka harus banyak melakukan perbuatan baik. Mereka hams suka menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongan dengan tanpa pamrih. Mereka harus suka berdana dengan hati yang tulus ikhlas. Mereka harus berjuang untuk memupuk karma baik yang banyak sebagai bekal untuk menghadapi kematian nanti. Dengan demikian, mereka tidak akan menyesal bila waktu untuk meninggalkan dunia ini tiba. Mereka akan menghadapi kematian itu dengan wajah yangpenuh senyum.
Pengertian Cuti.
Cuti berarti mati atau meninggaly-yaitu terpisahnya nama atau batin dari rupa ataujasmani. Dalam pelajaran terdahulu telah dijelaskan bahwa nama atau batin itu terdiri atas citta atau kesadaran dan cetasika atau bentuk-bentuk batin. Citta dan cetasika selalu timbul bersama dan padam bersama. Jika seseorang meninggal, maka cittanya padam atau lenyap dari tubuh mayat itu. Dengan padamnya citta, cetasika pun ikut padam. Jadi, dalam tubuh mayat itu tidak ada citta dan cetasika lagi. Mayat hanya terdiri atas rupa yang berarti juga sama seperti benda-benda mati lainnya.
Setiap makhluk, termasukmanusiasakti, brahma, dan arahat, pasti akan mengalami kematian. Sang Buddha yang telah mencapai Penerangan Sempurna pun masih mengalami kematian atau parinibbana. Jadi, tidak ada satu makhluk pun yang luput dari kematian. Hanya beda antara arahat dan bukan terletak pada keadaan setelah kematiannya. Makhluk-makhluk yang telah mencapai tingkat kesucian arahat tidak akan mengalami tumimbal lahir lagi. Sedangkan, makhluk-makhluk yang belum mencapai tingkat kesucian arahat masih akan mengalami tumimbal lahir lagi setelah kematiannya. Ini berarti bahwa masih ada kehidupan setelah kematian bagi makhluk-makhluk yang belum mencapai tingkat kesucian arahat.
Kehidupan setelah kematian bagi makhluk-makhluk yang belum mencapai tingkat kesucian arahat yaitu dapat dikelompokkan mcnjadi duakelompok, yaitu kehidupan di alam > ang menyenangkan sebagai buah dari karma baiknya dan kehidupan di alam yang tnenyedihkan sebagai buah dari karma buruknya. Jadi, setiap makhluk yang meninggal dapat bertumimbal lahir di alam yang menyenangkan atau di alam yang menyedihkan, sesuai dengan karmanya. Namun, setiap umat Buddha tentu ingin bertumimbal lahir di alam-alam yang menyenangkan. untuk itu, mereka hams melakukan karma baik sebanyak-banyaknya sebelum ajal atau kematian itu tiba.
Sang Buddha pemah mengatakan, "Jivitam aniyatam, maranam niyatam", yang berarti bahwa kehidupan itu tidak pasti, tetapi kematian adalah pasti. Yang dimaksud dengan kehidupan itu tidak pasti adalah bahwa peristiwa-peristiwa yang akan terjadi pada diri manusia itu tidak dapat diketahui dengan pasti. Manusia hanya dapat membuat rencana mengenai masa depannya dan berusaha untuk mewujudkannya. Tercapai atau tidaknya cita-citanya itu tergantung pada karmanya yang lampau dan usahanya yang sekarang. Sementara itu, kematian itu pasti akan datang pada diri seseorang cepat atau lambat, entah esok, lusa, atau pada masa tuanya.
Kematian merupakan suatu proses pelapukan fisik atau tubuh manusia; suatu proses yang tak terhindarkandiduniaini. Kematian mempakan suatu akhiryangwaj'ar;akhirsementara dari gejala yang bersifat sementara. Bagi mereka yang belum mencapai tingkat kesucian arahat, kematian bukan merupakan kemusnahan total dari suatu makhluk. Sebab, batin makhluk yang sudah terpisah dari jasmaninya itu tidak lenyap secara total, tetapi mengalami tumimbal lahir lagi di alam-alam lain yang sesuai dengan karmanya sampai suatu saat nanti mencapai kesucian arahat.
Kematian merupakan suatu peristiwa yang pasti akan terjadi pada setiap manusia, juga makhluk-makhluk lain. Kematian merupakan suatu kenyataan yang hams dihadapi oleh setiap makhluk. Oleh sebab itu, setiap manusia hams berani menghadapi dan menerima kenyataan ini. Mereka harus selalu siap menghadapi kematian. Mereka tidak perlu takut akan kematian karena kematian merupakan sesuatu kejadian yangwajar. Hanya orang-orang yang telah berbuat salah yang mana kesalahannya itu sudah terlambat untuk diperbaiki itulah yang akan merasa takut pada kematian.
Sesungguhnya, peranan kematian adalah untuk menyadarkan setiap manusia akan akhir kehidupannya bahwasetiapmanusiapadaakhimyatetap harus mengalami hal yangsama, yaitu kematian. Caraterbaik bagi seseorang dalam menghadapi peristiwa kematian yang tak terelakkan itu adalah menyadari dan merenungkan bahwa kematian akan dan pasti tiba dalam waktu yang cepat atau lambat. Bila kematian itu tiba, maka umat Buddha harus menghadapinya dengan tenang, berani, percaya diri, dan pikiran yang penuh cinta kasih. Dengan demikian, mereka akan bertumimbal lahir lagi di alam-alam yang menyenangkan.

Untuk lebih memantapkan pengetahuan Anda tentang pengertian cuti, cobalah kerjakan latihan di bawah ini!
1. Apa yang dimaksud dengan cuti? Jelaskan!
2. Apa yang dimaksud dengan ungkapan "Jivitam aniyatam, maranam niyatam"?

Kunci Jawaban Latihan 1
1. Yang dimaksud dengan cuti adalah mati atau meninggal, yaitu terpisahnya nama atau batin (citta dan cetasika) dari rupa atau jasmani. Jika seseorang meninggal, maka citta atau kesadarannya padam atau lenyap dari tubuh mayat itu. Dengan padamnya citta, cetasika atau bentuk-bentuk batin juga ikut padam. Citta dan cetasjka selalu timbul bersama dan padam bersama. Jadi, dalam tubuh mayat itu tidak ada citta dan cetasika lagi. Mayat hanya terdiri atas rupa yang berarti juga sama seperti benda-benda mati lainnya.
2. Ungkapan "Jivitam aniyatam, maranam niyatam" mempunyai arti bahwa kehidupan itu tidak pasti, tetapi kematian adalah pasti. Yang dimaksud dengan kehidupan itu tidak pasti adalah bahwa peristiwa-peristiwa yang akan terjadi pada diri manusia itu tidak dapat diketahui dengan pasti. Manusia hanya dapat membuat rencana mengenai masa depannya dan berusaha untuk mewujudkannya. Tercapai atau tidaknya cita-citanya itu tergantung pada karmanya yang lampau dan usahanya yang sekarang. Sementara itu, kematian itu pasti akan datang pada diri seseorang cepat atau lambat, entah esok, lusa, atau pada masa tuanya.

Cuti Makhluk-Makhluk
Setiap makhluk yang cuti atau meninggal akan langsung patisandhi atau tumimbal lahir di alam-alam kehidupan yang sesuai dengan kannanya. Ada makhluk yang bertumimbal lahir di Kama Bhumi, ada makhluk yang bertumimbal lahir di Rupa Bhumi, dan ada pula makhluk yang bertumimbal lahir di Arupa Bhumi.
Setiap makhluk, termasuk umat Buddha, tentu ingin bertumimbal lahir di alam-alam yang menyenangkan, seperti alam manusia atau alam dewa. Mereka tentu tidak ingin bertumimbal lahir di alam-alam yang menyedihkan. Mereka tidak ingin terjatuh ke alam neraka, alam setan, alam raksasa, atau alam binatang. Untuk itu, mereka harus memahami ajaran Sang Buddha dengan benar. Kemudian, mereka harus melaksanakan cara-cara yang diajarkan oleh Sang Buddha secara tepat. Dalam Kegiatan Belajar kedua ini akan dibahas mengenai Cuti atau kematian dan tumimbal lahirnya makhluk-makhluk sesuai dengan kannanya.
Cuti makhluk Kama Bhumi.
Makhluk-makhluk yang berdiam di Kama Bhumi akan mengalami kematian bila waktunya tiba. Setelah itu, mereka akan bertumimbal lahir lagi di alam-alam lain yang sesuai dengan kannanya. Makhluk-makhluk yang berdiam di Kama Bhumi ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaituApaya Satta dan Kamasugati Puggala.
Apaya Satta atau makhluk yang berdiam di Apaya Bhumi pasti akan mengalami kematian yang waktunya tentu sesuai dengan karmanya. Bi 1 a Apaya Satta meni nggal, maka mereka akan bertumimbal lahir lagi di Apaya Bhumi, atau di Manussa Bhumi, atau di Deva Bhumi. Jadi, mereka mempunyai kemungkinan bertumimbal lahir disebelas Kama Bhumi. Mereka tidak mungkin bertumimbal lahir di Brahma Bhumi. Sebab, untuk dapat bertumimbal lahir di Brahma Bhumi, makhluk tersebut harus memiliki jhana yang merupakan hasil dari melaksanakan Samatha Bhavana, sedangkan makhluk Apaya tidak mungkin dapat melaksanakan Samatha Bhavana.
Bila makhluk Apaya meninggal, maka mereka akan bertumimbal lahir lagi dengan salah satu Patisandhi Citta dari sepuluh jenis Patisandhi Citta. Bila mereka bertumimbal lahir lagi di Apaya Bhumi, maka mereka akan mempunyai Patisandhi Citta yang dinamakan Upekkhasantirana Akusalavipaka Citta. Bila mereka bertumimbal lahir di Manussa Bhumi sebagai manusia yang cacat sejak lahir atau Catummaharajika Bhumi, maka mereka akan mempunyai Patisandhi Citta yang dinamakan Upekkhasantirana Kusalavipaka Citta. Bila mereka bertumimbal lahir di Manussa Bhumi atau Deva Bhumi, maka mereka akan mempunyai Patisandhi Citta yang dinamakan Mahavipaka Citta yangterdiri atas delapan jenis.
Bila Kamasugati Puggala meninggal, maka mereka akan bertumimbal lahir lagi di Apaya Bhumi, atau di Manussa Bhumi, atau di Deva Bhumi, atau Brahma Bhumi, sesuai dengan karmanya. Jadi, Kamasugati Puggala cuti akan dapat bertumimbal lahir di salah satu alam dari tiga puluh satu alam kehidupan.
Bila makhluk Kamasugati meninggal, maka mereka akan bertumimbal lahir lagi dengan salah satu Patisandhi dari dua puluh jenis Patisandhi. Bila mereka bertumimbal lahir lagi di Apaya Bhumi, maka mereka akan mempunyai Patisandhi Citta yang dinamakan Upekkhasantirana Akusalavipaka Citta. Bila mereka bertumimbal lahir di Manussa Bhumi sebagai manusia yang cacat sejak lahir atau Catummaharajika Bhumi, maka mereka akan mempunyai Patisandhi Citta yang dinamakan Upekkhasantirana Kusalavipaka Citta. Bila mereka bertumimbal lahir di Manussa Bhumi atau Deva Bhumi, maka mereka akan mempunyai Patisandhi Citta yang di namakan Mahavipaka Citta yang terdiri atas delapan jenis. Bila mereka bertumimbal lahir di Rupa Bhumi, maka mereka akan mempunyai Patisandhi Citta yangdi namakan Rupavacaravipaka Citta. Bila mereka bertumimbal lahir di Asannasatta Bhumi, maka mereka akan mempunyai Patisandhi Rupa yang dinamakan Jivitanavakakalapa Rupa. Bila mereka bertumimbal lahir di Arupa Bhumi, maka mereka akan mempunyai Patisandhi Citta yang dinamakan Arupavacaravipaka Citta yang terdiri atas empat jenis.
Cuti makhluk Rupa Brahma.
Makhluk Rupa Brahma masih akan mengalami kematian atau cuti bila saatnya tiba. Setelah itu, mereka akan bertumimbal lahir lagi di alam-alam lain yang sesuai dengan karmanya.
Rupa Brahma atau makhluk yang berdiam di Rupa Bhumi ada yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian dan ada pula yang belum mencapai tingkat kesucian. Rupa Brahma yang telah mencapai kesucian dan yang belum mencapai tingkat kesucian pasti akan mengalami kematian yang waktunya tentu sesuai dengan karmanya. Bila Rupa Brahma itu meninggal, maka mereka akan bertumimbal lahir lagi di Manussa Bhumi, atau di Deva Bhumi, atau Brahma Bhumi, sesuai dengan karmanya. Mereka tidak mungkin bertumimbal lahir di Apaya Bhumi. Jadi, Rupa Brahma mempunyai kemungkinan bertumimbal lahir di dua puluh tujuh alam kehidupan (tidak termasuk Apaya Bhumi).
Cuti atau kematian makhluk Rupa Brahma itu dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah kematian makhluk Rupa yang berdiam di sepuluh alam kehidupan Rupa (tidak termasuk lima Suddhavasa Bhumi dan satu Asannasatta Bhumi). Kelompok kedua adalah kematian makhluk Asannasatta Brahma. Kelompok ketiga adalah kematian makhluk Anagami. Untuk jelasnya akan diuraikan satu persatu.
Ada Rupa Brahma yang berdiam di sepuluh alam Rupa, tidak termasuk lima Suddhavasa Bhumi dan satu Asannasatta Bhumi. Rupa Brahma ini memilikijhana yangbersifat tidak kekal yangsewaktu-waktu dapat merosot. Bila makhluk Rupa Brahma itu belum mencapai tingkat-tingkat kesucian, maka jhananya dapat merosot. Bilajhananya merosot, setelah mengalami kematian, makhluk Rupa Brahma ini, termasuk makhluk yang herd" am di Vehapphala Bhumi, akan bertumimbal lahir di Manussa Bhumi atau di Deva Bhumi, baik sebagai makhluk Tihetuka maupun Dvihetuka, sesuai dengan karmanya. Mereka akan bertumimbal lahir dengan patisandhi yang disebut Mahavipaka Citta yang berjumlah delapanjenis. Mereka tidak mungkin langsungjatuh ke alam-alam yangmenyedihkan (Apaya Bhumi), atau bertumimbal lahir sebagai manusia cacat, atau bertumimbal lahir di Catummaharajika Bhumi. Mereka tidak mungkin menjadi makhluk Ahetuka Satta.
Rupa Brahma yangberdiam di sepuluh alam Rupa, bilajhananya tidak merosot, setelah mengalami kematian, akan bertumimbal lahir di Rupa Bhumi lagi, sesuai dengan ti ngkatan jhananya. Mereka akan bertumimbal lahir dengan patisandhi yang disebut Rupavacaravipaka Citta yang berjumlah limajenis. Rupa Brahma yang berdiam di sepuluh alam Rupa, bila berhasil mencapai Arupa jhana, setelah mengalami kematian, akan bertumimbal lahir di Arupa Bhumi, sesuai dengan tingkatan jhananya. Mereka akan bertumimbal lahir dengan patisandhi yang disebut Arupavacaravipaka Citta yang berjumlah empat jenis.
Rupa Brahma yang berdiam di sepuluh alam Rupa, bila telah berhasil mencapai tingkat-tingkat kesucian, setelah mengalami kematian, tidak akan bertumimbal lahir di Kama Bhumi atau di Rupa Bhumi tingkat yang lebih rendah. Sebab, Rupa Brahma yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian tidak mungkin berbuatjahat, sehingga jhananya tidak mungkin merosot. Sedangkan, makhluk Rupa Brahma yang berdiam di Vehapphala Bhumi yang telah mencapai tingkat kesucian Sotapanna, atau Sakadagami, atau Anagami, tetapi belum berhasil mencapai tingkat kesucian arahat, akan bertumimbal lahir berulang-ulang di Vehapphala Bhumi. Makhluk Vehapphala ini tidak akan bertumimbal lahir di alam-alam lain. Mereka hanya akan bertumimbal lahir berulang-ulang di Vehapphala Bhumi sampai mencapai kesucian arahat dan parinibbana dalam alam tersebut.
Bagi makhluk Rupa Brahma yang berdiam di Asannasatta Bhumi, bila cuti atau meninggal, akan bertumimbal lahir hanya dalam tujuh Kamasugati Bhumi, menjadi Tihetuka Puggala atau Dvihetuka Puggala, sesuai dengan karmanya. Jadi, bila makhluk Asannasatta Brahma itu cuti atau meninggal, maka mereka tidak akan bertumimbal lahir di Apaya Bhumi, atau di Rupa Bhumi, atau di Arupa Bhumi. Sebab, selama mereka berdiam di Asannasatta Bhumi, mereka tidak dapat melakukan perbuatan apa pun, termasuk perbuatan jahat yang akan mengakibatkan tumimbal lahir di Apaya Bhumi. Mereka juga tidak dapat melaksanakan Samatha Bhavana, sehingga mereka tidak mungkin mempunyai jhana. Dengan demikian, mereka tidak mungkin bertumimbal lahir di Brahma Bhumi.
Makhluk Rupa Brahma yang berdiam di lima Suddhavasa Bhumi yang telah mencapai tingkat kesucian Anagami, tetapi belum berhasil mencapai tingkat kesucian Arahat, bila cuti atau meninggal, hams patisandhi atau bertumimbal lahir dalam Suddhavasa Bhumi tingkat lebih tinggi menurut susunan. Makhluk-makhluk ini tidak mungkin bertumimbal lahir di Suddhavasa Bhumi dalam tingkat itu atau tingkat yang lebih rendah. Jadi, dalam hal ini tidak terdapat tumimbal lahir ulangan pada tingkat yang telah dicapai. Misalnya, makhluk Anagami yangberdiam di Sudassa Bhumi, bila belum berhasil mencapai kesucian Arahat di alam itu, setelah cuti, akan bertumimbal lahir di Suddhavasa Bhumi tingkat yang lebih tinggi seperti Sudassi Bhumi atau Akanittha Bhumi. Makhluk ini tidak akan bertumimbal lahir di Sudassa Bhumi lagi atau di Suddhavasa Bhumi tingkat yang lebih rendah seperti Aviha Bhumi atau Atappa Bhumi.
Cuti makhluk Arupa Brahma.
Makhluk Arupa Brahma juga akan mengalami kematian atau cuti bila saatnya tiba. Setelah itu, mereka akan bertumimbal lahir lagi di alam-alam lain yang sesuai dengan karmanya. Bila makhluk-makhlukArupa Brahma itu meninggal.maka mereka akan bertumimbal lahir lagi dengan kemungkinan di sebelas alam kehidupan, yaitu tujuh Kamasugati Bhumi sebagai Tihetuka Puggala dan di Anipt Bhumi tingkat itu atau tingkat yang lebih tinggi.
Makhluk Arupa Brahma yang berdiam di Arupa Bhumi memiliki jhana yang bersifat tidak kekal yang sewaktu-waktu dapat merosot. Bila makhluk Arupa Brahma itu belum mencapai tingkat-tingkat kesucian, makajhananya dapat merosot. Bi la jhananya merosot, setelah mengalami kematian, makhluk Arupa Brahma ini akan bertumimbal lahir di Manussa Bhumi atau di Deva Bhumi sebagai Tihetuka Puggala, tidak sebagai Dvihetuka Puggala. Makhluk ini juga tidak mungkin bertumimbal lahir sebagai manusia cacat sejak lahir atau di alam-alam yang menyedihkan (Apaya Bhumi). Makhluk ini akan bertumimbal lahir dengan patisandhi Citta yang disebut Mahavipakananasampayutta Citta yang berjumlah empatjenis. Jenis patisandhi makhluk ini disebut Kamatihetuka Patisandhi.
Makhluk Arupa Brahma yang berdiam di Arupa Bhumi, bila jhananya tidak merosot, setelah mengalami kematian, akan bertumimbal lahir di Arupa Bhumi tingkat itu atau tingkat yanglebih tinggi. Makhluk Arupa Brahma ini tidak akan bertumimbal lahir di Arupa Bhumi tingkat yang lebih rendah, karena arupa jhana itu terbebas dari jhana tingkat rendah. Mereka akan bertumimbal lahir dengan patisandhi yang disebut Arupavacara-vipaka Citta yang berjumlah empat jenis. Misalnya, makhluk Arupa Brahma yang berdiam di Vinnanancayatana Bhumi, bila cuti, akan bertumimbal lahir di Arupa Bhumi tingkat itu (Vinnanancayatana Bhumi) atau tingkat yang lebih tinggi seperti Akincannayatana Bhumi atau Nevasannanasannayatana Bhumi. Makhluk ini tidak akan bertumimbal lahir di Arupa Bhumi tingkat yang lebih rendah (Akasanancayatana Bhumi).
MakhlukArupa Brahma yangtelah mencapai tingkat-tingkat kesucian tidak akan bertumimbal lahir di Kama Bhumi. Sebab, makhluk yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian ini tidak mungkin berbuatjahat, sehingga jhananya tidak mungkin merosot atau lenyap. Makhluk Nevasannanasannayatana Brahma yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian, tetapi belum berhasil mencapai kesucian arahat, tidak akan bertumimbal lahir di alam-alam lain, karena makhluk ini pada suatu saat nanti pasti akan berhasil mencapai tingkat kesucian arahat dan parinibbanadalam Nevasannanasannayatana Bhumi itu.
Parinibbana Arahat.
Dari uraian di atas nyatalah bahwa makhluk-makhluk yang belum mencapai tingkat kesucian arahat itu, bila cuti, masih akan mengalami tumimbal lahir yang berulang-ulang. Dengan adanya tumimbal lahir itu, timbul pula dukkha. Oleh sebab itu, setiap umat Buddha seyogyanya berjuang untuk mencapai tingkat kesucian yang tertinggi, yaitu arahat. Dengan tercapainya arahat, berakhirlah segala dukkha. Dengan tercapainy a arahat, terputuslah rodasamsara atau lingkaran kelahiran dan kematian, berakhirlah tumimbal lahir baginya. Dengan tercapainya arahat, tercapai jugalah Nibbana.






Untuk lebih memantapkan pengertian dan pengetahuan Anda tentang cuti makhluk-makhluk, cobalah kerjakan latihan di bawah ini!
1. Mengapa makhluk-makhluk Apaya tidak dapat bertumimbal lahir di Brahma Bhumi ? Jelaskan!
2. Setelah cuti, anagami yang berdiam di Suddhavasa Bhumi akan bertumimbal lahir di mana?
3. Setelah cuti, bila jhananya tidak merosot, makhluk yang berdiam di Arupa Bhumi akan bertumimbal lahir di mana?
Kunci Jawaban Latihan 2
1. Makhluk-makhluk Apaya tidak mungkin bertumimbal lahir di Brahma Bhumi. Sebab, untuk dapat bertumimbal lahir di Brahma Bhumi, makhluk tersebut hams memiliki jhana yang merupakan hasil dari melaksanakan Samatha Bhavana, sedangkan makhluk Apaya tidak mungkin dapat melaksanakan Samatha Bhavana.
2. Setelah cuti, anagami yang berdiam di Suddhavasa Bhumi akan bertumimbal lahir dalam Suddhavasa Bhumi tingkat lebih tinggi menurut susunan. Makhluk-makhluk ini tidak mungkin bertumimbal lahir di Suddhavasa Bhumi dalam tingkat itu atau tingkat yang lebih rendah. Jadi, dalam hal ini tidak terdapat tumimbal lahir ulangan pada tingkat yang telah dicapai.
3. Setelah cuti, bila jhananya tidak merosot, makhluk yang berdiam di Arupa Bhumi akan bertumimbal lahir di Arupa Bhumi tingkat itu atau tingkat yang lebih tinggi. Makhluk Arupa Brahma ini tidak akan bertumimbal lahir di Arupa Bhumi tingkat yang lebih rendah, karena arupa jhana itu terbebas dari jhana tingkat rendah.


K. Pengertian dan Pembagian Kamma
      Dalam kehidupan di masyarakat terdapat banyak kepincangan atau keganjilan yang seolah-olah menunjukkan bahwa hukum karma itu tidak adil. Misalnya, ada orang yang meninggal pada waktu masih kanak-kanak, tetapi ada pula yang mencapai umur delapan puluh atau seratus tahun. Ada orang yang selalu sakit-sakitan, sedangkan yang lain kuat dan sehat. Ada yang berwajah cantik atau tampan, sedangkan yang lain berwajah buruk ataujelek. Ada orang yangdilahirkan dalam keadaan serba mewah dan yang lain dalam keadaan yang sangat kekurangan. Ada yang dilahirkan dengan bakat dalam suatu ilmu tertentu, sedangkan yang lain dilahirkan sebagai orang yang bodoh. Ada pula orang yang dilahirkan dalam keadaan cacat, sedangkan yang lain dalam keadaan normal. Sesungguhnya, apakah yang menyebabkan timbulnyaberbagai keadaan ini ? Apakah ini merupakan suatu hal yang kebetulan saja ? Apakah ini merupakan perbuatan suatu kekualan luardi luarmanusia itu sendiri ? Sesungguhnya, apakah yang dimaksud dengan karma menurut agama Buddha ?
Pengertian karma.
Dalam agama Buddha terdapat ajaran kamma atau karma. Kamma atau karma berarti perbuatan yangdilakukan olehjasmani, perkataan, dan pikiran, yangbaik maupun yangjahat. Atau keadaan yang menghasilkan perbuatan disebut kamma.
Karma yang diajarkan oleh Sang Buddha itu tidak sama dengan nasib atau takdir. Karma bukan merupakan ajaran tentang adanya nasib yang sudah ditakdirkan. Karma bukan merupakan suatu ajaran yang membuat manusia lekas putus asa. Sesungguhnya, jika seseorang telah mengerti hukum karma dengan baik, maka ia akan menjadi berani hidup. la akan tabah dan sabar menghadapi berbagai kesulitan dan penderitaan hidup. Sebab, ia mengerti bahwa segala keadaan yang ia alami merupakan hasil dari perbuatannya sendiri. Penderitaan hanya datang kepada orang yang memang harus menerimanyadandisadaripulabahwa penderitaan itu be rsi fat tidak kekal.Jadi,iayakin akan kebenaran hukum karma. -
Menurut ajaran karma dari Sang Buddha, segala sesuatu yang telah lampau memang mempengaruhi keadaan sekarang atau pada saat ini, tetapi tidak menentukan seluruhnya. Sebab, karma meliputi apa yang telah lampau dan keadaan pada saat ini, dan yang telah lampau bersama-sama dengan apa yang terjadi pada saat sekarang mempengaruhi pula hal-hal yang akan datang. Apa yang telah lampau merupakan dasar tempat hidup sekarang berlangsung dari satu saat ke saat lain, dan apa yang akan datang masih akan dijalankan. Oleh sebab itu, saat sekarang yang merupakan saat yang nyata dan berada dalam tangan kita sendiri ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa keadaan beraneka ragam yang terdapat dalam dunia ini yang seolah-olah memperlihatkan adanya kepincangan-kepincangan atau keganjilan-keganjilan itu sesungguhnya bukanlah merupakan suatu hal yang kebetulan saja. Perbuatan-perbuatan itu juga bukan disebabkan oleh perbuatan suatu kekuatan luar di luar manusia itu sendiri. Menurut agama Buddha, kepincangan-kepincangan atau keganjilan-keganjilan yangterdapat di dunia ini tentu saja mempunyai sebab. Tidak mungkin sesuatu timbul tanpa sebab karena setiap perbuatan pasti menimbulkan akibat. Oleh sebab itu, hukum karma disebut juga hukum sebab dan akibat. Hukum karma dalam agama Buddha tidak dapat dikatakan sebagai hukum pembalasan karena akibat dari perbuatan itu bukan merupakan pembalasan atau hukuman dari makhluk tertentu, tetapi merupakan akibat dari perbuatannya sendiri.
Ada sebuah perbuatan yang dapat dijadikan contoh tentang hukum sebab dan akibat ini, yaitu melempar batu ke dalam sebuah kolam yang airnya tenang. Pertama-tama akan terdengar suara percikan air dan kemudian akan terlihat lingkaran-lingkaran gelombang. Kemudian, lingkaran-lingkaran ini makin lama makin melebar menjadi begitu lebar dan halus, sehingga tidak dapat dilihat lagi oleh mata manusia. Ini bukan berarti bahwa gerak itu telah selesai. Sebab, bila gerak gelombang yang halus itu mencapai tepi kolam, maka ia akan dipantulkan kembali sampai mencapai pula tempat bekas batu tadi jatuh. Begitulah semua akibat perbuatan kita akan kembali kepada kita, seperti halnya dengan gelombang di kolam, yang kembali ke tempat batu itu jatuh.
Orangyangmenyadari kebenaran hukum karma akan menghadapi hidup ini dengan lebihbijaksana. la akan menyadari bahwa hukum karma itu pasti adil. Namun, orang yang kurang mengerti hukum karma akan beranggapan bahwa hukum karma itu tidak adil. la akan beranggapan bahwa perbuatan baik itu sia-sia karena banyak orang baik yang hidupnya menderita. la juga akan beranggapan bahwa perbuatan jahat itu tidak akan memberikan akibat buruk karena banyak orang jahat yang hidupnya senang. Sesungguhnya, hukum karma itu tetap adil. Setiap perbuatan pasti menimbulkan akibat bagi pelakunya. Perbuatan baik mendatangkan kebahagiaan, sedangkan perbuatan jahat mengakibatkan penderitaan. Oleh sebab itu, setiap makhluk, termasuk manusia, seyogianya berusaha melakukan perbuatan-perbuatanbaik,agarmerekahidupberbahagia.Merekapunseyogianyaberusahamenghindari perbuatan-perbuatan jahat, agar mereka tidak hidup menderita.
Dalam kasus orang baik hidup menderita itu karena orang baik tersebut sedang memetik akibat karma buruk yang pernah dilakukannya pada kehidupan yang lampau. Sementara itu, karma baik yang dilakukannya pada kehidupan sekarang ini belum berbuah, tetapi pasti akan berbuah pada suatu saat nanti.Demiki an pula sebaliknya, dalam kasus orang jahat hidup senang itu karena orangjahat itu sedang memetik dan menikmati buah karma baik yang pernah dilakukannya pada kehidupan lampau. Sementara itu, karma buruk yangdilakukannya pada kehidupan sekarang ini belum berbuah, tetapi pasti akan berbuah pada suatu saat nanti.
Tergambar dari uraian di atas ba.'wa hukum karma itu adil. Penderitaan hanya datang kepada orang yang harus menerimanya. Kebahagiaan atau keberuntungan pun akan datang kepada mereka yang berhak. Dengan demikian, jika penderitaan bertubi-tubi datang menimpa seseorang, maka ia harus menerimanya dengan tabah dan sabar. Harus disadari bahwa hasil dari perbuatan buruk yang telah dilakukan pada masa lampau harus dipetik pada waktunya. Kemudian, penderitaan pun pasti berlalu pada waktunya. Sesuai dengan hukum ketidakkekalan, penderitaan itu sendiri bersifat tidak kekal.
Pembagian karma
Karma dapat dibagi atas beberapajenis, tergantung pada tinjauan dari segi mana. Ada pembagian kammayang ditinjau dari sifatnya, tempat terjadinya, jangka waktu berbuahnya, sifat bekerjanya, dan sifat hasilnya.
Menurut sifatnya, karma dapat dibagi atas duajenis, yaitu :
1. Akusala kamma, yang berarti perbuatan jahat, yaitu cetana atau kehendak yang berada dalam dua betas jenis Akusala Citta.
2. Kusala Kamma, yang berarti perbuatanbaik, yaitu cetana atau kehendak yang berada dalam delapan jenis Mahakusal a Citta.
Menurut tempat terjadinya, karma dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu :
1. Kaya kamma, yang berarti perbuatan yang dilakukan melalui badan jasmani.
2. Vaci kamma, yang berarti perbuatan yang dilakukan melalui ucapan.
3. Mano kamma, yang berarti perbuatan yang dilakukan melalui pikiran.
Jika kedua pembagian kamma di atas digabungkan, maka terdapat enam jenis kamma, yaitu :
1. Akusala kaya kamma, yang berarti perbuatan jahat yang dilakukan melalui badan jasmani.
2. Akusala vaci kamma, yang berarti perbuatan jahat yang dilakukan melalui ucapan.
3. Akusala mano kamma, yang berarti perbuatan jahat yang dilakukan melalui pikiran.
4. Kusala kaya kamma, yang berarti perbuatan baik yang dilakukan melalui badan jamani.
5. Kusala vaci kamma, yang berarti perbuatan baik yang dilakukan melalui ucapan.
6. Kusala mano kamma, yang berarti perbuatan baik yang dilakukan melalui pikiran.
Ada tiga macam perbuatan yang tergolong Akusala kaya kamma, yaitu :
1. Panatipata, yang berarti membunuh.
2. Adinnadana, yang berarti mencuri.
3. Kamesumicchacara, yang berarti berzinah.
Ada empat jenis perbuatan yang tergolong Akusala vaci kamma, yaitu :
1. Musavada, yang berarti berdusta.
2. Pisunavaca, yang berarti bicara memfitnah.
3. Pharusavaca, yang berani bicara kasar.
4. Samphappalapa, yang berarti bicara hal-hal yang tidak perlu atau omong kosong.
Ada tiga jenis perbuatan yang tergolong Akusala mano kamma, yaitu :
1. Abhijjha, yang berarti nafsu serakah.
2. Byapada, yang berarti dendam atau kemauanjahat.
3. Miccha-ditthi, yang berarti pandangan salah.
Ada tiga macam perbuatan yang tergolong Kusala kaya kamma, yaitu :
1. Panatipata veramani, yang berarti menghindari membunuh.
2. Adinnadanaveramani, yang berarti menghindari mencuri.
3. Kamesumicchaeara veramani, yang berarti menghindari berzinah.
Ada empat jenis perbuatan yang tergolong Kusala vaci kamma, yaitu :
1. Musavada veramani, yang berarti menghindari berdusta.
2. Pisunaya vacaya veramani, yang berarti menghindari memfitnah.
3. Pharusaya vacaya veramani, yang berarti menghindari bicara kasar.
4. Samphappalapa veramani, yang berarti menghindari bicara hal-hal yang tidak perlu atau omong kosong.
Ada tiga jenis perbuatan yang tergolong Kusala mano kamma, yaitu :
1. Anabhijjha, yang berarti tidak mempunyai nafsu serakah.
2. Abyapada, yang berarti tidak mempunyai dendam atau kemauanjahat.
3. Samma-ditthi, yang berarti pandangan benar.
Menurutjangkawaktu berbuahnya atau Pakakala Catukka, kamma dapat dibagi atas empat jenis, yaitu
1. Dittha Dhammavedaniya Kamma, yang berarti kamma yang masak atau memberikan hasil dalam kehidupan sekarang ini.
2. Uppajjavedaniya Kamma, yang berarti kamma yang masak atau memberikan hasil dalam kehidupan yang akan datang.
3. Aparaparavedaniya Kamma, yang berarti kamma yang masak atau memberikan hasil dalam kehidupan berikutnya berturut-turut.
4. Ahosi Kamma, yang berarti kamma yang tidak menimbulkan akibat.
Menurut sifat bekerjanya atau Kicca Catukka, kamma dapat dibagi atas empat jenis, yaitu :
1. Janaka Kamma, yang berarti hukum yang menyebabkan timbulnya syarat untuk terlahirnya kembali sesuatu makhluk.
2. Upatthambhaka Kamma, yang berarti hukum kekuatan yang mendorongterpeliharanyasatu akibat daripada sebab (kamma) yang telah timbul.
3. Upapilaka Kamma, yang berarti hukum kekuatan yang menekan, mengolah, dan menyelaraskan satu akibat daripada satu sebab.
4. Upaghataka Kamma, yang berarti hukum yang meniadakan kekuatan dan akibat dari satu sebab (kamma) yang telah terjadi dan sebaliknya menyuburkan berkembangnya karma baru.
Menurut sifat hasilnya atau Pakadanapariyaya Catukka, kamma dapat dibagi atas empatjenis, yaitu :
1. Garuka Kamma, yang berarti kamma yang berat, yang akibatnya dapat timbul dalam waktu satu kehidupan atau kehidupan berikutnya.
2. Asanna Kamma, yang berarti kamma atau perbuatan yang dilakukanolehseseorang,baikdengan lahir maupun batin, sebelum saat ajalnya.
3. Acinna Kamma atau Bahula Kamma, yang berarti kamma kebiasaan, yaitu kamma atau perbuatan yang merupakan kebiasaan bagi seseorang karena seringnya dilakukan sehingga seolah-olah merupakan watak baru.
4. Katatta Kamma, yang berarti kamma yang tidak begitu berat dirasakan akibatnya dari perbuatan-perbuatan yang lampau.

Untuk lebih memantapkan pengetahuan Anda tentang Pengertian dan pembagian kamma, cobalah kerjakan latihan di bawah ini!
1. Apa yang dimaksud dengan kamma atau karma ?
2. Apakah karma itu sama dengan nasib atau takdir ? Jelaskan !
3. Mengapa ada orang yang meninggal pada waktu masih kanak-kanak, sakit-sakitan, berwajah buruk, miskin,sedangkanyang lain meninggal pada usiatua,sehat, berwajah cantik atau tampan, dan kaya ? Jelaskan !
4. Sebutkan tigajenis perbuatan yang tergolong Kusala mano kamma beserta artinya !
Kunci Jawaban Latihan
1. Kamma atau karma berarti perbuatan yang dilakukan oleh jasmani, perkataan, dan pikiran, yang baik maupun yangjahat. Atau keadaan yang menghasilkan perbuatan disebut kamma.
2. Karma yang diajarkan oleh Sang Buddha itu tidak sama dengan nasib atau takdir. Sebab, karma atau segala sesuatu yang terjadi pada diri manusia itu masih dapat dirubah, sedangkan takdir merupakan ajaran tentang adanya nasib yang sudah ditentukan.
3. Di dunia ini terdapat berbagai keadaan yang seolah-olah memperlihatkan ketidakadilan, seperti meninggal padawaktu masih kanak-kanak, sakit-sakitan, berwajah buruk, miskin, sedangkan yang lain meninggal padausiatua, sehat, berwajah cantik atau tampan, dan kaya. Keadaan yangberaneka ragamitu sesungguhnyabukanlah merupakan suatuhal yang kebetulan saja.Perbuatan-perbuatan itu juga bukan disebabkan oleh perbuatan suatu "kekuatan luar" di luar manusia itu sendiri. Menurut agama Buddha, kepincangan-kepincangan atau keganjilan-keganjilan yang terdapat di dunia ini tentu saja mempunyai sebab. Tidak mungkin sesuatu timbul tanpa sebab karena setiap perbuatan pasti menimbulkan akibat. Keadaan yang dialami oleh seseorang itu pasti merupakan hasil dari perbuatannyasendiri. Penderitaan hanya datang kepada orang yang hams menerimanya. Kebahagiaan atau keberuntunganpun akan datang kepada mereka yangberhak. Hukum karma yang disebut juga hukum sebab akibat itu pasti adil.
4. Tigajenis perbuatan yang tergolong Kusala mano kamma adalah :
a. Anabhijjha, yang berarti tidak mempunyai nafsu serakah.
b. Abyapada, yang berarti tidak mempunyai dendam atau kemauanjahat.
c. Samma-ditthi, yang berarti pandangan benar.

Kamma Menurut Jangka Waktunya
Dalam kehidupan di masyarakat ada orang baik yang hidupnya susah. Sebaliknya, adajuga orang jahat yang hidupnya senang. Akibatnya, banyak orang yang berpandangan sal ah. Mereka beranggapan bahwa perbuatan baik itu sia-sia dan perbuatan jahat itu tidak akan memberikan akibat buruk bagi si pembuatnya. Sesungguhnya, hukum karma itu tetap adil. Dalam hal ini, orangbaik itu sedang memetik akibat karma buruk yang pernah dilakukannya pada kehidupan lampau sehingga kini ia hidup menderita. Sementara itu, karma baik yang dilakukannya pada kehidupan sekarang ini belum berbuah. Demikian pula sebaliknya, orang jahat yang dimaksud di atas sebenarnya sedang memetik dan menikmati buah karma baik yang pemah dilakukannya pada kehidupan lampau sehingga kini ia hidup senang. Sementara itu, karma buruk yang dilakukannya pada kehidupan sekarang ini belum berbuah.
Tergambardari uraiandi atas bahwa hukum karma itu adil. Hanyajangkawaktu berbuahnya karma itu ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada pula yang lama sekali. Hal ini dapat diumpamakan seperti jangka waktu berbuahnya pohon-pohon. Jika biji cabe yang ditanam, maka jangka waktu berbuahnya amat cepat. Jika biji jeruk yang ditanam, maka jangka waktu berbuahnya sedang. Namun, jika biji mangga yang ditanam, maka jangka waktu berbuahnya amat lama sekali. Kenyataan inilah yang kadang-kadang membuat orang menjadi berpandangan salah.
Setiap umat Buddha seyogyanya berusaha melenyapkan pandangan salah yang ada dalam dirinya. Mereka hams menyadari bahwa hukum karma itu adil. Setiap makhluk pasti akan menerima kebahagiaan atau penderitaan yang sesuai dengan karma yang telah diperbuatnya. Akibat karma tersebut memang ada yang diterima dalam kehidupan sekarang ini, ada pula yang diterima dalam kehidupan setelah kematian, atau adajuga yang diterima pada beberapa kehidupan berikutnya lagi. Akibat karma tersebut diatur oleh hukum kamma. Untuk jelasnya, umat Buddha harus memahami hukum karma dan jangka waktu berbuahnya karma secara tepat.
Kamma menurut jangka waktunya.
Karma itu terdiri atas beberapa jenis. Akibat karma itu juga berjenis-jenis. Jangka waktu berbuahnya karma itu pun berbeda-beda. Ada karma yang jangka waktu berbuahnya amat cepat, sedang, atau lama sekali, tergantung pada kondisi karma yang diperbuatnya. Jika ditinjau dari jangka waktu berbuahnya atau Pakakala Catukka, maka kamma itu dapat dibagi atas empat jenis, yaitu :
1. Dittha Dhammavedaniya Kamma, yang berarti kamma yang masak atau memberikan hasil dalam kehidupan sekarang ini.
2. Uppajjavedaniya Kamma, yang berarti kamma yang masak atau memberikan hasil dalam kehidupan yang akan datang.
3. Aparaparavedaniya Kamma, yang berarti kamma yang  memberikan hasil dalam kehidupan berikutnya berturut-turut.
4. Ahosi Kamma, yang berarti kamma yang tidak menimbulkan hasil atau akibat.
Dittha Dhammavedaniya Kamma.
Dittha Dhammavedaniya Kamma merupakan karma yang memberikan hasil atau akibat dalam kehidupan sekarang ini. Waktu dalam kehidupan sekarang ini dapat dibagi dalam dua bagian. Dengan demikian, Dittha Dhammavedaniya Kamma juga dapat dibagi atas duajenis, yaitu :
1. Paripakka Dittha Dhammavedaniya Kamma, yang berarti kamma yang memberikan hasil atau akibat dalam kehidupan sekarang ini, termasuk yang sudah masak betul.
2. Aparipakka Dittha Dhammavedaniya Kamma, yang berarti kamma yang memberikan hasil atau akibat dalam kehidupan sekarang ini, belum termasuk yang masak betul.
Dari uraian di atasjelaslah bahwa ada duajenis karma yang berbuah dalam kehidupan sekarang ini. Jenis yang pertama yang disebut Paripakka Dittha Dhammavedaniya Kamma ini memberikan hasil atau akibat dalam waktu tujuh hari dengan pasti karena karma ini sudah masak betul. Jadi, karma ini akan memberikan hasil atau akibat secara pasti dalam waktu tujuh hari. Hasil tersebut bisa berupa kaya raya, kenaikan status sosial, dan lain-lain. Sedangkan, perbuatan yang termasuk Paripakka Dittha Dhammavedaniya Kamma ini antara lain adalah berdana kepada arahat (orang suci tingkat keempat).
Dalam Sutta diceritakan beberapa kisah nyata tentang orang-orang yang menerima hasil karma baiknya dalam waktu tujuh hari, antara lain Maha Duggata, Punna, Kakavaliya, dan Mallika. Untuk jelasnya, ikutilah uraian berikut ini.
Jauh sebelum zaman Sang Buddha Gotama, tepatnya pada zaman Buddha Kassapa, hiduplah seorang laki-laki yang bernama Maha Duggata. Laki-laki ini sangat miskin, tetapi ia tidak kikir. Pada suatu ketika, ia bertemu dengan Sang Buddha Kassapa. Kemudian, ia langsung memberikan dana makanan kepada Buddha Kassapa tersebut. Setelah selesai berdana, ia menjadi kaya raya dalam waktu tujuh hari.
Pada zaman Buddha Gotama, hidup seorang laki-laki yang bernama Punna. Laki-laki ini sangat miskin, tetapi ia suka berdana. Pada suatu ketika, ia memberikan dana makanan kepada Bhikkhu Sariputta yang merupakan seorang arahat. Setelah berdana, ia menjadi kaya raya dalam waktu tujuh hari.
Pada zaman Buddha Gotama, ada juga seorang laki-laki yang bernama Kakavaliya. Laki-laki ini sangat miskin, tetapi ia senang berdana. Pada suatu ketika, ia bertemu dengan Bhikkhu Maha Kassapa yang merupakan seorang arahat. Setelah berdana, ia menjadi kaya raya dalam waktu tujuh hari.
Pada zaman Buddha Gotama, hidupjugaseoranggadis yangbemamaMallika. Mallika merupakan anak tunggal dari seorang tukang bunga. Karena ibunya telah meninggai dunia, Mallikalah yang mengurus segala pekerjaan rumah tangga. Setiap siang sekitar pukul sepuluh lewat tiga puluh, ia selalu pergi ke kebun bunga ayahnya dengan membawa lima bungkus nasi beserta Saukpauknya. Sesampainya di sana, ia makan siang bersama dengan ayah dan pembantu-pembantunya. Setelah itu, ia membantu ayahnya di kebun bunga, misalnya menggunting bunga-bunga yang layu, menyiram bunga-bunga, merangkai bunga-bunga untuk dijual, dan lain-lain.
Pada suatu siang, ketika ia sedang dalam perjalanan menuju kebun bunga ayahnya, ia bertemu dengan serombongan bhikkhu yangsedang melakukan pindapata (membawa mangkok untuk memberikan kesempatan kepada orang untuk berdana). la tidak tahu bahwa pemimpin bhikkhu itu adalah Sang Buddha, tetapi ia yakin bahwa Beliau maha sempurna. Oleh sebab itu, ia langsung mengambil satu bungkus nasi dari bakulnya dan memasukkannya ke dalam mangkok Sang Buddha. Hatinya amat gembira. labernyanyi-nyanyi kecil sambil melanjutkanperjalanannya. Sang Buddha tersenyum karena Beliau melihat keadaan menyenangkan yang akan dialami oleh Mallika sebagai buah karma baiknya. Bhikkhu Ananda yang berdiri di belakang Sang Buddha ingin mengetahui keadaan yang akan dialami oleh Mallika. Oleh sebab itu, Bhikkhu Ananda bertanya kepada Sang Buddha, "Bhante, apa yang Bhante lihat tentang gadis itu." Kemudian, Sang Buddha menjawab, "Oh Ananda, karma baik Mallika memberikan dana makanan kepada-Ku akan segera berbuah. Hari ini juga Mallika akan menikah dengan seorang raja." Sang Buddha yang telah mencapai tingkat kesucian arahat itu tidak mungkin berdusta. Apa yang Beliau katakan itu pasti benar.
Ternyatapada siang itu, lewatlah seorang raja yang bernamaPasenadiKosaladidepan kebun bunga ayah Mallika. Raja Pasenadi Kosala baru saja mengalami kekalahan dalam perang melawan Raja Ajatasattu yang merupakan keponakannya sendiri. Hati Raja Pasenadi amat dongkol, kesal, jengkel, dan kecewa. Namun, tiba-tiba ia terhibur setelah mendengarsuara nyanyian Mallika yang amat merdu. lajatuhcintaseketika itu juga. Kemudian, ia melamar Mallika pada ayahnya. Akhirnya, pada malam hari itu juga diselenggarakanlah pesta pernikahan antara Raja Pasenadi Kosala dengan Puteri Mallika secarabesar-besaran. Selanjutnya, Puteri Mallika hidup berbahagiadan dapat menjadi permaisuri yang bijaksana. Dengan demikian, Mallika mengalami kenaikan status sosial dari rakyat biasa menjadi permaisuri. Keberuntungan yang dialami oleh Mallika ini merupakan hasil dari perbuatan baiknya, yaitu berdana kepada arahat.
Selanjutnya, Dittha Dhammavedaniya Karma jenis yang kedua yang disebut Aparipakka Dittha Dhammavedaniya Kamma ini memberikan hasil atau akibat setelah lewat waktu tujuh hari karena karma ini belum masak betul. Jadi, karma ini akan memberikan hasil atau akibat setelah lewat waktu tujuh hari. Misalnya, karma yang diperbuat ketika ia masih muda dan hasilnya diterima setelah ia berusia lanjut, tetapi masih dalam kehidupan sekarang ini juga. Jadi, jika ada seseorang berbuat baik ataujahat ketika masih muda dan akibatnya ia hidup berbahagia atau menderita pada masa tuanya, maka karma yang dilakukan pada masa mudanya itu tergolong Aparipakka Dittha Dhammavedaniya Kamma.

Uppajjavedaniya Kamma.
Uppajjavedaniya Kamma merupakan kamma yang masak atau memberikan hasil dalam kehidupan yang akan datang. Jadi, karma ini akan memberikan hasil atau akibat pada satu kehidupan sesudah kematian. Misalnya, karma yang diperbuat pada kehidupan sekarang akan diterima hasilnya pada k&hidupan setelah kemaUan. Jadi, ]ika seseorang berbuat baik pada kehidupan sekarang, maka ia akan bertumimbal lahit di alam yang menyenangkan setelah kematiannya dari alam manusia ini dan hidup bahagia di sana. Sebaliknya, jika seseorang berbuat jahat pada kehidupan sekarang, maka ia akan bertumimbal lahir di alam yang menyedihkan setelah kematiannya dari alam manusia ini dan hidup menderita di sana.
Aparaparavedaniya Kamma.
Aparaparavedaniya Kamma merupakan kamma yang masak atau   memberikan hasil dalam kehidupan berikutnya berturut-turut, yaitu kehidupan ketiga, atau keempat, atau kel i ma, dan seterusnya. Jadi, karma ini akan memberikan hasil atau akibat pada beberapa kehidupan sesudah kematian. Misalnya, karma yang diperbuat pada kehidupan sekarang akan diterima hasilnya pada beberapa kehidupan setelah kematian. Jadi, jika seseorang berbuat baik pada kehidupan sekarang, maka ia akan hidup senang dan bahagia pada beberapa kehidupan sesudah kematiannya dari alam manusia ini. Sebaliknya, jika seseorang berbuat jahat pada kehidupan sekarang, maka ia akan hidup menderita pada beberapa kehidupan setelah kematiannya dari alam manusia ini.
Ahosi Kamma.
Ahosi Kamma merupakan kamma yang tidak menimbulkan hasil atau akibat. Karma ini tidak menimbulkan hasil atau akibat karena ada karma lain yang memotongnya. Jika tidak ada karma lain yang memotong karma ini, maka karma ini tidak akan menjadi Ahosi Kamma. Karma lain yang memotong itu juga tentu merupakan karma yang tinggi. Dalam hal ini bisa terjadi dua kemungkinan, yaitu :
1. Karmabaik memotong karma jahat, sehingga karma jahat itu tidak mempunyaikesempatanuntuk menimbulkan hasil atau akibat.
2. Karma jahat memotong karma baik, sehingga karma baik itu tidak mempunyai kesempatan untuk menimbulkan hasil atau akibat.
Contoh Ahosi Karma adalahperbuatan yangdilakukanolehAngulimalasebelum menjadi anggota Sangha (bhikkhu). Ketika itu, Angulimala telah membunuh sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang karena ia ingin memenuhi permintaan gurunya untuk memherikan sebuah kalung yang terbuat dari seribujaritelunjuktangankanan manusia. Namun, setelah bertemu dengan Sang Buddha, iasadar dan kemudian menjadi bhikkhu. Ketika menjadi bhikkhu, ia sangat tekun melaksanakan meditasi Vipassana Bhavana, dan akhirnya ia berhasil mencapai tingkat kesucian arahat. Dalam hal ini,
perbuatan baik Angulimala melaksanakan Vipassana Bhavana hingga berhasil mencapai kesucian arahat itu merupakan Kusala Upaghataka Kamma yang memotong karma buruknya membunuh sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang itu, sehingga ia tidak lahir di alam neraka, tetapi mencapai Nibbana.
Untuk lebih memantapkan pengertian dan pengetahuan Anda tentang Kamma menurut jangka waktunya, cobalah kerjakan latihan di bawah ini !
1. Apa yang dimaksud dengan Dittha Dhammavedaniya Kamma?
2. Berikan sebuah contoh perbuatan yang tergolong Paripakka Dittha Dhammavedaniya Kamma !
3. Apa yang dimaksud dengan Ahosi Kamma ? Jelaskan ! Kunci Jawaban Latihan 2
1. Yang dimaksud dengan Dittha Dhammavedaniya Kamma adalah karma yang memberikan hasil atau akibat dalam kehidupan sekarang ini.
2. Contoh perbuatan yang tergolong Paripakka Dittha Dhammavedaniya Kamma adalah perbuatan baikyangdilakukanolehPunna,yaitu memberikan danamakanankepadaBhikkhu Sariputtayang merupakan seorang arahat. Setelah berdana, Punna menjadi kaya raya dalam waktu tujuh hari.
3. Yang dimaksud dengan Ahosi Kamma adalah kamma yang tidak menimbulkan hasil atau akibat. Karma ini tidak menimbulkan hasil atau akibat karena ada karma lain yang memotongnya.

Kicca Catukka Kamma 

Semua makhluk pasti melakukan kamma. Kamma meliputi apa yang telah dilakukan pada kehidupan yang lampau dan kehidupan sekarang ini. Apa yang telah lampau merupakan dasar tempat hidup sekarang berlangsung dari satu saat ke saat lain. Jadi, ada kaitan antara karma pada kehidupan yang lampau dengan keadaan pada kehidupan sekarang ini. Hukum karma itu pasti adil. Hasil dari perbuatan baik dan buruk yang telah dilakukan pada masa lampau harus dipetik pada waktunya. Kemudian, kebahagiaan dan penderitaan pun pasti berlalu pada waktunya. Sesuai dengan hukum ketidakkekalan, kebahagiaan dan penderitaan itu sendiri bersifat tidak kekal.
Dari urai an diatasjelaslahbahwa perbuatan apa pun yangdilakukanolehsetiap makhluk tentuakan memberikan akibat. Akibat perbuatan makhluk tersebut bisa dipercepat waktu penerimaannya, bisa ditekan sehingga kekuatannya menurun, atau bisa juga dipotong sehingga tidak memberikan hasil. Akibat karma ini diatur oleh hukum kamma. Untukjelasnya, umat Buddha harus memahami hukum karma dan sifat bekerjanya karma secara tepat.
Kamma menurut sifat bekerjanya
Karma dapat dibagi atasbeberapajenis.Di sini akandibahaspembagian kamma yang ditinjau dari sifat bekerjanya atau Kicca catukka. Menurut sifat bekerjanya atau Kicca Catukka, kamma dapat dibagi atas empat jenis, yaitu :
1. Janaka Kamma, yang berarti hukum yang menyebabkan timbulnya  syarat untuk terlahirnya kembali sesuatu makhluk.
2. Upatthambhaka Kamma, yang berarti hukum kekuatan yang mendorong terpeliharanya satu akibat daripada sebab (kamma) yang telah timbul.
3. Upapilaka Kamma, yang berarti hukum kekuatan yang menekan, mengolah, dan menyelaraskan satu akibat daripada satu sebab.
4. Upaghataka Kamma, yang berarti hukum yang meniadakan kekuatan dan akibat dari satu sebab (kamma) yang telah terjadi dan sebaliknya menyuburkan berkembangnya karma baru.

Janaka Kamma
Janaka Kamma berarti hukum yang menyebabkan timbulnya syarat untuk terlahirnya kembali sesuatu makhluk. Janaka kamma dapat dibagi atas duajenis, yaitu Akusala Janaka Kamma dan Kusala Janaka Kamma. Akusala Janaka Kamma bertugas melahirkan makhluk-makhluk di alam-alam yang menyedihkan,sedangkan Kusala Janaka Kamma bertugasmelahirkanmakhluk-makhlukdialam-al am yang menyenangkan.
Dari uraian di atasjelaslah bahwa Janaka kamma bertugas melahirkan makhluk-makhluk di dalam tiga puluh satu alam kehidupan. Janaka Kamma menyebabkan timbulnya makhluk yang terdiri atas Nama Khandha atau kelompok batin dan Kammajarupa (rupa) atau kelompokjasmani/materi. Jika ditinjau dari Abhidhamma, maka Janaka Kamma adalah Akusala Kamma dan Lokiyakusala Kamma. Akusala Kamma terdiri atas dua belas jenis, yaitu dua betas jenis Akusala Citta. Akusala Kamma bertugas melahirkan makhluk-makhluk di Apaya Bhumi atau alam-alam yang menyedihkan. Lokiyakusala Kamma terdiri atas tujuh belas jenis, yaitu delapan jenis Kamavacarakusala Citta, lima jenis Rupavacarakusala Citta, dan empat jenis Arupavacarakusala Citta. Lokiyakusala Kamma bertugas melahirkan makhluk-makhluk di Kamasugati Bhumi, Rupa Bhumi, dan Arupa Bhumi.
Upatthambhaka Kamma
Upatthambhaka Kamma berarti hukum kekuatan yang mendorong terpeliharanya satu akibat daripada sebab (kamma) yang telah timbul. Upatthambhaka Kamma disebutjuga kamma pembantu atau kamma pendorong. Karma ini bertugas membantu mempercepatberbuahnya sesuatu karma, yaitu Janaka Kamma.
\ Upatthambhaka Kamma ini bertugas membantu Janaka Kamma dalam tiga hal, yaitu :
1. Membantu Janaka Kamma yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat.
2. Membantu Janaka Kamma yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempuma.
3. Membantu rupa (jasmani) dan nama (batin) yang dilahirkanoleh Janaka Kamma menjadi majudan bertahan lama.
Untuk memahami Upatthambhaka kamma lebih mendalam lagi, ikutilah uraian berikut ini.
Upatthambhaka kamma atau kamma pembantu itu terdiri atas tiga jenis. Salah satu di antaranya adalah upathambhaka Kamma yang membantu Janaka Kamma yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat. Contoh Upatthambhaka Kamma jenis ini adalah kusala atau kebaikan dan akusala atau kejahatan yang timbul kehidupan yang lampau dan kehidupan sekarang ini. Apa yang telah lampau merupakan dasartempat hidup sekarang berlangsung dari satu saat ke saat lain. Jadi, ada kaitan antara karma pada kehidupan  yang lampau dengan keadaan pada kehidupan sekarang ini. Hukum karma itu pasti adil. Hasil dari perbuatan baik dan buruk yang telah dilakukan pada masa lampau harus dipetik pada waktunya. Kemudian, kebahagiaan dan penderitaan pun pasti berlalu pada waktunya. Sesuai dengan hukum ketidakkekalan, kebahagiaan dan penderitaan itu sendiri bersifat tidak kekal.
Dari uraian di atasjelaslah bahwa perbuatan apapun yang dilakukan oleh setiap makhluk tentu akan memberikan akibat. Akibat perbuatan makhluk tersebut bisa dipercepat waktu penerimaannya, bisa ditekan sehingga kekuatannya menurun, atau bisajuga dipotong sehingga tidak memberikan hasil. Akibat karma ini diatur oleh hukum kamma. Untukjelasnya, umat Buddha harus memahami hukum karma dan sifat bekerjnya karma secara tepat.
Kamma menurut sifat bekerjanya
Karma dapat dibagi atas beberapajenis. Di sini akan dibahas pembagian kamma yangditinjau dari sifat bekerjanya atau Kicca catukka. Menurut sifat bekerj anya atau Kicca Catukka, kamma dapat dibagi atas empat jenis, yaitu:
1. Jannaka Kamma, yang berarti hukum yang menyebabkan timbulnya syarat untuk terlahirnya kembali sesuatu makhluk.
2. Upatthambhaka Kamma, yang berarti hukum kekuatan yangmendorongterpeliharanyasatu akibat daripada sebab (kamma) yang telah timbul.
3. Upapilaka Kamma, yang berarti hukum kekuatan yang menekan, mengolah, dan menyelaraskan satu akibat daripada satu sebab.
4. Upaghatka Kamma, yang berarti hukum yang meniadakan kekuatan dan akibat dari satu sebab (kamma) yang telah terjadi dan sebaliknya menyuburkan berkembangnya karma baru.
Sedangkan, Janaka Kamma yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat itu terbagi atas dua jenis, yaitu:
1. Janaka Kamma dalam kehidupan yang lampau.
2. Janaka Kamma dalam kehidupan sekarang ini.
Jika diperinci lagi,makabantuandari Upatthambhaka Kamma kepada Janaka Kamma yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat itu dapat dibagi menjadi delapan jenis.
Jenis yangpertama adalah kusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian membantu kepada Kusala Janaka Kamma dalam kehidupan lampau yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat. Contoh kasus ini adalah sehagai berikut: A seorang umat Buddha yang banyak berbuat kebaikan dalam kehidupan sekarang ini. Namun, ketikaA sakit keras dan akan menghadapi kematian, terlihat nimitta atau bayangan karma yangtidak baik sebagai akibat karma buruk kehidupan lampaunya. Hal ini membuat batin A gelisah. Kemudian, famili A mengundang bhikkhu untuk membacakan paritta-paritta suci dan memberikan khotbah Dhamma kepada si A. Setelah si A mendengar pembacaan paritta dan khotbah Dhamma dari bhikkhu tersebut,batinAmenjadi tenang. A berhasil melenyapkan nimitta atau bayangan kamma yang tidak baik. Kemudian, timbul nimitta yang baik pada diri A. Ketika A menghembuskan nafasnya yang terakhir, iabertumimbal lahirdi Kamasugati Bhumi. Hal ini disebabkanolehkusala yang timbul ketika menghadapi kematian ini membantu Kusala Janaka Kamma dalam kehidupan lampau yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat. Yang menjadi kusala yang timbul ketika menghadapi kematian di sini adalah pikiran baik dan batin yang tenang yang timbul dalam diri A ketika melihat nimitta yang baik. Sedangkan, yang merupakan Kusala Janaka Kamma di sini adalah karma baik untuk lahir di Kamasugati Bhumi yang sesungguhnya belum tiba waktunya, tetapi dibantu oleh Upatthambhaka Kamma sehingga menjadi lebih cepat berbuahnya.
Jenis yang kedua adalah kusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian membantu kepada Kusala Janaka Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut: B seorangumat Buddha yang suka berdana, banyak berbuat kebaikan, tetapi tidak pemah belajar Dhamma dan tidak pernah melaksanakan meditasi Buddhis. Pada suatu hari, Bjatuh sakit keras. Ketika akan menghadapi kematian, timbul perasaan takut mati dalam diri si B. Waktu itujuga terlihat nimitta atau bayangan karma yang tidak baik. Hal ini mengakibatkan batin B menjadi gelisah. Sewaktu familinya melihat keadaan B sangat gawat, mereka segera mengundang bhikkhu untuk membacakan paritta. Setelah B mendengar pembacaan paritta dari bhikkhu, batin B menjadi tenang. Nimitta atau bayangan karma yang buruk kemudian lenyap, dan timbul nimitta atau bayangan karma yang baik. Ketika B meninggal dunia, ia bertumimbal lahirdi Kamasugati Bhumi. Hal ini disebabkan oleh kusala yang timbul ketika menghadapi kematian ini membantu Kusala Janaka Kamma dalam kehidupan sekarang yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasi! atau akibat menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat. Yang menjadi kusala yang timbul ketika menghadapi kematian di sini adalah pikiran yang baik dan batin yang tenang yang timbul dalam diri A ketika melihat nimitta yang baik. Sedangkan, yang merupakan Kusala Janaka Kamma di sini adalah karma baik untuk lahir di Kamasugati Bhumi yang sesungguhnya belum tiba waktunya, tetapi dibantu oleh Upatthambhaka Kamma sehingga menjadi lebih cepat berbuahnya.
Jenis yang ketiga adalah akusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian membantu kepada Akusala Janaka Kamma dalam kehidupan lampau yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:         C seorang dermawan, banyak memberikan danauntuk meringankan penderitaan sesama manusia, dan patuh pada sila-sila. Namun, C belum pernah melatih pikirannya dengan jalan melaksanakan meditasi dan belum pernah belajar Dhamma. Ketika Cjatuhsakit keras dan akan menghadapi kematian, timbul perasaan takut mati dan kawatir dengan harta benda dan anak cucu yang akan ditinggalkan. Hal ini mengakibatkan batin C menjadi gelisah dan timbul akusala citta atau pikiran jahat pada saat itu. Terlihatlah oleh C nimitta atau bayangan karma yang tidak baik, wajahnya memperlihatkan rasa kekawatiran dan ketakutan. Familinya tidak mempunyai pengertian Dhamma yang baik, sehingga hal ini tidak dapat merobah keadaan C. Ketika C menghembuskan napasnya yang terakhir, C terlahir pada salah satu Alam Apaya. Kusala atau kebaikan yang C lakukan dalam kehidupan sekarang ini tidak mampu membantu memberikan hasil untuktumimbal lahir di Alam Sugati atau alam yang menyenangkan. Hal ini disebabkan oleh akusalayang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu kepada akusala yang C pernah berbuat pada kehidupan yang lampau, memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat.
Jenis yangkeempat adalah akusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian membantu kepada Akusala JanakaKamma dalam kehidupan sekarang yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut: D sewaktu masih muda, banyak berbuat kejahatan, yaitu membunuh makhluk, mencuri, berzina, dan lain-lain. Sewaktu D mencapai usia setengah abad, terbayang kejahatan-kejahatan yang pernah dilakukanny a sewaktu masih muda. Hal ini mengakibatkan batin D menjadi tidak tenteram. Kemudian, D menerima penabhisan kebhikkhuan dan menjadi anggota Sangha. Pada suatu hari, Bhikkhu D jatuh sakit keras dan ia terpikir lagi dengan kejahatan yang pernah dilakukannya sewaktu masih muda. Akibatnya, batin D menjadi tidak tenang; ia takut terlahir di Alam Neraka. Ketika Bhikkhu D menghembuskan napasnya yang terakhir, ia bertumimbal lahir di alam neraka. Hal ini disebabkan oleh Akusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu kepada Akusala yang pernah dilakukan dalam kehidupan sekarang ini, memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat.
Jenis yang kelima adalah kusala yang timbul secara normal dalam kehidupan sekarang ini, membantu kepada Kusala Janaka Kamma dalam kehidupan lampau yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
E mempunyai pandangan salah, tidak percaya dengan "dosa" dan pahala. laberpandanganbahwa membunuh makhluk itu tidak melanggar sila, berdana dan bersembahyang itu tidak menimbulkan pahala. Tetapi E tidak melahirkan perbuatan dari pandangan salah itu. E bekerja sebagai pelayan pada seorang Budiman yang beragama Buddha, yang mana majikannya sukaberdana, suka belajar Dhamma dan bersembahyang. Setiap kali majikannyapergi keViharauntuk bersembahyang dan mendengarkan Dhamma, Eselaludiajak. Lama kelamaanE dapat menghilangkan pandangan salahnyadan mempunyai keyakinan terhadap Sang Tri-Ratna. Kemudian, E menjadi umat Buddha yang taat dan patuh pada Dhamma dan Vinaya. Sewaktu Ejatuh sakit keras dan akan meninggal dunia, batinnya tenang, karena E hidup sendirian dan tidak banyak berbuat kejahatan. Setelah menghembuskan napasnya yang terakhir, E tumimbal lahir di Alam Sugati. Hal ini adalah disebabkan oleh Kusala yang timbul secara normal dalam kehidupan sekarang ini, membantu kepada Kusala Janaka Kamma dalam kehidupan lampau yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat.
Jenis yang keenam adalah kusala yang timbul secara normal dalam kehidupan sekarang ini, membantu kepada Kusala Janaka Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
Fpemah menjalankan hidup kebhikkhuan, pemah belajar Dhamma, pernah melaksanakan meditasi, baik Samatha Bhavana maupun Vipassana Bhavana. F semasa hidupnya sekarang ini mencari nafkah sebagai nelayan, yang mana ini termasuk mata pencaharian yang salah. Namun, pada setiap hari Uposatha, F memberikan dana makanan dan kebutuhan sehari-hari kepada para Bhikkhu dan berbuat kebaikan kepada sesamamanusiaserta melaksanakan meditasi pada setiap hari. Setiap kalimemberikan dana selalu dalam keadaan senang hati dan setelah memberikan danajuga dalam keadaan senang hati. Sewaktu F akan meninggal dunia, batinnya tenang karena ia teringat pada perbuatan dana yang telah diberikannya kepada para Bhikkhu. Setelah menghembuskan napasnya yang terakhir, F bertumimbal lahir di Alam Sugati. Hal ini disebabkan oleh Kusala yang dilaksanakan oleh F pada setiap hari Uposatha, yaitu berdana makanan kepada para Bhikkhu, itu merupakan Kusala yang membantu kepada Kusala dari meditasi yang ia laksanakan dalam kehidupan sekarang ini, menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat.
Jenis yang ketujuh adalah akusala yang timbul secara normal dalam kehidupan sekarang ini, membantu kepada Akusala Janaka Kamma dalam kehidupan lampau yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat, menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
G sejak kecil hingga dewasa selalu mengikuti orang tuanya ke Vihara untuk bersembahyang dan mendengarkan ceramah Dhamma; ia juga selalu mengikuti orang tuanya pergi memberikan dana makanan kepada para Bhikkhu. Tetapi, setelah G berkeluarga, ia jarang sekali ke Vihara untuk bersembahyang dan mendengarkan ceramah Dhamma; ia juga jarangsekali berdana karena ekonominya tidak mengizinkan. Pikirannya selalu tertuju untuk mencari uang dan terikat dengan kesenangan duniawi. Sewaktu G meninggal dunia, ia tumimbal lahir di Alam Neraka. Hal ini disebabkan oleh Akusala Citta (pikiranjahat) yang selalu timbul belakangan ini membantu kepada Akusala yang G peraah berbuat ipada kehidupan yang lampau, menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat.
Jenis yang kedelapan adalah akusala yang timbul secara normal dalam kehidupan sekarang ini, membantu kepada Akusala Janaka Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat, menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut':
H sejakkecil hinggadewasabolehdikatakanjarangsekali berbuatkebaikan, iasukabergaul dengan orang-orang yang tidak baik, suka mencuri, berjudi, berzina, dan minum minuman keras. Kemudian, H dipaksa oleh orang tuanya untuk menjalankan hidup kebhikkhuan agar ia dapat melenyapkan kebiasaannya yang tidak baik itu. H bersedia ditabhiskan menjadi bhikkhu. Setelah menjadi bhikkhu, Bhikkhu H melaksanakan meditasi dengan baik, belajar Dhamma dengan tekun dan taat melaksanakan vinaya atau sila. Setelah hal ini berlangsung tiga tahun, Bhikkhu H merasa jemu, dan keyakinannya merosot. latidaklagi melaksanakan meditasi danpikirannyasudah inginkeluardari hidup kebhikkhuan. Kerjanya sekarang suka membaca buku-buku roman, suka omong kosong, suka melamun, dan batinnya gelisah. Sewaktu Bhikkhu Hjatuhsakit keras, iamelihat nimitta atau bayangan kamma yang tidak baik. Setelah menghembuskan napasnya yang terakhi r, Bhikkhu H tumimbal 1 ahi r di alam yang menyedihkan (Alam Binatang). Hal ini disebabkan oleh
Akusala yangtimbulbelakangansewaktuHmasih hidup, membantu kepadaAkusalayangHpernah berbuat sebelum menjadi Bhikkhu.
Selanjutnya, Upatthambhaka Kamma yang membantu Janaka Kamma yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempurna itu dapat dibagi menjadi sepuluhjenis.
Jenis yang pertama adalah kusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian membantu kepada Kusala Janaka Kamma dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempuma.
Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
A seorang pendiam, sabar, dan takut berbuat jahat. A berusaha berbuat kebaikan hanya sebatas kemampuannya, karena A merupakan buruh kecil yang penghasilannya terbatas. Ajarang ke Vihara untuk bersembahyang dan mendengarkan ceramah Dhamma, karena ia tidak mempunyai waktu. Namun, ketika A sakit keras dan akan meninggal dunia, batinnya tenang. Setelah menghembuskan napasnya yang terakhir, ia bertumimnbal lahir di Alam Sugati. Hal ini disebabkan oleh Kusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu kepada Kusala Janaka KammayangApemahberbuat
dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil atau akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempurna.
Jenis yang kedua adalah kusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian membantu kepada Kusala Janaka Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempuma. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
B seorang Budiman, yang selalu berbuat kebaikan. la jarang berbuat kejahatan karena takut akan akibatnya. Sewaktu B akan meninggal dunia, B mempunyai batin yang tenang. Setelah meninggal dunia, B bertumimbal lahir di Alam Sugati. Hal ini disebabkan oleh Kusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu kepada Kusala Janaka Kamma yang B berbuat sebelum meninggal dunia yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil atau akibat, menjadi memberi kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempurna.
Jenis yang ketiga adalah akusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian membantu kepada Akusala Janaka Kamma dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempuma.
Contoh kasus ini adalah sebagai berikut: C mempunyai sifat masa bodoh, tidak tertarik dalam hal kebaikan, hanya berusaha mencari uang melulu. la tidak berbuat sesuatu yang bertentangan dengan sila. Sewaktu akan meninggal dunia, batin C tidak tenang, timbul Akusala Citta, karena ia terikat dengan keluarganya. Setelah menghembuskan napasnyayangterakhir, Ctumimbal lahir di Alam Apaya. Hal ini disebabkan oleh Akusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu kepada Akusala Janaka Kamma yang pemah C lakukan dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempuma.
Jenis yang keempat adalah akusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian membantu kepada Akusala Janaka Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempuma. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
D adalah orang yang suka berbuat jahat. la tidak percaya pada "dosa" dan pahala, tidak percaya adanya tumimbal lahir. D berbuat sesuatu menurut keinginannya, tidak percaya siapapun. Sewaktu D akan meninggal dunia, batinnya gelisah. Setelah meninggal dunia, D bertumimbal lahir di Alam Neraka. Hal ini disebabkan oleh Akusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian membantu kepada Akusala Janaka Kamma yang D lakukan dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempuma.
Jenis yang kelima adalah kusala yang timbul dalam waktu sekarang membantu kepada Kusala Janaka Kamma dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempuma. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
E adalah anak dan seorang Budiman. Orang tua E mendidik E untuk taat pada ajaran Agama, suka bersembahyang, dan melaksanakan sila-sila dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi, ketika E berusia5 tahun, ia meninggal dunia dan bertumimbal lahir di Alam Dewa. Hal ini disebabkan oleh Kusala yang E lakukan dalam kehidupan sekarang membantu kepada Kusala Janaka Kamma yang E pemah lakukan dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil atau akibat, menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempuma. Jenis yang keenam adalah kusala yang timbul dalam waktu sekarang membantu kepada Kusala Janaka Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempuma. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
F adalah orang yang taat dengan Agama, mempunyai pengertian Dhamma yang cukup baik, suka melaksanakan meditasi, suka melaksanakan dana dan sila.SewaktuF meninggal duni a, ia bertumimbal lahir di Alam Dewa. Hal ini disebabkan oleh Kusala yang F selalu laksanakan itu, membantu kepada Kusala Janaka Kamma yang timbul dalam kehidupan sekarang ini menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempuma.
Jenis yang ketujuh adalah akusala yang timbul dalam waktu sekarang membantu kepada Akusala Janaka Kamma dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempuma. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut: G adalah anak dari orang tua yang tidak beragama. Sejakkecil hingga dewasa, G tidak pernah mendapat pendidikan Agama dan budi pekerti. G hidupnya suka berfbya-foya. Sewaktu G meninggal dunia, ia bertumimbal lahir di Alam Neraka. Hal ini disebabkan oleh Akusala yang timbul dalam waktu sekarang, membantu kepada Akusala Janaka Kamma yang G pernah lakukan dalam kehidupan lampau yangsedangmempunyai waktu memberikan hasil atau akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempuma.
Jenis yang kedelapan adalah akusala yang timbul dalam waktu sekarang membantu kepadaAkusala Janaka Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempuma. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut: H seorang yang mempunyai pandangan salah, tidak percaya dengan "dosa" dan pahala, berpandangan berbuat apa saja tidak menimbulkan akibat, tidak percaya adanya tumimbal lahir, tidak pereaya adanya sorga dan neraka. H melaksanakan sebagian besarperbuatan yang bertentangan dengan Dhamma dan Sila. Sewaktu H meninggal dunia, ia bertumimbal lahir di Alam Neraka. Hal ini disebabkan oleh akusala yang timbul dalam waktu sekarang membantu membantu padaAkusala Janaka Kamma yang H selalu berbuat dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempurna.
Jenis yang kesembilan adalah kusala yang timbul dalam kehidupan lampau membantu kepada Kusala Janaka Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempuma.
Contoh kasus ini adalah sebagai berikut: I adalah seorang umat Buddha yang mempunyai keyakinan yang teguh terhadap Sang Triratna, rajin belajar Dhamma, dan taat melaksanakan sila. Kemudian, I menerima pentahbisan sebagai bhikkhu. Setelah menjadi bhikkhu.iabelajarDhamma dengan tekununtukmemperdalampengetahuannya mengenai Dhamma, rajin melaksanakan meditasi, dan taat pada Dhamma dan Vinaya. Setelah Bhikkhu I tamat belajar Dhamma, ia mengajarkan Dhamma kepada para bhikkhu, samanera, upasaka-upasika, dan umat Buddha lainnya sampai di hari tua. Ketika Bhikkhu I meninggal dunia, ia bertumimbal lahir di alam dewa. Hal ini disebabkan oleh kusala yang Bhikkhu I pernah perbuat dalam kehidupan lampau, membantu kepada Kusala Janaka Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempurna.
Jenis yang kesepuluh adalah akusala yang timbul dalam kehidupan lampau membantu kepada Akusala Janaka Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempuma. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut: J adalah orang yang kejam, tidak pemah berbuat kebaikan. la hanya berbuat kejahatan melulu, seperti membunuh makhluk, mencuri, memperkosa, menipu, berkelahi, dan lain-lain. Ketika J meninggal dunia, ia bertumimbal lahir di alam neraka. Hal ini disebabkan oleh akusala yang J pernah perbuat dalam kehidupan lampau, membantu kepada Akusala Janaka Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempurna.
 Selanjutnya, Upatthambhaka Kamma yang membantu Nama atau batin dan Rupa ataujasmani yang dilahirkan oleh Janaka Kamma menjadi maju dan bertahan lama dapat dibagi menjadi tujuh jenis.
Jenis yang pertama adalah kusala yangpernah dilakukan dalam kehidupan lampau membantu Nama atau batin dan Rupa atau jasmani yang dilahirkan oleh Kusala Janaka Kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
Yang Maha Suci Buddha Gotama memiliki jasmani, kulit, suara, gigi, penglihatan, pendengaran, dan lain-lain yangjauh lebih halus dan bagus dari manusiabiasa. Objek-objek yang diterima oleh Sang Buddha pun sebagianbesarmerupakanobjek yang baik. Hal ini disebabkan oleh "Paramita" yang telah Beliau laksanakan dalam kehidupan lampau itu, membantu kepada Rupa Nama yang dilahirkan oleh Kusala Janaka Kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama.
Jenis yang kedua adalah kusala yang pernah dilakukan dalam kehidupan sekarang ini membantu Nama atau batin dan Rupa atau jasmani yang dilahirkan oleh Kusala Janaka Kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
Seorang budiman membantu orang yang sedang menderita, membantu perkembangan Agama Buddha, selalu mentaati Dhamma dan Vinaya. Dengan kekuatan Kusala yang diperbuatnya ini memberikan kebahagiaan, ketenangan batin, kedudukan yang baik, wajah berseri-seri, umur panjang, rejeki murah, danjauh dari penyakit. Objek-objek yang dilihat dan didengarnya pun pada umumnya objek-objek yang baik. Hal ini disebabkan oleh Kusala yang pemah dilakukan dalam kehidupan sekarang ini membantu kepada Rupa dan Nama yang dilahirkan oleh Kusala Janaka Kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama.
Jenis yang ketiga adalah akusala yangpernah dilakukan dalam kehidupan lampau membantu Nama atau batin dan Rupa atau jasmani yang dilahirkan oleh Akusala Janaka Kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
Orang cacat yang kena penyakit kulit, badannya bengkak, bernanah, gatal, dan berbau busuk. Penyakitnya tidak kunjung sembuh; ia sangat menderita, tetapi usianya masih panjang, masih jauh menghadapi pintu kematian.
Contoh lain adalah seekor anjing yang kena penyakit kulit, badannya kurus kering, kulitnya bernanah, dan berbau busuk. Bila anjing itu mendekati orang, maka ia selalu kena pukul, kena tendang, atau kena lemparan batu, tetapi nyawanya masih panjang. Hal ini disebabkan oleh Akusala yangpernah dilakukan dalam kehidupan lampau, membantu kepada Rupa dan Nama yang dilahirkan oleh Akusala Janaka Kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama. Jenis yangkeempat adalah akusala yangpernah dilakukan dalam kehidupan sekarangini membantu Nama atau batin dan Rupa atau jasmani yang dilahirkan oleh Akusala Janaka Kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut: Orang yangberpenyakitan, terkenapenyakit kulit, penyakit syaraf, selalu diserangdemam atau flu. Penyakit-penyakit ini timbulnya dari Akusala Janaka Kamma. Namun, orang itu juga tidak dapat menjaga kesehatannya, sering keluar malam, suka minum minuman keras, sehingga penyakitnya itu bertambah parah dan menimbulkan penderitaan yang berkepanjangan.
Contoh lainnya adalah makhluk binatang seperti macan, kucing, dan lain-lain, yangdilahirkanoleh Akusala Janaka kamma, dan binatang ini membunuh binatang lain untuk dijadikan makanan dan membesarkan jasmaninya. Hal ini disebabkan oleh Akusala yang dilakukannya dalam kehidupan sekarang ini membantu kepada Rupa dan Nama yang dilahirkan oleh Akusala Janaka Kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama.
Jenis yang kelima adalah kusala yang pernah dilakukan dalam kehidupan lampau membantu Nama atau bati n dan Rupa atau j asmani yang di 1 ahi rkan oleh Akusal a Janaka Kamm a memberi kan kemajuan dan bertahan lama. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
Ada anjing dipelihara oleh orang yang menyayangi binatang. Anjing itu diberi minum airsusu dan makan-makanan yang baik, dibuatkan ranjang kecil yang mempunyai kelambu sebagai tempat tidurnya, dimandikan dengan memakai sabun wangi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan dari Kusala Kamma yang anjing itu pernah perbuat dalam kehidupan lampau, membantu kepada Rupa dan Nama yang dilahirkan oleh Akusala Janaka Kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama.
Jenis yang keenam adalah kusala yang pernah dilakukan dalam kehidupan sekarang ini membantu Nama atau batin dan Rupa atau jasmani yang dilahirkan oleh Akusala Janaka Kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
Ada anjing mempunyai kecerdasan yang baik, mudah diajar, ia bisa duduk, bersalaman, membawa keranjang, dan lain-lain, sehingga orang-orang yang melihatnya menjadi senang dan sayang padanya. Anjing itu dipelihara dengan baik, diberi makan dan minum yang istimewa, sama dengan makanan majikannya. Hal ini disebabkan oleh kekuatan dari Kusala Kamma yang anjing itu pemah berbuat dalam kehidupan sekarang ini, membantu kepada Rupa dan Nama yang dilahirkan Akusala Janaka Kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama.
Jenis yang ketujuh adalah akusala yang pernah dilakukan dalam kehidupan sekarang ini membantu Nama atau batin dan Rupa atau jasmani yang dilahirkan oleh Kusala Janaka Kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
Ada orang yang hidupnya sebagai nelayan, penjual senjata api, penjual minuman keras, membuka rumahjudi, dan sebagainya, kemudian ia hidup senang dari hasil pekerjaannya itu. Hal ini disebabkan oleh Akusala yangmembantu Rupa dan Nama yang dilahirkan oleh Kusala Janaka kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama.

Upapilaka Kamma
Upapilaka Kamma berarti hukum kekuatan yang menekan, mengolah, dan menyelaraskan satu akibat daripada satu sebab. Upapilaka Kamma disebut juga kamma penekan.


Upapilaka Kamma menekan dua hal, yaltu :
1. Menekan Janaka Kamma yang mempunyai keadaan bertentangan.
2. Menekan Rupa Nama yang dilahirkan oleh Janaka Kamma.
Upapilaka Kamma yang bertugas menekan Janaka Kamma yang mempunyai keadaan yang bertentangan ini terbagi atas dua macam, yaitu :
1. Menekan supaya tidak mempunyai waktu untuk menimbulkan hasil atau akibat.
2. MenekanJanakaKammayangmempunyaiwaktumenimbulkanhasil atau akibat, supaya mempunyai kekuatan menurun dan menimbulkan hasil atau akibat tidak sepenuhnya.
     Jika digabungkan, maka penekanan dari Upapilaka Kamma itu terbagi atastiga macam, yaitu :
a. Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma supaya tidak mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat. b. Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma yang mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat, supaya mempunyai kekuatan menurun. c. Upapilaka Kamma yang menekan Rupa Nama yang dilahirkan Janaka Kamma.
Penekanan Upapilaka Kamma yang pertama, yaitu Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil atau akibat, terbagi atas dua jenis.
Jenis yang pertama adalah Kusala yang dihuat dalam kehidupan sekarang ini, menekan Akusala Janaka Kammasupaya tidak mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akihat. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut: A seorang yang baik hati, banyak berbuat kebaikan, taat dengan agama. Tetapi, sewaktu akan meninggal dunia, A melihat nimitta atau bayangan karma yang tidak haik, sehingga batinnya gelisah. Sewaktu familinya melihat keadaan A demikian, mereka segera memanggil bhikkhu untuk membacakan ( paritta dan memberikan khotbah Dharnma. Kemudian, nimitta atau bayangan karma yang tidak baik itu lenyap dan timbul nimitta yang baik. Batin A pun menjadi tenang. Sewaktu meninggal dunia, A bertumimbal lahir di Alam Sugati. Hal ini disebabkan oleh Kusala yang dibuat dalam kehidupan sekarang ini, menekan Akusala Janaka Kamma supaya tidak mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat. Jenis yang kedua adalah akusala yang dilakukan dalam kehidupan sekarang ini, menekan Kusala Janaka Kamma supaya tidak mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut: B seorang yangtakberagama. Setiap hari B selalu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang merugikan orang lain. B suka membunuh, mencuri, menipu, berzina dan lain-lain. Sewaktu B sakit keras dan akan menghadapi kematian, ia melihat nimitta-atau bayangan karma yang tidak baik, sehingga batinnya gelisah. Familinya tidak mempunyai pengertian mengenai agama, sehingga mereka tidak dapat membantu dan merobah keadaan B. Kemudian, B meninggal dunia dan bertumimbal lahir di alam Neraka. Hal ini disebabkan oleh Akusala yang dilakukan dalam kehidupan sekarang ini, menekan Kusala Janaka Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil atau akibat.
Penekanan Upapilaka Kamma yang kedua, yaitu Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma yang mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat, supaya mempunyai kekuatan menurun, juga
terbagi atas dua jenis

    Jenis yang pertama adalah kusala yang dilakukan dalam kehidupan sekarang ini, menekan Akusala  Janaka Kamma yang mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat, supaya mempunyai kekuatan menurun. Salah satu contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
RajaAjatasattu melakukan perbuatan durhaka, yaitu membunuh ayah kandungnya. Sesuai dengan jalannya hukum Kamma, beliau hams bertumimbal lahir di Alam Avici Mahanaraka setelah kematiannya dari Alam Manusia ini. Tetapi, setelah ayahnya meninggal. Raja Ajatasattu banyak sekali berbuat kebaikan, yaitu membantu perkembangan Buddha Dhamma, membangun Vihara-Vihara, sekolah-sekolah, rumah-rumah sakit, membantu fakir miskin, dan lain-lain. Dengan demikian, kekuatan dari Kusala (kebaikan) ini membantu RajaAjatasattu untuk tidak ditumimbal-lahirkan di Alam Avici-Mahanaraka (Neraka yang sangat menyedihkan), tetapi ditumimbal-lahirkandi Alam Lohakumbhiusasa-Naraka (Neraka yang menjadilingkunganAvici-Mahanaraka).
Jenis yang kedua adalah akusala yang dibuat dalam kehidupan sekarang ini, menekan Kusala Janaka Kammayang mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat, supayamempunyai kekuatan menurun. Salah satu contoh dari kasus ini adalah sebagai berikut:
Bayi dalam kandungan,bilatibawaktunyalahirlahia dari rahimibunya tetapi dalam keadaan cacat, misalnya matanya buta, hidungnya tidak ada, dan lain-lain. Hal ini disebabkan oleh Akusala yang menekan Kusala Janaka Kamma yang mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat supaya mempunyai kekuatan menurun.
Sedangkan, penekanan Upapilaka Kamma yang ketiga, yaitu Upapilaka Kamma yang menekan Rupa Nama yang dilahirkan oleh Janaka Kamma, juga terbagi atas dua jenis.
Jenis yang pertama adalah Akusala Upapilaka Kamma menekan Rupa dan Nama yang dilahirkan oleh Kusala Janaka Kamma. Salah satu contoh kasus ini adalah:
Ketika dilahirkan, A berbadan sehat, kuat, dan tidak ada penyakit. Tetapi kemudian timbul penyakit, misalnya penyakit darah tinggi atau penyakit lain yang menyebabkan ia tidak bisajalan. Hal ini disebabkan oleh kekuatan Akusala Upapilaka Kamma yang pernah dilakukan dalam kehidupan lampau atau sekarang ini, menekan Rupa dan Nama yang dilahirkan oleh Kusala Janaka Kamma.
Jenis yang kedua adalah Kusala Upapilaka Kamma menekan Rupa dan Nama yang dilahirkan oleh Akusala janaka Kamma. Salah satu contoh kasus ini adalah : B seorang yang miskin, berpenyakitan, banyak menghadapi berbagai macam kesulitan, yang menjadihasil dari Akusala Janaka Kamma. Tetapi B kemudian berusahaberbuatkebaikan yang banyak dan taat pada agama. Akhirnya, B mengalami kesenangan dan penyakitnya pun sembuh. Hal ini disebabkan oleh kekuatan Kusala Upapilaka Kamma yang pernah dilakukannya itu, menekan Rupa dan Nama yang dilahirkan oleh Akusala Janaka Kamma.
UpaghatakaKamma
Upaghataka Kamma berarti hukum yangmeniadakan kekuatan dan akibat dari satu sebab(kamma) yang telah terjadi dan sebaliknya menyuburkan berkembangnya karma baru. Upaghataka Kamma disebutjuga kamma pemotong. Upaghataka Kamma memotong kamma lainnya dan hasil dari Kamma lainnya secara menyeluruh.
Pemotongan Upaghataka Kamma itu ada dua macam, yaitu:
a. Memotong Janaka Kammma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil atau akibat untuk
selamanya. (Kammantara Upaghataka). b. Memotong Rupa Nama yang dilahirkan Janaka Kamma sampai rusak.
(Kammanibbattakhandhasantana Upaghataka).
Pemotongan Upaghataka Kamma jenis yang pertama, yaitu Upaghataka Kamma yang memotong Janaka Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil atau akibat untuk selamanya, itu terbagi atas tiga jenis. Jenis yang pertama adalah Kusala Upaghataka Kamma memotong Akusala Janaka Kamma, supaya tidak mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat untuk selamanya. Salah satu contoh kasus ini adalah perbuatan Angulimala.
Dahulu, sebelum Yang Ariya Angulimala Thera, menjadi anggota Sangha, ia pernah menjadi | penjahat dan telah membunuh sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang. Yang Ariya Angulimala Thera itu sebenarnya harus menerima akibat dari perbuatannya untuk bertumimbal lahir di Alam Neraka setelah kematiannya dari Alam Manusia ini. Namun, pada suatu hari, Angulimala Thera bertemu dengan Yang Maha Suci Buddha Gotama. Setelah mendengarkan khotbah Dhamma dari Sang Buddha Gotama, ia sadar dan berniat ingin berbuat kebaikan. Kemudian, AngulimalaThera menerima
Penahbisan kebhikkhuan dari Sang Buddha. Setelah menjadi bhikkhu, ia melaksanakan Vipassana Bhavana terus-menerus. Akhimya, iaberhasil mencapai tingkat kesucian Arahat. Hal ini disebabkan oleh kekuatan dari Sotapattimagga Kusala yang Angulimala Thera peroleh pada tingkat pertama dari Kesucian itu, yang merupakan Kusala Upaghataka Kamma yang memotong Akusala Janaka Kamma dari Angulimala yang pernah dilakukan dalam kehidupan sekarang dan kehidupan lampau, supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil atau akibat untuk selamanya.
Jenis yang kedua adalah Kusala Upaghataka Kammma memotong Kusala Janaka Kamma, supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil atau akibat untuk selamanya. Salah satu contoh kasus ini adalah: B melaksanakan Samatha Bhavana, hingga berhasil memperoleh Arupa Jhana. Bila meninggal dunia,makaiaakanharustumimbal lahir diAl am Arupa Bhumi.JikaBjugamempunyai Rupa Jhana, maka Rupa Jhana yang telah diperoleh B itu tidak mampu memberikan hasil untuk tumimbal lahir di Rupa Bhumi. Sebab, kekuatan Arupa kusala menjadi Kusala Upaghataka Kamma yang memotong Rupa Kusala, supaya Rupa kusala tidak mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat untuk selamanya.
Jenis yang ketiga adalah Akusala Upaghataka Kamma memotong Kusala Janaka Kamma, supaya tidak mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat untuk selamanya. Salah satu contoh kasus ini adalah sebagai berikut: C telah memperoleh Jhana dari hasil melaksanakan Samatha Bhavana. Tetapi, C kemudian melakukan salah satu dari lima perbuatan durhaka, yaitu memecah belah Sangha. Perbuatan durhaka yang dilakukan oleh C ini menjadi Akusala Upaghataka Kamma yang memotong Mahaggatakusala Janaka Kammasupaya tidak mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat untuk bertumimbal lahir di Alam Brahma.
Contoh lainnya adalah perbuatan Devadatta. Devadatta pernah melaksanakan Samatha Bhavana hingga berhasil mencapai jhana dan mempunyai Abhinna. Kemudian, Devadatta melakukan perbuatan durhaka, yaitu melukai Sang Buddha dan memecah-belah Sangha. Perbuatan durhaka Devadatta itu menjadi Akusala Upaghataka Kamma yang memotong Mahaggata kusala Janaka Kamma kepunyaan Devadatta, supaya tidak mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat untuk bertumimbal lahir di Alam Brahma. Akhimya, Devadatta bertumimbal lahirdi AlamAvici Mahanarakasetelah kematiannya dari Alam Manusia ini sebagai buah dari karma buruknya.
Pemotongan Upaghataka Kamma jenis yang kedua, yaitu Upaghataka Kamma yang memotong Rupa Nama yang dilahirkan oleh Janaka Kamma sampai rusak, itu terbagi atas empat jenis. Jenis yang pertama adalah Kusala Upaghataka Kamma memotong Rupa dan Nama yang menjadi Akusala Vipaka (hasil kejahatan). Contoh kasus ini adalah : A meninggal dunia dan bertumimbal lahir di Alam Neraka. Apa yang dilihat, didengar, dan lain-lain itu merupakan Akusala Vipaka. Sewaktu A melihat api Neraka yang berwarna kekuning-kuningan itu, ia teringat denganwamajubah parabhikkhu, dan teringat pula dengan perbuatan baik yangpernah dilaksanakannya sewaktu masih hidup di Alam Manusia, yaitu berdana makanan kepada para Bhikkhu setiap hari, berdana jubah kepada para Bhikkhu pada setiap Hari Kathina, dan perbuatan baik lainnya. Ketika A teringat dengan perbuatan baiknya itu, mahakusala citta atau pikiran maha baikjuga timbul, dan saat itujuga A meninggal dunia dan tumimbal lahir di Alam Dewa. Hal ini disebabkan oleh Kusala Citta atau pikiran baik yang timbul pada saat itu menjadi Kusala Upaghataka kamma yang memotong Rupa dan Nama yang menjadi Akusala Vipaka.
Jenis yang kedua adalah Kusala Upaghataka Kamma memotong Rupa dan Nama yang menjadi Kusala Vipaka (hasil kejahatan). Contoh kasus ini adalah :
Orang awam yang berhasil mencapai tingkat kesucian Arahat setelah melaksanakan Vipassana Bhavana. Bila ia tidak menjadi anggota Sangha dalam waktu tujuh hari, maka ia akan meninggal dunia. Sebab, kekuatan dari Arahatta Magga itu menjadi Kusala Upaghataka Kamma, yang memotong Rupa dan Nama yang menjadi Kusala Vipaka. Tetapi, bila Arahat orang awam itu menjadi anggota Sangha dalam waktu tujuh hari, maka kehidupannya akan berlangsung terus sesuai dengan karmanya. Sebab, orang awam hanya mematuhi Pancasila saja, sedangkan kesucian dari Arahatta Magga Phala yang ia peroleh atau capai itu tidak sebanding dengan Pancasila. Hal ini persis seperti bola lampu yang berkekuatan 110 Volt, dipasang pada aliran listrik yang berkekuatan 220 Volt, pasti dalam waktu singkat bola lampu yang berkekuatan 110 Volt itu akan putus atau mati. Jenis yang ketiga adalah Akusala Upaghataka Kamma memotong Rupa dan Nama yang menjadi Kusala Vipaka (hasil kejahatan). Contoh kasus ini adalah :
Makhluk-makhluk yang terlahir menjadi manusia dengan alat-alat tubuh yang sempurna. Alat-alat tubuh manusia itu termasuk Kusala Vipaka. Dengan alat-alat tubuh inilah, manusia dapat melihat, mendengar, mencium, merasakan, dan menyentuh sesuatu yang baik. Ini juga merupakan Kusala Vipaka. Tetapi, sewaktu orang itu mendapat kecelakaan, seperti tergilas mobiljatuh dari tempat yang tinggi, yang manamenyebabkankaki atau tangannyapatah,matanyabuta,telinganyatuli, dan lain-lain. Inilah yang disebut Akusala Upaghataka Kamma memotong Rupa dan Nama yang menjadi Kusala Vipaka. Jika orang tersebut meninggal disebabkan oleh kecelakaan itu, maka ini juga disebut Akusala Upaghataka Kamma memotong Rupa dan Nama yang menjadi Kusala Vipaka.
Jenis yang keempat adalah Akusala Upaghataka Kamma memotong Rupa dan Nama yang menjadi Akusala Vipaka (hasil kejahatan). Contoh kasus ini adalah :
Makhluk-makhluk yang terlahir menjadi binatang, seperti anjing, kucing, kera, dan lain-Iain. Jasmani dan kehidupan anjing dan binatang lain itu termasuk Akusala Vipaka. Kemudian, anjing itu mendapat musibah, misalnyamati tergilas mobil, mati dibunuh, dan lain-lain. Kematian anjing seperti ini disebabkan oleh kekuatan dari Akusala Upaghataka kamma yangpernah diperbuat dalam kehidupan lampau dan sekarang ini, menjadi "pemotong" kehidupan danjasmani yang menjadi Akusala vipaka.

Untuk lebih memantapkan pengetahuan Anda tentang Kiccacatukka kamma, cobalah kerjakan latihan di bawah ini!
1. Karma apa yang bertugas melahirkan manusia di Manussa Bhumi ini ?
2. Berikan sebuah contoh perbuatan yang termasuk Upatthambhaka Kamma !
3. Berikan sebuah contoh perbuatan yang termasuk Upaghataka Kamma !

Kunci Jawaban Latihan 1
1. Karma yang bertugas melahirkan manusia di Manussa Bhumi adal ah KusalaJanaka Kamma, yaitu delapan jenis Kamavacarakusala Citta.
2. A seorang umat Buddha yang banyak berbuat kebaikan dalam kehidupan sekarang ini. Namun, ketika A sakit keras dan akan menghadapi kematian, terlihat nimitta atau bayangan karma yang tidakbaik. Hal ini membuatbatinAgelisah. Kemudian, famili A mengundang bhikkhu.Setelah si A mendengar pembacaan paritta dan khotbah Dhamma dari bhikkhu tersebut, batinAmenjadi tenang. Nimitta yang tidak baik itu lenyap dan kemudian timbul nimitta yang baik. Ketika A menghembuskan napasnya yang terakhir, ia bertumimbal lahir di Kamasugati Bhumi. Hal ini disebabkan oleh kusala atau pikiran baik yang timbul dalam diri A ketika menghadapi kematian ini membantu Kusala Janaka Kamma dalam kehidupan lampau yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat (tumimbal lahir di Kamasugati Bhumi) menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat.

3. Contoh perbuatan yang tergolong Upaghataka Kamma adalah perbuatan Angulimala. Dahulu Angulimala pernah menjadi penjahat dan telah membunuh sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang. Jika karma buruk Angulimala itu memberikan akibat, maka ia akan bertumimbal lahir di Alam Neraka setelah kematiannya dari Alam Manusia ini. Namun, setelah bertemu dan mendengarkan khotbah Dhamma dari Sang Buddha Gotama, ia sadar dan kemudian ditahbiskan menjadi bhikkhu. Setelah menjadi bhikkhu, ia melaksanakan Vipassana Bhavana terus menenis. Akhirnya, ia berhasil mencapai tingkat kesucian Arahat. Hal ini disebabkan oleh kekuatan dari Sotapattimagga Kusala yang Angulimala Theraperoleh padatingkatpertama dari Kesucianitu, yang merupakan Kusala Upaghataka Kamma yang memotong Akusala Janaka Kamma dari Angulimala yang pemah dilakukan dalam kehidupan sekarang dan kehidupan lampau, supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil atau akibat untuk selamanya.

3 komentar:

  1. Banyak sekali1!1!1!1!
    Ndk capek ketik?

    BalasHapus
  2. Luarbiasa Dharma ini..terimakasih sebanyak2nya Sadhu..sadhu..sadhu

    BalasHapus
  3. Semoga semua mahluk berbahagia dan tercerahkan

    BalasHapus