TIGA PULUH SATU ALAM KEHIDUPAN
(31 BHUMI)
A. Pendahuluan
Buddha dipuja oleh para dewa dan manusia karena
keagungannya,kesuciannya, pengabdiannya yang besar, dan berbagai sifat mulia
lainnya. Salah satu sifat mulia atau keagungan Beliau adalah lokavidu yang berarti mengenal semua alam kehidupan
yang ada di alam semesta ini. Dengan kebijaksanaan dan kemampuanbatin yang
Beliau miliki, Beliau mampu mengetahui adanyatigapuluh satu alam kehidupan yang
terdapat di alam semesta ini. Tiga puluh satu alam kehidupan itu merupakan
tempat berdiamnya makhluk-makhluk. Makhluk-makhluk yang berdiam di dalam tiga
puluh satu alam kehidupan itu masih mengalami kelahiran dan kematian. Mereka
masih mengalami dukkha, yang berarti penderitaan, ketidakpuasan, danjuga
kebahagiaan yang selalu berubah-ubah. Jadi, tiga puluh satu alam kehidupan itu
dicengkeram oleh anicca atau ketidakkekalan. Jika seseorang yang belum
mencapai tingkat kesucian arahat itu meninggal dunia, maka ia akan bertumimbal
lahir lagi di salah satu alam dari tiga puluh satu alam kehidupan sesuai dengan
karmanya.
Nibbana yang merupakan tujuan
terakhir umat Buddha itu berada di luar tiga puluh satu alam kehidupan. Nibbana
terbebas dari kelahiran dan kematian, terbebas dari derita. Nibbana tidak
termusnah, ada, dan tidak berubah. Seseorang yang telah mencapai Nibbana tidak
akan merasakan penderitaan lagi karena batinnya telah bersih dari segala
kekotoran batin atau kilesa. Orang yang telah mencapai Nibbana tidak akan
bertumimbal lahir lagi di alam mana pun.
Dalam modul ini dibahas mengenai tiga puluh satu
alam kehidupan yang dibagi secara kelompok-kelompok. Ada tiga kelompok
pembagian tiga puluh satu alam kehidupan itu. Kelompok pertama adalah Kama
Bhumi yang terdiri atas sebelas alam
kehidupan yang makhluk-makhluknya masih senang dengan nafsu indera dan terikat
dengan panca indera. Sebelas Kama Bhumi ini dibahas dalam Kegiatan Belajar
pertama. Kelompok kedua adalah Rupa Bhumi yang terdiri atas enam betas alam
kehidupan yang makhluk-makhluknya mempunyai rupa-jhana. Enam belas Rupa Bhumi
ini dibahas dalam Kegiatan Belajar kedua. Sedangkan, kelompok ketiga adalah
Arupa Bhumi yangterdiri atas empatalam kehidupan yang makhluk-makhluknya
mempunyai arupa-jhana. Empat Arupa Bhumi ini dibahas dalam Kegiatan Belajar
ketiga.
Dengan mempelajari diktat ini, Anda akan memahami
tiga puluh satu alam kehidupan yang terdapat di alam semesta ini yang merupakan
tempat berdiamnya makhluk-makhluk.
Setelah mempelajari modui ini, Anda diharapkan mampu :
1. Menyebutkan pembagian tiga puluh satu alam kehidupan;
2. Menyebutkan pembagian sebelas Kama Bhumi;
3. Menjelaskan alam-alam yang termasuk dalam empat Apaya
Bhumi;
4. Menyebutkan perbuatan-perbuatan yang dapat
mengakibatkan kelahiran di alam neraka;
5. Menjelaskan alam-alam yang termasuk dalam tujuh
Kamasugati Bhumi.;
6. Membedakan alam manusia dengan alam dewa;
7. Menyebutkan pembagian enam belas Rupa Bhumi;
8. Menjelaskan alam-alam yang termasuk dalam empat Arupa
Bhumi.
B.
Sebelas Kama Bhumi
Dalam tiga
puluh satu alam kehidupan terdapat satu kelompok alam yang disebut Kama Bhumi.
Kama Bhumi adalah alam kehidupan yang makhluk-makhluknya masih senang dengan
nafsu indera dan terikat dengan panca indera. Pada umumnya makhluk-makhluk yang
berdiam di Kama Bhumi ini masihsuka menikmati kesenangan-kesenangan duniawi.
Misalnya, makhlukyang berdiam di Manussa Bhumi itu masih suka berpacaran dan
melakukan hubungan sex. Namun, mereka kadang-kadang kecewa bila hubungan
cintanya putus di tengah jalan. Mereka kadang-kadang sedih bila pesta usai,
bila perjalanan ke tempat-tempat rekreasi berakhir, dan lain-lain. Dengan
demikian, kesenangan-kesenangan duniawi itu bersifat tidakkekal. Oleh sebab
itu, makhluk-makhluk yang berdiam di Kama Bhumi harus menyadari hakekat hidup
dan kehidupan ini dengan sewajarnya. Selanjutnya, mereka harus berusaha
mempraktekkan ajaran-ajaran Sang Buddha dalam kehidupannya sehari-hari, agar
mereka dapat terbebas dari kekecewaan, ketidakpuasan, atau dukkha.
Dari uraian tersebut jelaslah
bahwa di alam semesta ini terdapat juga makhluk-makhluk yang masih memiliki
nafsu indera. Mereka berdiam di Kama Bhumi. Kama Bhumi terdiri atas sebelas
alam kehidupan, yang dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Apaya Bhumi atau
Duggati Bhumi, yang terdiri atas empat alam.
b. Kamasugati Bhumi, yang
terdiri atas tujuh alam.
a. Apaya Bhumi atau Duggati Bhumi.
Apaya Bhumi atau Duggati Bhumi
merupakan alam kehidupan yang menyedihkan. Dikatakan menyedihkan karena di
alam ini tidak terdapat kesenangan dan kebahagiaan. Makhluk-makhluk yang
berdiam di alam ini mengalami penderitaan yangberkepanjangan. Penderitaan itu
bukan merupakan hukuman atau siksaan dari Tuhan atau Sang Buddha, tetapi itu
merupakan akibat dari perbuatanjahat yang telah dilakukannya pada
kehidupan-kehidupan sebelumnya.
Apaya Bhumi atau Duggati Bhumi
terdiri atas empat alam kehidupan, yaitu :
1. Niraya Bhumi
atau alam neraka.
2. Peta Bhumi atau
alam setan.
3. Asurakaya Bhumi atau
alam raksasa asura.
4. Tiracchana Bhumi atau
alam binatang.
1. Niraya Bhiimi.
Di dalam
masyarakat, pemah ada orang berkata, "Setelah meninggal dunia, saya mau ke
neraka saja karena di sana banyak bintang film yang cantik-cantik." Tentu
saja itu kata-kata bercanda. Sebab, secantik-cantiknya bintang film, bila ia
telah sampai di neraka, maka ia akan berubah menjadi tidak cantik lagi. Keadaan
makhluk neraka amat menyedihkan. Ada yang tubuhnya dibakar oleh api yang
berkobar, ditusuk dengan besi panas, dan sebagainya. Akibatnya, wajah mereka
berkerinyut menahan sakit, lidahnya terjulur kehausan, mulutnya merintih-rintih
mengeluarkan air liur, dan lain-lain.
Di dalam kitab-kitab agama
Buddha, neraka disebut niraya. Niraya berasal dari kata ni dan
aya yang berarti ketiadaan kebahagiaan. Jadi, suatu alam disebut Niraya Bhumi
atau alam neraka karena di alam ini tidak terdapat kesenangan dan kebahagiaan. Makhluk-makhluk yang
berdiam di alam ini selalu mengalami penderitaan terus-menerus sebagai akibat
karma buruknya.
Niraya Bhumi termasuk salah satu dari empat alam kehidupan
yang menyedihkan (Apaya Bhumi). Niraya Bhumi juga terbagi atas beberapa
kelompok alam, di antaranya ada yang disebut kelompok delapan Maha-Naraka atau
neraka besar, yaitu Sanjiva Naraka, Kalasutta Naraka, Sanghata Naraka, Roruva
Naraka, Maharoruva Naraka, Tapana Naraka, Mahatapana Naraka, dan Avici Naraka.
Masing-masing neraka besar ini terbagi lagi, sehingga keseluruhannya terdapat seratus tiga puluh enam neraka.
Sanjiva berarti "hidup lagi dan hidup lagi". Suatu
alam disebut Sanjiva Naraka karena makhluk yang^udup^T alam ini akan merasakan
penderitaan terus menerus selama hidupnya. Tubuh makhluk-makhluk yang
terlahirdi neraka ini akan terpotong-potong menjadi kepingan-kepingan tiada
putusnya, tetapi makhluk-makhluk ini tidak mati. Mereka hidup lagi dan hidup
lagi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan karma buruk mereka yang menyebabkan
mereka harus menderita dengan cara seperti itu. Dalam hal ini, kematian pun
tidak dapat melepaskan mereka dari siksaan tersebut.
Kalasuta berarti benang hitam. Suatu alam disebut Kalasuta Naraka
karena makhluk yang hidup di alam ini akan merasakan penderitaan yangberupa
tubuhnya dijelujuri oleh penyiksa dengan benang hitam dan dipukuli dengan
beliung. Sanghata Naraka berarti neraka penghancur. Suatu alam disebut Sanghata
Naraka karena makhluk yang hidup di alam ini akan merasakan penderitaan yang
berupa dirinya dihancurkan oleh batu karang besar yang menyala-nyala yang
datang dari empat penjuru.
Roruva Naraka berarti daerah tartarus. Suatu alam disebut
Roruva Naraka karena makhluk yang hidup di alam ini akan merasakan penderitaan
yang berupa tubuh mereka dibakar dari dalam oleh nyala api dan asap yang masuk
melalui sembilan lubang seperti telinga, hidung, dan sebagainya. Api itu
membakar di dalam tubuh mereka yang dapat diumpamakan seperti daerah tartarus.
Hal ini mengakibatkan penderitaan yang amat parah bagi mereka, sehingga mereka
menangis tiada henti-hentinya.
Maharoruva berarti roruva besar. Suatu alam disebut
Maharoruva Naraka karena makhluk yang hidup di alam ini akan merasakan
penderitaan yang berupa tubuhny a dipanggang dalam nyala api yang besar sekali
dan dalam penderitaan itu mereka pun menangis tiada henti-hentinya. TapanaLberarti
pembakar. Suatu alam disebut Tapana Naraka karena makhluk yang hidup di alam
ini akan merasakan penderitaan yang berupatubuhnyadiikatpadabatangbesi panas
yang menyala yang ditanam pada lantai yang menyala pula. Mereka terikat erat
dan tidak dapat bergerak.
Mahatapana-berarti pembakaran yang hebat.
Suatu alam disebut Mahatapana Naraka karena makhluk yang hidup di alam ini akan
merasakan penderitaan yang berupa tubuhnya dipukul secara paksa dengan senjata
otomatis yang bekerja sendiri dan menyala-nyala untuk mendaki gunung yang
diliputi oleh api. Api itu menyerang tubuh mereka dengan kuat sehingga mereka
terjatuh ke bawah lagi. Kemudian, mereka diikat lagi pada batang besi menyala
dan tidak dapat bergerak. Mereka amat menderita dengan keadaan seperti itu.
Avici berarti tanpa penghentian. Suatu alam disebut
Avici Naraka karena makhluk yang hidup di alam ini akan merasakan penderitaan
yang berupa tubuhnya diserang oleh api dari sisi yang satu dan sisi lainnya
secara bergantian tiada hentinya. Avici Naraka merupakan neraka terbawah dan
terbesar. Makhluk-makhluk dapat tumimbal lahir di alam neraka avici karena
mereka telah melakukan lima perbuatan durhaka (akusala garuka kamma) pada
kehidupan sebelumnya. Lima perbuatan
durhaka tersebut adalah :
1). Membunuh ibu kandung.
2). Membunuh ayah
kandung.
3). Membunuh arahat
(orang suci tingkat tertinggi).
4). Melukai Sang Buddha.
5). Memecah belah Sangha.
Devadatta yang merupakan siswa
Sang Buddha yang durhaka telah melakukan dua dari lima perbuatan durhaka, yaitu
melukai Sang Buddha dan memecah belah Sangha. Akibatnya, ia bertumimbal lahir
di alam neraka avici ini. la hidup di alam neraka avici ini selamaseratus ribu
kappa.
Makhluk-makhluk dapat bertumimbal lahir di alam
neraka karena mereka telah melakukan perbuatan-perbuatan yang penuh dengan dosa
atau kebencian pada kehidupannya yang lampau. Ada pemyataan dalam bahasa Pali
sebagai berikut, "Dosena hi candajatataya dosasadisam nirayam
uppajjanti", yang berarti : semua makhluk dilahirkan di alam neraka dengan
kekuatan dosa.
Di dalam kitab suci, SangBuddha menguraikan secara
terperinci mengenai delapanjenis perbuatan jahat yang dapat mengakibatkan
kelahiran di alam neraka, yaitu :
1). Suka
mencelakakan atau membunuh bhikkhu, samanera, dan umat Buddha yang taat pada
agama. Orang yang bekerja sebagai algojojuga dapat terlahir di alam neraka ini.
2). Suka memeras,
menganiaya, dan membunuh makhluk hidup dengan kekuasaan yang dimilikinya.
3). Suka
korupsi, mencari keuntungan berupa uang yang bertentangan dengan kebenaran,
menyelewengkan uang penyebaran agama untuk kepentingan pribadi, menyelewengkan
ajaran agama, mencuri harta benda kepunyaan orang tua, guru, sangha, dan
lain-lain.
4).
Membakar kota, rumah, tempat ibadah, rumah sakit, kantor, dan merusak
candi-candi dengan sengaja.
5).
Mempunyai pandangan salah, seperti anti agama, tidak percay a pada hukum karma,
tumimbal lahir, dan kebenaran lainnya.
6).
Melakukan lima perbuatan durhaka (akusala garuka kamma), yaitu membunuh orang
tua dan arahat (orang suci tingkat tertinggi), melukai Sang Buddha, dan memecah
belah sangha.
7). Menggugurkan kandungan. Wanita yang menggugurkan
kandungan, walaupun ia baru mengandung sebulan, akanteqatuhdi alam
nerakakarenadengan menggugurkan kandungan, iatelah melakukan pembunuhan
terhadap makhluk yang ada dalam rahimnya. Namun, orang yang melaksanakan KB
tidak berarti menggugurkan kandungan, sehingga ia belum tentu akan dilahirkan
di alam neraka setelah kematiannya.
8). Suka berzina, suka mengadakan hubungan sex dengan
suami atau isteri orang lain, suka memecah belah kerukunan hubungan suami dan
isteri orang lain, atau merebut suami atau isteri orang lain untuk dijadikan
teman hidup.
Perbuatan-perbuatan jahat di atas
dapat mengakibatkan kelahiran di alam-alam neraka. Sang Buddha menjelaskan
pembagian perbuatan jahat dalam alam neraka sebagai berikut:
1). Perbuatan membunuh manusia dapat mengkibatkan
pelakunya terlahir kembali di Sanjiva Naraka atau Kalasutta Naraka.
2). Perbuatan membunuh binatang dapat mengakibatkan
pelakunya terlahir kembali di Sanghata Naraka atau Roruva Naraka.
3). Perbuatan mencuri dapat mengakibatkan pelakunya
terlahir kembali di Maharoruva Naraka.
4). Perbuatan membakar kota dapat mengakibatkan pelakunya
terlahir kembali di Tapana Naraka.
5). Mempunyai pandangan salah dapat mengakibatkan
pemiliknya terlahir kembali di Mahatapana Naraka.
6). Perbuatan melakukan lima perbuatan durhaka (akusala
garuka kamma) dapat mengkibatkan pelakunya terlahir kembali di Avici Naraka.
Makhluk-makhluk
yang terlahir di alam neraka amat menderita. Mereka tidak mempunyai waktu untuk
bermimpi dan memuaskan nafsu sexnya. Namun, neraka bukan merupakan akhir dari
segalanya. Makhluk-makhluk di sana tidak akan tersiksa terus selamanya tanpa
daya dan tanpa harapan. Mereka hidup di sana hanya untuk waktu tertentu. Jika
karma buruk untuk hidup di sana telah habis, maka mereka akan meninggal dari
alam neraka untuk bertumimbal lahir lagi di alam-alam lain sesuai dengan
karmanya. Jadi, pada suatu waktu makhluk-makhluk penghuni neraka itu akan dapat
bertumimbal lahir lagi di alam-alam lain, untuk melanjutkan perjalanan hidup
dalam lingkaran tumimbal lahir, sampai akhirnya tercapai Nibbana.
2. Peta Bhumi.
Peta
berarti setan. Suatu alam disebut Peta Bhumi atau alam setan karena makhluk
yang berdiam di alam ini jauh dari kesenangan dan kebahagiaan. Mereka tergolong
sebagai makhluk yang sengsara dan celaka. Mereka mempunyai
bentukjasmanitersendiri dengan rupayangburukdan dengan berbagai macam ukuran
besar dan tingginya.
Makhluk-makhluk setan dapat
bertumimbal lahir di alam setan (Peta Bhumi) karena mereka telah melakukan
perbuatan-perbuatan yang penuh dengan lobha atau keserakahan pada kehidupannya
yang
lampau. Ada pemyataan dalam
bahasa Pali sebagai berikut, "Yebhuyyayena hi sattatanhaya pettivisayam
uppajjanti", yang berarti : semua makhluk dilahirkan di alam setan dengan
kekuatan lobha.
Makhluk setan ini terbagi dalam
beberapa kelompok, di antaranya terdapat kelompok-kelompok setan yang disebut
Empat Peta, Dua belas Peta, dan Dua puluh satu Peta.
Dalam kitab Petavatthu Atthakatha dijelaskan adanya empat
jenis peta atau setan sebagai berikut
1. Paradattupajivika
Peta, atau setan yang memelihara hidupnya dengan memakan makanan yang
disuguhkan orang dalam upacara sembahyang.
2. Khupapipasika Peta, atau setan yang selalu lapar dan
haus.
3. Nijjhamatanhika Peta, atau setan yang selalu
kepanasan.
4. Kalakancika Peta, atau setan yang sejenis asura atau
nama asura yang menjadi setan.
Dan keempat
jenis peta atau setan ini, hanya Paradattupajivika Peta yang dapat menerima dan
memakan makanan yang disajikan orang dalam upacara sembahyang. Tiga peta atau
setan lainnyatidak dapat menerima makanan yang disajikan orang dalam upacara
sembahyang. Jika para Bodhisatva terlahir menjadi setan, maka ia akan menjadi
setan jenis Paradattupajivika Peta, dantidakakan menjadi peta atau setan
lainnya.
Dalam kitab
Gambhilokapannatti dijelaskan adanya dua belas jenis peta atau setan sebagai
berikut:
1. Vantasa Peta, atau
setan yang memakan air ludah, dahak,dan muntah.
2. KunapasaPeta, atau
setan yang memakan mayat manusia dan binatang.
3. Guthakhadaka Peta,
atau setan yang memakan berbagai macam kotoran.
4. Aggijalamukha Peta,
atau setan yang mulutnya selalu ada api.
5. Sucimuja Peta, atau
setan yang mulutnya sekecil lobangjarum.
6. Tanhattita Peta, atau
setan yang dikendalikan oleh tanha atau nafsu sehingga selalu lapar dan haus.
7. Sunijjhamaka Peta,
atau setan yang bertubuh hitam seperti arang.
8. Suttanga Peta, atau
setan yang mempunyai kuku, tangan, dan kaki yang panjang dan setajam pisau.
9. Pabbatang Peta, atau
setan yang bertubuh setinggi gunung.
10. Ajagaranga Peta, atau
setan yang bertubuh seperti ular.
11.Vemanika
Peta, atau setan yang menderita di waktu
siang dan senang di waktu malam
dalam kahyangan.
12.
Mahidadhika Peta, atau setan yang mempunyai kekuatan ilmu gaib. Ilmu gaib setan
ini tidaksama dengan abhinna atau kemampuanbatin. Setan jenis inilah yangsering
masukke tubuh manusia yang kesurupan.
Dalam kitab
suci Vinaya dan Lakkhanasanyutta dijelaskan adanya dua puluh satu jenis peta
atau setan sebagai berikut:
1.
Atthisankhasika Peta, atau setan yang mempunyai tulang bersambungan tetapi
tidak mempunyai daging.
2. Mansapesika Peta,
atau setan yang mempunyai daging terpecah-pecah tetapi tidak mempunyai tulang.
3. Mansapinada Peta, atau setan yang mempunyai daging
berkeping-keping.
4. Nicachaviparisa Peta, atau setan yang tidak mempunyai
kulit.
5. Asiloma Peta, atau setan yang berbulu tajam.
6. Sattiloma Peta, atau setan yang berbulu seperti
tombak.
7. Usuloma Peta, atau setan yang berbulu panjang seperti
anak panah.
8. Suciloma Peta, atau setan yang berbulu seperti jarum.
9. Dutiyasuciloma Peta, atau setan yang berbulu jarum
jenis kedua.
10. Kumabhanda Peta, atau setan yang mempunyai buah
kemaluan sangat besar.
11. Guthakupanimugga Peta, atau setan yang bergelimangan
dengan kotoran.
12. Guthakhadaka Peta, atau setan yang makan kotoran.
13. Nicachavitaka Peta, atau setan perempuan yang tidak
mempunyai kulit.
14. Dugagandha Peta, atau setan yang berbau sangat busuk.
15. Ogilini Peta, atau setan yang badannya seperti bara
api.
16. Asisa Peta, atau setan yang tidak mempunyai kepala.
17. Bhikkhu Peta, atau setan yang berbadan seperti bhikkhu.
18. Bhikkhuni Peta, atau setan yang berbadan seperti
bhikkhuni.
19. Sikkhamana Peta, atau setan yang berbadan seperti
pelajar wanita atau calon bhikkhuni.
20. Samanera Peta, atau setan yang berbadan seperti
samanera.
21. Samaneri Peta, atau setan yang berbadan seperti
samaneri.
Dari uraian di atas nyatalah bahwa ada satu jenis setan
yang disebut Bhikkhu Peta. Makhluk ini dapat terlahir dalam keadaan seperti ini
karena pada kehidupan sebelumnya, ketika ia masih hidup di alam manusia sebagai
bhikkhu, ia tidak taat pada Dhamma (ajaran Sang Buddha) dan Vinaya (peraturan kebhikkhuan). la sering melakukan
perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan Dhamma dan Vinaya. Makhluk peta
ini adakalanya berdiam di bawah-bawah pohon atau di tempat-tempat lain, dalam
bentukmenyerupai bhikkhu.
3. Asurakaya Bhumi.
Asurakaya berarti raksasa
asura. Suatu alam disebut Asurakaya Bhumi atau alam raksasa asura, karena
makhluk yang berdiam di alam ini jauh dari kemuliaan, kebebasan, dan
kesenangan. Asurakaya Bhumi merupakan salah satu alam dari Apaya Bhumi. Jadi,
makhluk raksasa asura berdiam di Apaya Bhumi.
Makhluk-makhluk
dapat bertumimbal lahir di alam raksasa asura karena mereka telah melakukan
perbuatan-perbuatan yang penuh dengan lobha atau keserakahan pada kehidupan-kehidupannya
yang lampau. Makhluk raksasa asura ini mempunyai badan jasmani yang berukuran
tinggi dan besar.
Makhluk raksasa asura
dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Deva Asura, atau kelompok dewa yang
disebut asura.
2. Peta Asura, atau kelompok setan yang
disebut asura.
3. Niraya Asura, atau kelompok makhluk
neraka yang disebut asura.
Kelompok
dewa yang disebut Asura atau Deva Asura itu terdiri atas enam jenis, yaitu :
1.
Vepacitti Asura.
2. Subali Asura.
3. Rahu Asura.
4. Pahara Asura.
5. Sambarati Asura.
6. Vinipatika Asura.
Dan keenam
jenis Deva Asura tersebut, jenis pertama sampai dengan jenis kelima, yaitu
Vepacitti Asura, Subali Asura, Rahu Asura, Pahara Asura, dan Sambarati Asura
disebut Asura karena tempat tinggalnya di Apaya Bhumi, jauh dari alam Dewa
Tavatimsa. Deva Asura jenis keenam, yaitu Vinipatika Asura, termasukmakhluk
Asura karena ukuranbadanjasmani dan tenaganyalebihkecildari Dewa Tavatimsa.
Makhluk Deva Asura ini bertempat tinggal di hutan, gunung, pohon, rumah,
cetiya, vihara, dan lain-lain.
4. Tiracchana Bhumi.
Tiracchana berarti binatang. Suatu alam disebut
Tiracchana Bhumi atau alam binatang, karena makhluk-makhluk yang berdiam di
alam ini tidak mempunyai tempat yang khusus.
Makhluk-makhluk binatang dapat bertumimbal lahir di alam binatang
(Tiracchana Bhumi) karena merekatelahmelakukanperbuatan-perbuatan
yangberdasarkan moha atau kebodohan padakehidupannya yang lampau. Ada
pernyataan dalam bahasa Pali sebagai berikut, "Mohena hi niccasammulaham
tiracchanayoniyam uppajjanti", yang berarti : semua makhluk dilahirkan di
alam binatang dengan kekuatan moha.
Ditinjau dari penglihatan mata, makhluk binatang dapat
dibagi atas dua kelompok, yaitu :
1. Kelompok makhluk binatang yang dapat dilihat dengan
mata biasa, seperti rusa, kera, gajah, dan lain-lain yang terdapat di kebun
binatang dan di tempat-tempat lain.
2. Kelompok makhluk binatang yang tidak dapat dilihat
dengan mata biasa karena binatang tersebut berbadan halus.
Ditinjau dari kakinya, makhluk binatang dapat dibagi atas
empat kelompok, yaitu :
1. Apadatiracchana, atau kelompok makhluk binatang yang
tidak mempunyai kaki, seperti ular, ikan, cacing, dan lain-lain.
2. Dvipadatiracchana, atau kelompok makhluk binatang yang
mempunyai dua kaki, seperti ayam, itik, angsa, burung, dan lain-lain.
3. Catupadatiracchana, atau kelompok makhluk binatang
yang mempunyai empat kaki, seperti kuda, kerbau, kambing, rusa, harimau,
anjing, kucing, kelinci, kadal, dan lain-lain.
4. Bahuppadatiracchana, atau kelompok makhlukbinatang
yang mempunyai banyak kaki, seperti ulat bulu, lipan, kalajengking,
kepiting, laba-laba.dan lain-lain.
b. Kamasugati Bhumi.
Kamasugati
Bhumi merupakan alam kehidupan nafsu yang menyenangkan. Kamasugati Bhumi
terdiri atas tujuh alam kehidupan, dan dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu:
1. Manussa Bhumi atau alam manusia, yang terdiri atas
satu alam.
2. Deva Bhumi atau alam dewa, yang terdiri atas enam
alam.
Manussa Bhumi.
Manussa berarti manusia. Suatu
alam disebut Manussa Bhumi atau alam manusia karena makhluk yang disebut
manusia ini mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, yang berguna dan
tidak berguna, yang berfaedah dan tidak berfaedah, dan lain-lain.
Makhluk-makhluk dapat bertumimbal lahir di alam
manusia karena pada kehidupannya yang lampau, mereka taat terhadap Pancasila
Buddhis dan sepuluh Kusala Kammapatha atau sepuluh macam perbuatanbaik. Sepuluh
Kusala Kammapatha itu dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Kayasucarita,
Vacisucarita, dan Manosucarita.
Kayasucarita (kusala kaya kamma) berarti perbuatan
baik yang dilakukan melalui badan jasmani. Kayasucarita terdiri atas tiga
jenis, yaitu :
1. Panatipata veramani,
yang berarti menghindari membunuh.
2. Adinnadana veramani,
yang berarti menghindari mencuri.
3. Kamesumicchacara
veramani, yang berarti menghindari berzinah.
Vacisucarita
(kusalavaci kamma) berarti perbuatan baikyangdilakukanmelaluiucapan.
Vacisucarita terdiri atas empat jenis, yaitu :
1. Musavada veramani, yang berarti menghindari berdusta.
2. Pisunaya vacaya veramani, yang berarti menghindari
memfitnah.
3. Pharusaya vacaya veramani, yang berarti menghindari
bicara kasar.
4. Samphappalapa veramani, yang berarti menghindari
bicara hal-hal yang tidak perlu atau omong kosong.
Manosucarita
(kusala mano kamma) berarti perbuatan baik yang dilakukan melalui pikiran.
Manosucarita terdiri atas tiga jenis, yaitu :
1. Anabhijjha, yang berarti tidak mempunyai nafsu
serakah.
2. Abyapada, yang berarti tidak mempunyai dendam atau
kemauan jahat.
3. Samma Ditthi, yang berarti berpandangan benar.
Deva Bhumi.
Deva Bhumi terdiri atas enam alam, yaitu :
1. Catummaharajika Bhumi
atau alam empat raja dewa.
2. Tavatimsa Bhumi
atau alam tiga puluh tiga dewa.
3. Yama Bhumi atau
alam dewa Yama.
4. Tusita Bhumi
atau alam kenikmatan.
5. Nimmanarati
Bhumi atau alam dewa yang menikmati ciptaannya.
6.
Paranimmita-vasavatti-bhumi atau alam dewa yang membantu menyempurnakan ciptaan dari dewa-dewa
lainnya.
Deva Bhumi inilah yang disebut sorga
dalam agama lain. Namun, kehidupan di alam sorga ini bukanlah kehidupan yang kekal
menurut agama Buddha. Sebab, masih akan ada kehidupan lain setelah kehidupan di
alam sorga ini berakhir. Makhluk-makhluk yang berdiam di alam sorga ini masih
dapat terlahir kembali di alam yang lebih rendah kalau karma mengharuskan
demikian. Makhluk-makhluk
ini juga tidak terlepas dari rantai derita dan samsara (lingkaran kelahiran dan
kematian).
Makhluk-makhluk yang berdiam di alam-alam dewa ini
lahir secara spontan dan langsung membesar. Mereka yang terlahir secara spontan
di pangkuan dewa dianggap sebagai anak dewa. Mereka yang terlahir secara
spontan dalam daerah kediamannya itu dianggap sebagai pelayan dewa. Demikianlah
seterusnya. Jadi, makhluk-makhluk dewa
ini lahir tidak melalui kandungan, sehingga mereka tidak mengalami masa bayi
dan anak-anak. Mereka pun tidak mengalami masa
tua. Mereka selalu kelihatan muda terus.
Penampakan seorang dewi akan tetap merupakan
penampakan seorang gadis berumur enam belas tahun sepanjang hidupnya, sedangkan
seorang dewa mempunyai penampakan seorang pemuda berumur dua puluh tahun. Dewa
tidak mengenal ketuaan dalam arti rontoknya gigi atau memutihnya rambut. Hanya
pada saat-saat terakhir menjelang kematiannya, tubuhnya yang semula bersinar
akan kehilangan cahayanya, merasa lemah dan lelah. Demikian pula dengan tempat
kediaman yang semula gilang gemilang, terbuat dari kristal, bersinar gemerlap,
akan melenyap tanpa sisa, bagaikan sebuah kamper yang terbakar.
Untuk dapat terlahir di alam dewa atau alam surga,
manusia itu harus berbuat kebaikan
sebanyak-banyaknya. Sekurang-kurangnya
mereka harus sering
berdana, melaksanakan sila, mengendalikan indriyanya, memiliki hiri (rasa malu
untuk berbuat jahat) dan ottappa (rasa takut akan akibat perbuatan jahat), suka
mendengarkan Dhamma, belajar Dhamma, mengajar Dhamma, berjalan dijalan
kesucian, membangun vihara, membangun rumah sakit Buddhis, membangun sekolah
Buddhis, dan sebagainya.
Bila seorang ibu mempunyai keinginan untuk
mempunyai putera yang berasal dari alam dewa, maka ibu itu harus memiliki empat
sifat mulia. Pertama, sang ibu harus
bijaksana (Medhavini), karena seorang anak
yang baik tidak dapat tertarik oleh seorang ibu yang bodoh dan dungu. Kedua, sang ibu hams memiliki
sifat-sifat bajik (Silavati). Ketiga, sang ibu harus memperlakukan
keluarga (dari pihak suami) dengan baik (Sassu dewa). Lalu, keempat, sang ibu harus setia dan puas
hanya dengan seorang suami (Patibatta). Dengan demikian, pada wanita dengan
empat sifat mulia tersebut akan terlahir anak-anak yang baik dan pandai
(Sura-konti) dari alam surga. anak-anak yang baik ini merupakan keberkahan bagi
orang tuanya dan negara tempat mereka dilahirkan.
1. Catummaharajika Bhumi.
Catummaharajika berarti empat raja dewa. Suatu
alam disebut Catummaharajika Bhumi atau alam empat raja dewa, karena di alam
ini berdiam empat raja dewa yang merupakan penjaga empat Penjuru Dunia. Empat raja
dewa itu bernama Davadhatarattha, Davavirulaka,
Davavirupakkha, dan Davakuvera. Catummaharajika Bhumi ini merupakan alam
dewa tingkat paling rendah di antara alam-alam dewa lainnya. Jika makhluk dewa Catummaharajika ini melakukan hubungan sex,
maka hubungan sexnya itu sama seperti yang dilakukan oleh manusia.
Para dewa yang berdiam di
Catummaharajika Bhumi terbagi atas tiga kelompok, yaitu :
1.
Bhumamattha Devata, adalah para dewa yang berdiam di atas tanah, seperti di
gunung, sungai, laut, rumah, cetiya, vihara, dan lain-lain.
2.
Rukakhattha Devata, adalah para dewa yang berdiam di atas pohon. Dewa ini
terbagi atas dua kelompok, yaitu kelompok dewa yang mempunyai kahyangan di atas
pohon dan kelompok dewa yang tidak mempunyai kahyangan di atas pohon.
3.
Akasattha Devata, adalahparadewayangberdiamdiangkasa, seperti dibulan,bintang,
dan planet lain.
Jangka
waktu kehidupan di alam dewa Catummaharajika ini adalah lima ratus tahun dewa, atau yang dalam perhitungan tahun manusia sama dengan sembilan juta tahun. Di dalam kitab suci dijelaskan bahwa jangka waktu
lima puluh tahun di alam manusia sama dengan satu hari satu malam di alam dewa
Catummaharajika. Jangka waktu hidup makhluk dewa Catummaharajika ini
sesungguhnya paling pendek di antara dewa-dewa lainnya. Kehidupan makhluk dewaCatummaharajikainijuga
sesungguhnya paling tidak menyenangkan di antara dewa-dewa lainnya.
Makhluk-makhluk dapat bertumimbal lahir di Catummaharajika Bhumi ini karena pada
kehidupannya yang lampau, mereka taat melaksanakan Pancasila Buddhis dan
melakukan perbuatan-perbuatan baik, tetapi disertai dengan pamrih. Oleh sebab
itu, setiap umat Buddha seyogyanya melakukan perbuatan-perbuatan baik dengan
hati yang ulus ikhlas (tanpa
pamrih).
2.Tavatimsa Bhumi.
Tavatimsa berarti tiga puluh tiga
dewa. Suatu alam disebut Tavatimsa Bhumi atau alam tiga puluh tiga dewa, karena
pada awalnya di alam ini berdiam tiga
puluh tiga dewa yang pada kehidupan sebelumnya, mereka adalah sekelompok
pria yang berjumlah tiga puluh tiga orang yang selalu bekerja samadalam
berbuatkebaikan, seperti bersama-sama membantu fakir miskin.bersama-sama membangun
vihara, dan lain-lain.
Makhluk-makhluk dapat bertumimbal lahirdi
Tavatimsa Bhumi ini karena mereka taat melaksanakan Pancasila Buddhis dan melakukan
perbuatan-perbuatan baik yang sangat banyak pada kehidupannya yang lampau. Jika
makhluk dewa Tavatimsa ini melakukan hubungan sex, maka hubungan sexnya itu sama seperti yang dilakukan oleh manusia.
Dewa Indra yang dalam agama Buddha disebut dewa Sakka
itu merupakan raja dewa dalam
alam dewa Tavatimsa ini. Raja dewa Indra atau dewa Sakka ini juga menguasai
alam dewa Catummaharajika.
Dalam kitab
suci terdapat sebuah kisah nyata tentang seorang dewa yang hidup di Surga
Tavatimsa bersama dengan seribu dewi. Pada suatu pagi, ketika salah seorang
dewinya sedang berada di sebuah cabang pohon untuk memetik bunga, tiba-tiba tubuhnya
menghilang. Ternyata dewi itu meninggal dari Surga Tavatimsa dan bertumimbal
lahir di alam manusia, di India, di kota Savatthi, sebagai seorang wanita pada
sebuah keluarga berkasta tinggi. la memiliki kemampuan untuk mengingat kembali
kehidupannya yang lampau. la masih mengingat suaminya yang dahulu, seorang dewa
di Surga Tavatimsa, dan sering memberikan persembahan kepadanya disertai doa
agar pada suatu waktu dapat berkumpul kembali dengan suaminya itu.
Sesuai
dengan tradisi di dunia pada waktu itu, ia menikah pada usia enam belas tahun.
Kemudian, ia melahirkan empat orang anak. la merawat anak-anaknya dengan penuh
kasih sayang dan mendidiknya agar menjadi manusia
yang bermoral baik. la berusaha melakukan kewajibannya dengan baik. Namun, ia
tidak dapat melupakan suaminya yang dahulu. la sering memberikan persembahan
dan berbicara tentang suaminya yang dahulu walaupun sebenamya suaminya itu
berada di surga.
Pada suatu waktu, setelah ia hidup di dunia ini selama
seratus tahun, ia sakit dan meninggal dunia. Kemudian, ia bertumimbal lahir di
hadapan suaminya yang dahulu di Surga. Lalu, dewa suaminya itu berkata kepada dewi isterinya, "Kami tidak
melihatmu sejakkemarinpagi. Di manasajakamu berada?"
"Saya terjatuh dari kehidupan ini, Tuanku,"
jawab isterinya.
"Apa ? Apakah engkau bersungguh-sungguh ?"
"Benar, Tuanku."
"Di mana kamu terlahir ?"
"Di Savatthi, pada sebuah keluarga berkasta
tinggi."
"Berapa lama kamu hidup di sana ?"
"Seratus tahun. Mula-mula saya berada dalam rahim
ibu selama sembilan bulan sepuluh hari. Setelah itu, saya lahir. Kemudian, pada
usia enam belas tahun, saya menikah dan mempunyai empat orang anak. Saya suka
berdana dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa. Kini, saya terlahirkembali
di alam dewa."
"Pada umumnya, berapa lama jangka waktu kehidupan
manusia itu ?"
"Sekitar seratus tahun."
"Demikiankah ?"
"Ya, Tuanku."
"Jika kehidupan manusia begitu singkat, apakah
manusia melewati waktunya dengan terlena dan seenaknya saja ataukah mereka
berdana dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa ?"
"Pada umumnya, mereka selalu seenaknya; mereka
menganggap bahwa mereka tidak akan tua dan mati."
Mendengar jawaban isterinya yang demikian
itu, sang dewa menjadi berang dan berkata, "Betapa
bodohnya manusia. Mereka dilahirkan hanya untuk kehidupan seratus tahun, tetapi
masih juga seenaknya, bermasa bodoh dan terlena sepanjang waktu. Jika demikian,
kapan mereka akan terbebas dari penderitaan?"
Demikianlah kisahnya. Tampak
betapa beibeda perhitungan waktu di alam surga dengan di alam manusia. Jangka
waktu puluhan tahun hidup sebagai manusia temyata lamanya kurang dari satu hari
di alam surga. Tepatnya jangka waktu seratus tahun di alam
manusia sama dengan satu hari satu malam di alam Surga Tavatimsa. Di dalam
kitab suci dijelaskan bahwa jangka waktu kehidupan di Surga Tavatimsa adalah seribu tahun surgawi, atau yang dalam
perhitungan tahun manusia sama dengan tiga puluh enam juta tahun. Jangka waktu
kehidupan di Surga Tavatimsa ini sama dengan empat kali jangka waktu
kehidupan di alam dewa Catummaharajika.
3. Yama Bhumi.
Suatu alam disebut Yama Bhumi
atau alam dewa Yama, karena para dewa yang berdiam di alam ini terbebas dari
kesulitan. para-dewa yang berdiam di
alam ini selalu hidup dalam kesenangan. Jika makhluk dewaYama ini melakukan hubungan sex, maka hubungannya
itu hanya melalui sentuhan dan ciuman.
Makhluk-makhluk dapat bertumimbal lahir di Yama
Bhumi ini karena mereka taat melaksanakan Pancasila Buddhis dan melakukan
perbuatan-perbuatan baik yang sangat banyak pada kehidupannya yang lampau.
Jangka waktu kehidupan di alam dewa Yama adalah dua ribu tahun surgawi, atau yang dalam perhitungan tahun manusia
sama dengan seratus empat puluh empat juta tahun. Jangka waktu kehidupan di
alam dewa Yama ini sama dengan empat kali jangka waktu kehidupan di alam dewa
Tavatimsa. Di dalam kitab suci dijelaskan bahwa jangka waktu dua ratus tahun di
alam manusia sama dengan satu hari satu malam di alam dewa Yama.
4. Tusita Bhumi.
Suatu alam
disebut Tusita Bhumi atau alam
kenikmatan, karena para dewa yang berdiam di alam ini terbebas dari
kepanasan hati; yang ada hanya kesenangan dan kenikmatan. Jika makhluk dewaTusita
ini melakukan hubungan sex, maka
hubungannya itu hanya melalui sentuhan tangan.
Makhluk-makhluk dapat bertumimbal
lahir di Tusita Bhumi ini karena mereka
taat melaksanakan Pancasila Buddhis dan melakukan perbuatan baik yang banyak pada kehidupannya lampau.
Jangkawaktu kehidupan di alam dewaTusita adalah empat ribu tahun surgawi, atau yang dalam perhitungan tahun manusia
sama dengan lima ratus tujuh puluh enam juta tahun. Jangka waktu kehidupan di
alam dewa Tusita ini sama dengan empat kali jangka waktu kehidupan di alam dewa
Yama. Dalam kitab suci dijelaskan bahwa jangka waktu empat ratus tahun di alam
manusia sama dengan satu hari satu malam di alam dewa Tusita.
5. Nimmanarati Bhumi.
Suatu alam disebut Nimmanarati
Bhumi atau alam dewa yang menikmati
ciptaannya, karena para dewa yang diam di alam ini menikmati kesenangan
panca indera hasil ciptaannya. Jika makhluk dewa Nimmanarati ini melakukan hubungan sex, maka hubungannya
itu hanya meialui melihat dan tersenyum.
Makhluk-makhluk dapat bertumimbal
lahir di Nimmanarati Bhumi ini karena mereka taat melaksanakan Pancasila
Buddhis dan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang sangat banyak pada
kehidupannya yang lampau. Jangka waktu kehidupan di alam dewa Nimmanarati
adalah-deiapan ribu tahun surgawi, atau yang dalam perhitungan
tahun manusia sama dengan dua ribu tiga ratus empat juta tahun. Jangka waktu
kehidupan di Nimmanarati Bhumi ini sama dengan empat kali jangka waktu
kehidupan di alam dewaTusita. Di dalam kitab suci dijelaskan bahwa jangka waktu delapan ratus tahun di alam
manusia sama dengan satu hari satu malam di alam dewa Nimmanarati.
6. Paranimmita-vasavatti Bhumi.
Suatu alam disebut
Paranimmitavasavatti Bhumi atau alam dewa yang membantu menyempurnakan
ciptaan dari dewa-dewa lainnya, karena para dewa yang diam di alam ini di samping
menikmati kesenangan panca indera, juga mampu membantu menyempumakan ciptaan
dewa-dewa lain. Jika makhluk dewa Paranimmita vasavatti ini melakukan hubungan sex, maka hubungannya
itu hanya meialui pandangan mata.
Makhluk-makhluk dapat bertumimbal
lahir di Paranimitta vasavatti Bhumi ini karena mereka taat melaksanakan
Pancasila Buddhis dan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang sangat banyak
pada kehidupannya yang lampau. Jangka waktu kehidupan di alam dewa Paranimitta
vasavatti adalah enam belas ribu tahun
surgawi, atau yang dalam perhitungan tahun manusia adalah sembilan ribu
seratus dua puluh enamjuta tahun. Jangka waktu kehidupan di
Paranimmita-vasavatti Bhumi ini sama dengan empat kali jangka waktu kehidupan
di alam dewa Nimmanarati Bhumi. Di dalam kitab suci dijelaskan bahwajangka waktu seribu enam ratus tahun di alam manusia sama dengan satu hari satu
malam di alam dewa Paranimmitavasavatti.
Perbedaan alam manusia dengan alam dewa.
Alam manusia dan alam dewa termasuk dalam satu kelompok
alam yang sama, yaitu alam nafsu yang menyenangkan atau Kamasugati Bhumi.
Namun, di antara keduajenis alam ini terdapat beberapa perbedaan.
Di alam dewa, makhluk suci atau
Ariya Puggalanya lebih banyak daripada di alam manusia, kemajuan batin para
dewa lebih cepat daripada manusia, dan ada beberapa segi kehidupan dewa yang
lebih baik dari pada manusia. Di alam dewa, Ariya Puggalanya lebih banyak
daripada di alam manusia. Sebab, pada jaman Sang Buddha Gotama banyak umat
Buddha dan anggota sangha yang mencapai tingkat-tingkat kesucian seperti
Sotapanna dan Sakadagami setelah mendengar khotbah langsung dari Sang Buddha.
Setelah meninggal dunia, mereka bertumimbal lahir di alam dewa sebagai Ariya
Puggala. Di alam dewa, kemajuan batin para dewa lebih cepat daripada manusia.
Sebab, bagi dewa dewa yang belum mencapai kesucian,bila mereka mempunyai waktu untuk
mendengar dan melaksanakan Dhamma dan Vinaya, maka mereka akan mencapai
tingkat-tingkat kesucian dalam waktu yang singkat.
Alam manusia juga mempunyai keistimewaan yang tidak
terdapat di alam dewa, yaitu di alam manusia ada sangha atau persaudaraan
bhikkhu, ada yang mengajar dan beiajar Tripitaka. Sedangkan, di alam dewa tidak
ada sangha dan tidak ada yang mengajar Tripitaka. Para bodhisatva yang ingin
meneruskan Dasa Paramita atau sepuluh macam kesempurnaan perbuatan baik
sehingga dapat mencapai tingkat kebuddhaan, sebagian besar lahir di alam
manusia ini.
Untuk lebih memantapkan
pengetahuan Anda tentang Sebelas Kama Bhumi, cobalah kerjakan latihan di bawah ini !
1. Apa yang dimaksud dengan Bhumi? Terbagi dalam berapa kelompokkah Bhumi itu?
Jelaskan!
2. Apakah makhluk setan dapat menerima dan memakan
makanan yang disajikan orang dalam upacara sembahyang? Jelaskan!
3. Mengapa ada alam dewa yang disebut Tavatimsa Bhumi?
Jelaskan!
Kunci Jawaban Latihan
1. Yang dimaksud dengan Bhumi adalah alam kehidupan yang
terdapat di alam semesta ini yang merupakan tempat berdiamnya makhluk-makhluk.
Bhumi itu seluruhnya berjumlah tiga puluh satu alam dan terbagi atas tiga
kelompok, yaitu :
a. Kama Bhumi, yang terdiri atas sebelas alam. b. Rupa
Bhumi, yang terdiri atas enam belas alam. c. Arupa Bhumi, yang terdiri atas
empat alam.
2. Tidak
semua makhluk setan dapat menerima dan memakan makanan yang disajikan orang
dalam upacara sembahyang. Dalam kitab suci dijelaskan bahwa hanya ada satu
jenis setan yang dapat menerima dan memakan makanan yang disajikan orang dalam
upacara sembahyang, yaitu Paradattupajivika Peta.
3. Suatu
alam disebut Tavatimsa Bhumi atau alam tiga puluh tiga dewa, karena pada
awalnya di alam ini berdiam tiga puluh tiga dewa yang pada kehidupan
sebelumnya, mereka adalah sekelompok pria yang berjumlah tiga puluh tiga orang
yang selalu bekerja sama dalam berbuat kebaikan, seperti bersama-sama membantu
fakir miskin, bersama-sama membangun vihara, dan tain-lain.
C. Rupa Bhumi Enam Belas
Setiap
manusia yang melaksanakan Samatha Bhavana hingga berhasil mencapai rupa-jhana
akan bertumimbal lahir di Rupa Bhumi setelah kematiannya. Untuk itu, setiap
manusia, termasuk umat Buddha, yang inginbertumimbal lahirdi Rupa Bhumi
harusmemahami ajaran Samatha Bhavana secara tepat dan mempraktekkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam Kegiatan Belajar kedua ini akan dibahas mengenai
Enam belas Rupa Bhumi yang mempakan tempat tumimbal lahimya makhluk-makhluk
yang mempunyai rupa-jhana.
Untuk mencapai Rupa-jhana, setiap
manusia, termasuk umat Buddha, hams melaksanakan Samatha Bhavana. Samatha
Bhavana mempakan pengembangan ketenangan batin. Dengan melaksanakan Samatha
Bhavana, kekotoran-kekotoran batin hanya dapat diendapkan, tidak dapat dibasmi
secara total. Jadi, Samatha Bhavana merupakan meditasi yang hanya dapat menuju
ke arah pengendapan kekotoran batin, tetapi tidak dapat menuju ke arah
pembasmian kilesa atau pembersihan batin secara total.
Dalam melaksanakan Samatha
Bhavana, para meditator mengambil salah satu objek dari empat puluh objek yang
terdapat dalam Samatha Bhavana. Objek yang dipilih itu tentu harus sesuai
dengan carita atau sifat meditator tersebut. Jika meditator itu dapat
melaksanakan Samatha Bhavana dengan tekun dan ada dukungan karma baik yang
lampau, maka pada suatu saat nanti, mereka akan berhasil mencapai rupajhana.
Jadi, usaha yang telah mereka lakukan sejak dahulu kala itu tidak sia-sia.
Enam Belas Rupa Bhumi
Di dalam
tiga puluh satu alam kehidupan terdapat satu kelompok alam yang disebut Rupa
Bhumi. Rupa Bhumi merupakan alam kehidupan yang makhluknya mempunyai
rupa-jhana. Rupa Bhumi merupakan tempat tinggal makhluk Rupa Brahma. Rupa Bhumi
terdiri atas enam belas alam, dan dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok,
yaitu Pathama Jhana Bhumi, Dutiya Jhana Bhumi, Tatiya Jhana Bhumi, dan Catuttha
Jhana Bhumi.
Setiap makhluk yang berdiam di
Rupa Bhumi ini mempunyai jangka waktu kehidupan yang berbeda-beda. Jangka waktu
kehidupan mereka amat lama sekali, sehingga tidak dihitung dengan
menggunakanperhitungantahun, tetapi dihitung dengan menggunakan perhitungan
kappa, Asankkheyya Kappa, dan Maha Kappa. Satu Maha Kappa sama dengan
seribu Asankkheyya Kappa. Satu Asankkheyya Kappa sama dengan seribu Kappa.
Jadi, satu Maha Kappa sama dengan satu juta Kappa.
Satu Kappa berarti satu masa
dunia. Mengenai
perhitungan kappa. Sang Buddha bersabda sebagai berikut:
"Sungguh
lama, 0 para siswa, umur satu masa dunia dan tidak mungkin dihitung dengan
perhitungan tahun. Sebab, dalam satu masa dunia itu terdapat begitu
banyaktahun, begitu banyak abad, begitu banyak ribuan tahun, begitu
banyak-ratus ribuan tahun. Jika sekiranya ada sebuah batu karang besar yang
berukuran panjang satu mil, lebar satu mil, dan tinggi satu mil, yang mana batu
karang itu merupakan satu gumpalan yang padat dengan tidak ada patah, pecah
atau retak, dan tiap-tiap seratus tahun, seseorang datang dan menggosokkan
sutra satu kali pada batu karang itu, maka batu karang yang besar dan kasar itu
lebih dahulu habis dari pada umur satu masa dunia (kappa) itu."
Dari uraian di atas, jelaslah
bahwa umur satu masa dunia itu sangat lama sekali, sehingga tidak mungkin
dihitung dengan perhitungan tahun. Umur satu masa dunia itu hanya dapat
diumpamakan sama seperti lamanya waktu yang diperlukan untuk hancurnya sebuah
batu karang yang sangat besar. Dengan demikian, jangka waktu kehidupan
makhluk-makhluk yang berdiam di alam Brahma yang menggunakan perhitungan kappa
itu sangat lama sekali.
Pathama Jhana Bhumi.
PathamaJhana
Bhumi merupakan alam kehidupan jhana pertama. Pathama Jhana Bhumi merupakan
tempat tinggal makhluk rupa brahma yang mempunyai rupa jhana tingkat pertama.
Pathama jhana Bhumi terdiri atas tiga alam, yaitu :
1. Brahma Parisajja
Bhumi, atau alam pengikut-pengikut Brahma.
2. Brahma Purohita
Bhumi, atau alam para menterinya Brahma.
3. Maha Brahma
Bhumi, atau alam Brahma yang besar.
Setiap makhluk yang berdiam di Pathama Jhana
Bhumi mempunyai jangka waktu kehidupan yang berbeda-beda. Jangka waktu
kehidupan makhluk yang berdiam di Pathama Jhana Bhumi ini sangat lama sekali,
sehingga menggunakan perhitungan Maha Kappa. Satu Maha Kappa sama dengan
satujuta Kappa. Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma Parisajja
Bhumi adalah sepertiga Maha Kappa. Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam
di Brahma Purohita Bhumi adalah setengah Maha Kappa. Sedangkan, jangka waktu
kehidupan makhluk yang berdiam di Maha Brahma Bhumi adalah satu Maha Kappa.
Bila jangka waktu kehidupan makhluk-makhluk tersebut telah habis, maka mereka
akan meninggal dari alamnya untuk bertumimbal lahir lagi di alam-alam lain,
sesuai dengan karmanya.Jadi,makhluk-makhlukyang berdiam di PathamaJhana Bhumi
ini masih diceng keram juga oleh
anicca atau ketidakkekalan.
Dutiya Jhana Bhumi.
Dutiya
Jhana Bhumi merupakan alam kehidupan jhana kedua. Dutiya Jhana Bhumi merupakan
tempat tinggal makhluk rupa brahma yang mempunyai rupa jhana tingkat kedua dan
rupa jhana tingkat ketiga. Makhluk rupa brahma yang mempunyai rupa jhana
tingkat kedua dan ketiga ini dapat bertumimbal lahir'di satu alam yang sama,
yaitu Dutiya Jhana Bhumi, karena keadaan batin mereka amat dekat sekali.
Dutiya Jhana Bhumi
terdiri atas tiga alam, yaitu :
1. Brahma Parittabha
Bhumi, atau alam para brahma yang kurang bercahaya.
2. Brahma
Appamanabha Bhumi, atau alam para brahma yang tak terbatas cahayanya.
3. Brahma Abhassara
Bhumi, atau alam para brahma yang gemerlapan cahayanya.
Setiap
makhluk yang berdiam di Dutiya Jhana Bhumi mempunyai jangka waktu kehidupan
yang berbeda-beda.Jangkawaktu kehidupan makhluk yang berdiamdi Brahma
Parittabha Bhumi adal ah dua Maha kappa. Jangka waktu kehidupan makhluk yang
berdiam di Brahma Appamanabha Bhumi adalah empatMaha Kappa. Sedangkan, jangka
waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma Abhassara Bhumi adalah delapan
Maha Kappa. Bila jangka waktu kehidupan makhluk-makhluk tersebut telah habis,
maka mereka akan meninggal dari alamnya untuk bertumimbal lahir lagi di
alam-alam lain, sesuai dengan karmanya. Jadi, makhluk-makhluk yang berdiam di
Dutiya Jhana Bhumi ini masih dicengkeram juga oleh anicca atau ketidakkekalan.
Tatiya
Jhana Bhunii.
Tatiya
Jhana Bhumi merupakan alam kehidupan jhana ketiga. Tatiya Jhana Bhumi merupakan
tempat tinggal makhluk rupa brahma yang mempunyai rupa-jhana tingkat keempat.
Tatiya Jhana Bhumi terdiri atas tiga alam, yaitu :
1. Brahma
Parittasubha Bhumi, atau alam para brahma yang kurang auranya.
2. Brahma
Appamanasubha Bhumi, atau alam para brahma yang tak terbatas auranya.
3. Brahma
Subhakinha Bhumi, atau alam para brahma yang auranya penuh dan tetap.
Setiap makhluk yang berdiam di Tatiya Jhana
Bhumi mempunyai jangka waktu kehidupan yang berbeda-beda. Jangka waktu
kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma Parittasubha Bhumi adalah enam belas
Maha Kappa. Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma Appamanasubha
Bhumi adalah tiga puluh dua Maha Kappa. Sedangkan, jangka waktu kehidupan
makhluk yang berdiam di Brahma Subhakinha Bhumi adalah enam puluh empat Maha
Kappa. Bila jangka waktu kehidupan makhluk-makhluk tersebut telah habis, maka
mereka akan meninggal dari alamnya untuk bertumimbal lahir lagi di alam-alam
lain, sesuai dengan karmanya. Jadi, makhluk-makhluk yang berdiam di Tatiya
Jhana Bhumi ini masih dicengkeram juga oleh anicca atau ketidakkekalan.
Catuttha Jhana Bhumi
CatutthaJhana
Bhumi merupakan alam kehidupanjhanakeempat. Catuttha Jhana Bhumi merupakan
tempat tinggal makhluk rupa brahma yang mempunyai rupa-jhana tingkat kelima.
Catuttha Jhana Bhumi terdiri atas tujuh alam, yaitu :
1. Brahma
Vehapphala Bhumi, atau alam para brahma yang besar pahalanya.
2.
Brahma Asannasatta Bhumi, atau alam para brahma yang kosong dari kesadaran
(yang tidak bergerak).
3. Brahma Aviha
Bhumi, atau alam para brahma yang tidak bergerak.
4. Brahma Atappa
Bhumi, atau alam para brahma yang suci.
5. Brahma Suddassa
Bhumi, atau alam para brahma yang indah.
6. Brahma Suddassi
Bhumi, atau alam para brahma yang berpandangan terang.
7. Brahma Akanittha
Bhumi, atau alam para brahma yang luhur.
Setiap
makhluk yang berdiam di Catuttha Jhana Bhumi mempunyai jangkawaktu kehidupan
yang berbeda-beda. Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma
Vehapphala Bhumi adalah limaratus Maha Kappa. Jangkawaktu kehidupan makhluk
yangberdiam di Brahma Asannasatta Bhumi adalah lima ratus Maha Kappa. Jangka
waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma Aviha Bhumi adalah seribu Maha
Kappa. Jangkawaktu kehidupan makhluk yangberdiam di Brahma Atappa Bhumi adalah
dua ribu Maha Kappa. Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma
Suddassa Bhumi adalah empat ribu Maha Kappa. Sedangkan, jangka waktu kehidupan
makhluk yang berdiam di Brahma Suddassi Bhumi adalah delapan ribu Maha Kappa.
Sedangkan, jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma Akanittha
Bhumi adalah enam betas ribu Maha Kappa. Bila jangkawaktu kehidupan
makhluk-makhluktersebut telah habis, maka mereka akan meninggal dari alamnya
untuk bertumimbal lahir lagi di alam-alam lain, sesuai dengan karmanya. Jadi, makhluk-makhluk
yang berdiam di Catuttha Jhana Bhumi ini masih dicengkeram juga oleh anicca
atau ketidakkekalan.
Suddhavasa Bhumi.
Dalam Catuttha
Jhana Bhumi terdapat tujuh alam kehidupan yang makhluknya mempunyai rupa-jhana
tingkat kelima. Dari ketujuh alam yang terdapat dalam Catuttha Jhana Bhumi ini
ada lima alam kediaman yang mumi, yang merupakan alam kehidupan khusus untuk
para anagami, yang disebut Suddhavasa Bhumi. Alam Suddhavasa ini terdiri atas
lima alam, yaitu Brahma Aviha Bhumi, Brahma Atappa Bhumi, Brahma Sudassa Bhumi,
Brahma Sudassi Bhumi, dan Brahma Akanittha Bhumi.
Pada umumnya, makhluk-makhluk
yang berdiam di Suddhavasa Bhumi ini adalah para anagami. Namun, tidak semua
anagami dapat bertumimbal lahir di Suddhavasa Bhumi. Anagami yang dapat bertumimbal
lahir di Suddhavasa Bhumi ini adalah anagami yang mempunyai Pancamajjhana
Kusala atau rupa jhana tingkat kelimadan mempunyai Panca indriya atau lima
macam kekuatan. Panca indriya itu terdiri atas:
1. Saddhindriya atau keyikinan.
2. Viriyindriya atau usaha.
3. Satindriya atau kesadaran.
4. Samadhindriya atau konsentrasi.
5. Pannindriya atau kebijaksanaan.
Anagami yang kuat
dalam Saddhindriya akan bertumimbal lahirdiBrahmaAviha Bhumi. Anagami yang kuat
dalam Viriyindriya akan bertumimbal lahir di Brahma Atappa Bhumi. Anagami yang
kuat dalam Satindriya akan bertumimbal lahir di Brahma Sudassa Bhumi- Anagami
yang kuat dalam Samadhindriya akan bertumimbal lahir di Brahma Sudassi Bhumi.
Anagami yang kuat dalam Pannindriya akan bertumimbal lahir di Brahma Akanittha
Bhumi.
Anagami yang tidak mempunyai
Pancamajjhana Kusala tidak dapat bertumimbal lahir di alam Suddhavasa. Mereka
akan bertumimbal lahir di salah satu alam dalam Rupa Bhumi, sesuai dengan
tingkatanjhananya.Jikaanagamiitu mempunyai rupa-jhanatingkatpertama,makaia akan
bertumimbal lahir di salah satu alam dari PathamaJhana Bhumi, sesuai dengan
kekuatanjhananya. Jika anagami itu mempunyai rupa-jhana tingkat kedua atau
ketiga, maka ia akan bertumimbal lahir di salah satu alam dari Dutiya Jhana Bhumi,
sesuai dengan kekuatanjhananya. Jika anagami itu mempunyai rupa-jhana tingkat
keempat, maka ia akan bertumimbal lahir di salah satu alam dari Tatiya Jhana
Bhumi, sesuai dengan kekuatanjhananya.
Setiap anagami pasti akan
bertumimbal lahir di alam Brahma setelah kematiannya dari alam manusia atau
alam dewa. Untuk dapat bertumimbal lahir di alam Brahma, Anagami harus
mempunyai jhana. Jika anagami itu tidak mempunyai jhana semasa hidupnya, maka
ia tetap akan bertumimbal lahir di alam brahma. Sebab, anagami yang tidak
mempunyai jhana semasa hidupnya itu akanjiwndagiatkan magga^ddhijjhana sewaktu
akan meninggal dunia. Dengan kekuatan maggasiddhi-jhana inilah para anagami
akan bertumimbal lahir di salah satu alam dalam Rupa Bhumi (tidak termasuk alam
Suddhavasa).
Rupa brahma adalah brahma yang
bermateri, yaitu brahma yang mempunyai pancakkhandha atau lima kelompok
kehidupan. Rupa brahma mempunyai rupakkhandha atau kelompok jasmani dan
namakkhandha atau kelompok batin. Namun, dalam enam belas Rupa Bhumi terdapat satu
alam yang makhluknya hanya mempunyai Rupakkhandha atau kelompok materi, yaitu
Asann<isatta_Bhumi. Makhluk brahma yang berdiam di Asannasatta Bhumi tidak
mempunyai sanna atau pencerapan. Sanna merupakan cetasika atau bentuk-bentuk
batin yang selalu timbul bersama dengan citta atau kesadaran. Jadi, makhluk
Asannasatta Brahma tidak mempunyai citta dan cetasika, yangberarti tidak
mempunyai namakkhandha atau kelompok batin. Makhluk Asannasatta Brahma tidak
mempunyai namakkhandha karena pada kehidupan sebelumnya, mereka mempunyai
miccha dilthi atau pandangan salah yang menganggap bahwa nama atau batin
merupakan penyebab timbiilnya dukkha. la beranggapan bahwa iamenderita karena
iamasihmemilikinama atau batin, sehinggaia tidak inginmemilikinama atau batin
lagi pada kehidupannya yang akan datang.
Dari uraiandiatasjelaslah
bahwa makhluk-makhluk Asannasatta Brahma hanya memilikirupa atau materi. Oleh
sebab itu, dalam Abhidhamma, Asannasatta Bhumi disebutjuga Ekavokara Bhumi,
yaitu alam yang makhluknya hanya mempunyai satu khandha (rupakkhandha). Karena
makhluk Asannasatta Brahma hanya mempunyai Rupakkhandha atau kelompok materi
saja, maka mereka tidak dapat melakukan kamma atau perbuatan apa pun selama
mereka hidup di alam tersebut. Namun, makhluk Asannasatta Brahma yang hanya
memiliki Rupakkhandha saja tetap merupakan makhluk hidup di dalam agama Buddha,
karena mereka dilahirkan oleh Janaka Kamma dan kehidupannya diatur oleh Kamma
Niyama(hukum karma).
Dalam tiga puluh
satu alam kehidupan, sesuai dengan jalannya hukum karma, kita pemah dilahirkan
pada dua puluh enam alam kehidupan (tidak termasuk lima Suddhavasa
Bhumi).Sebab, Suddhavasa Bhumi merupakan alam khusus untuk para anagami,
sedangkan kita belum mencapai kesucian anagami. Lagi pula, bila kita telah
mencapai anagami dan bertumimbal lahir di Suddhavasa Bhumi, maka kita
tidak mungkin akan bertumimbal lahir lagi di alam-alam kehidupan yang lain.
Para anagami yangberdiam di Suddhavasa Bhumi akan mencapai tingkat kesucian
arahat di alam tersebut.
Untuk lebih memantapkan
pengertian dan pengetahuan Anda tentang Enam Belas Rupa Bhumi, cobalah kerjakan
latihan di bawah ini!
1.
Dalam agama Buddha diuraikan adanya tiga puluh satu alam kehidupan yang dapat
dibagi atas tiga kelompok. Salah satu di antaranya adalah Rupa Bhumi. Apa yang
dimaksud dengan Rupa Bhumi itu? Jelaskan!
2.
Dalam Rupa Bhumi terdapat kelompok alam yang disebut Suddhavasa Bhumi yang
merupakan alam kediaman yangmurni.Jikasesuatu makhluk ingin bertumimbal lahir
di Suddhavasa Bhumi, maka syarat-syarat apa yang hams dipenuhi untuk itu?
3.
Kitatelahmengalami tumimballahir yangberulang-ulangdi alam-alam kehidupan ini.
Jikaditinjau secara mendalam, maka kita sesungguhnya pemah dilahirkan di berapa
alamkehidupan? Jelaskan!
4.
Para Anagami tidak akan bertumimbal lahir lagi di alam manusia atau dewa.
Mereka akan bertumimbal lahir di alam Brahma. Namun, untuk dapat bertumimbal
lahir di alam Brahma, para anagami harus memiliki jhana. Lalu, bagaimana dengan
anagami yang tidak memiliki jhana? Jelaskan!
Kunci Jawaban Latihan
1. Yang dimaksud dengan Rupa Bhumi ialah alam
kehidupan yang makhluknya mempunyai rupa-jhana. Rupa Bhumi merupakan tempat
tinggal makhluk Rupa Brahma.
2. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat
bertumimbal lahir di alam Suddhavasa adalah:
a. telah mencapai tingkat kesucian anagami.
b. mempunyai Pancarnajjhana Kusala atau rupa jhana
tingkat kelima. c. mempunyai panca indriya atau Hma macam kemampuan.
3.
Sesuai dengan jalannya hukum karma, kita pemah dilahirkan di dua puluh enam
alam kehidupan (tidaktennasuklimaalam Suddhavasa). Sebab, Suddhavasa Bhumi
merupakan alam khusus untuk para anagami, sedangkan kita belum- mencapai
kesucian anagami. Lagi pula, bila kita telah mencapai anagami dan bertumimbal
lahir di Suddhavasa Bhumi, maka kita tidak mungkin akan bertumimbal lahir lagi
di alam-alam kehidupan yang lain. Para anagami yang berdiam di Suddhavasa Bhumi
akan mencapai tingkat kesucian arahat di alam tersebut.
4.
Jika anagami itu tidak mempunyai jhana semasa hidupnya, maka ia tetap akan
bertumimbal lahir di alam brahma. Sebab, anagami yang tidak mempunyai jhana
semasa hidupnya itu akan mendapatkan maggasiddhi-jhana sewaktu akan meninggal
dunia. Dengan kekuatan maggasiddhi-jhana inilah para anagami akan bertumimbal
lahir di salah satu alam dalam Rupa Bhumi (tidak termasuk alam Suddhavasa).
D. Empat Arupa Bhumi
Setiap
manusia yang melaksanakan Samatha Bhavana hingga berhasil mencapai arupa-jhana
akan bertumimbal lahir di Arupa Bhumi setelah kematiannya. Untuk itu, setiap
manusia, termasuk umat Buddha, yang ingin bertumimbal lahir di Arupa Bhumi
harus memahami ajaran Samatha Bhavana secara tepat dan mempraktekkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam Kegiatan Belajar ketiga ini akan dibahas mengenai
Empat Arupa Bhumi yang merupakan tempat tumimbal lahimya makhluk-makhluk yang
mempunyai arupa-jhana.
Untuk mencapai Arupa-jhana,
setiap manusia, termasuk umat Buddha, hams melaksanakan Samatha Bhavana.
Samatha Bhavana merupakan pengembangan batin yang bertujuan untuk mencapai
jhana dan abhinna atau kemampuan batin. Dengan melaksanakan Samatha Bhavana,
kekotoran-kekotoran batin hanya dapat diendapkan. Dengan demikian, Samatha
Bhavana hanya dapat menuju ke arah pengendapan kekotoran batin, tidak dapat
menuju ke arah pembasmian kilesa.
Dalam melaksanakan Samatha
Bhavana, para meditator mengambil salah satu objek dari empat arupa yang
terdapat dalam Samatha Bhavana. Objek yang dipilih itu tentu hams sesuai dengan
carita atau sifat meditator tersebut. Jika meditator itu dapat melaksanakan
Samatha Bhavana dengan tekun dan adadukungan karmabaikyang lampau, maka pada
suatu saat nanti, mereka akan berhasil mencapai arupa jhana. Jadi, usaha yang
telah mereka lakukan sejak dahulu kala itu tidak sia-sia.
Empat Arupa Bhumi.
Di
dalam tiga puluh satu alam kehidupan terdapat satu kelompok alam yang disebut
Arupa Bhumi. Arupa Bhumi merupakan alam kehidupan yang makhluknya mempunyai
arupa-jhana atau jhana yang tidak bennateri. Arupa jhana terdiri atas empat
jenis, yaitu:
1. Akasanancayatana
jhana (Pathama arupa jhana), yang merupakan arupa jhana tingkat pertama.
2. Vinnanancayatana
jhana (Dutiya arupa jhana), yang merupakan arupa jhana tingkat kedua.
3. Akincannayatana
jhana (Tatiya arupa jhana), yang merupakan arupa jhana tingkat ketiga.
4.
Nevasannanasannayatana jhana (Catuttha arupa jhana), yang merupakan arupa jhana
tingkat keempat.
Makhluk yang mempunyai arupa
jhana disebut Arupa Brahma. Arupa Brahma berdiam di Arupa Bhumi. Jadi, Arupa Bhumi
merupakan tempat tinggal makhluk Arupa Brahma. Arupa Bhumi terdiri atas empat alam,
yaitu :
1.
Akasanancayatana Bhumi, yang merupakan Arupa Bhumi tingkat pertama.
Akasanancayatana Bhumi merupakan alam kehidupan yang makhluk-makhluknya
berhasil mencapai keadaan dari konsepsi ruangan yang tanpa batas.
2.
Vinnanancayatana Bhumi, yang merupakan Arupa Bhumi tingkat kedua.
Vinnanancayatana Bhumi merupakan alam kehidupan yang makhluk-makhluknya
berhasil mencapai keadaan dari konsepsi kesadaran yang tanpa batas.
3.
Akincannayatana Bhumi, yang merupakan Arupa Bhumi tingkat ketiga. Akincannayatana
Bhumi merupakan alam kehidupan yang makhluk-makhluknya berhasil mencapai
keadaan dari konsepsi kekosongan.
4.
Nevasannanasannayatana Bhumi, yang merupakan Arupa Bhumi tingkat keempat.
Nevasannanasannayatana Bhumi merupakan alam kehidupan yang makhluknya berhasil
mencapai keadaan dari konsepsi bukan pencerapan pun bukan tidak pencerapan.
MakhlukArupa Brahma merupakan
brahma yang tidak bermateri, karena mereka tidak mempunyai Rupakkhandha
(kelompok jasmani atau materi). Makhluk Arupa Brahma ini tidak mempunyai
Rupakkhandha karena pada kehidupan sebelumnya, mereka mempunyai miccha
ditthi atau pandangan salah yang menganggap bahwa rupa atau jasmani itu
merupakan penyebab timbulnya dukkha. la beranggapan bahwa ia menderita karena
ia masih memiliki rupa atau jasmani, sehingga ia tidak ingin memiliki rupa atau
jasmani lagi pada kehidupannya yang akan datang.
Makhluk Arupa brahma hanya
mempunyai Namakkhandha atau kelompok batin, yaitu vedanakkhandha atau kelompok
perasaan, sannakkhandha atau kelompok pencerapan, sankharakkhandha atau
kelompok bentuk pikiran, dan vinnanakkhandha atau kelompok kesadaran. Oleh
sebab itu, alam tempat tinggal makhluk Arupa Brahma ini disebut juga Catuvokara
Bhumi, yang berarti alam yang makhluk-makhluknya hanya memiliki empat khandha (Namakkhandha).
Walaupun Arupa Brahma hanya memiliki Namakkhandha, tetapi Arupa Brahma tetap
merupakan makhluk hidup di dalam agama Buddha, karena Arupa Brahma ini
dilahirkan oleh Janaka Kamma dan kehidupannya diatur oleh Kamma Niyama (hukum
karma).
Setiap makhluk yang berdiam di
Arupa Bhumi mempunyai jangkawaktu kehidupan yangberbeda-beda. Jangkawaktu
kehidupan makhluk yang berdiam di Akasancayatana Bhumi adalah duapuluh ribu
Maha Kappa. Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Vinnanancayatana Bhumi
adalah empat puluh ribu Maha Kappa. Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam
di Akincannayatana Bhumi adalah enam puluh ribu Maha Kappa. Sedangkan, Jangka
waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Nevasannanasannayatana Bhumi adalah
delapan puluh empat ribu Maha Kappa. Bisa terbayangkan berapa lamanya itu.
Namun, makhluk-makhluk yang berdiam di Arupa Bhumi masih dicengkeram juga oleh
anicca atau ketidakkekalan. Bila jangka waktu kehidupan makhluk-makhluk
tersebut telah habis, maka mereka akan meninggal dari alamnya untuk bertumimbal
lahir lagi di alam-alam lain, sesuai dengan karmanya.
Untuk lebih memantapkan pengertian dan pengetahuan
Anda tentang EmpatArupa Bhumi, cobalah kerjakan latihan di bawah ini!
1. Apa yang dimaksud dengan Arupa Bhumi? Jelaskan!
2. Arupa Bhumi terdiri atas berapa alam? Sebutkan!
3. Mengapa Arupa Brahma tidak memiliki Rupakkhandha?
Jelaskan!
4. Bagaimana jangka waktu kehidupan di Arupa Bhumi?
Jelaskan!
Kunci Jawaban Latihan
1. Yang dimaksud dengan Arupa Bhumi adalah alam kehidupan
yang makhluknya mempunyai arupa-jhana. Arupa Bhumi merupakan tempat tinggal
makhluk Arupa Brahma.
2. Arupa Bhumi terdiri atas empat alam, yaitu
Akasanancayatana Bhumi, Vinnanancayatana Bhumi, Akincannayatana Bhumi, dan
Nevasannanasannayatana Bhumi.
3. Arupa Brahma tidak mempunyai Rupakkhandha
karenaadanyawiccAaJt'M/K'ataupandangansalah yang timbul dalam dirinya pada
kehidupan sebelumnya, yaitu anggapan bahwa rupa atau jasmani merupakan penyebab
timbulnya dukkha. la beranggapan bahwa ia menderita karena ia masih memiliki
rupa atau jasmani, sehingga ia tidak ingin memiliki rupa atau jasmani lagi pada
kehidupannya yang akan datang.
t
4. Setiap makhluk
yangberdiam di Arupa Bhumi mempunyai jangkawaktu kehidupan yangberbeda-beda.
Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiamdiAkasancayatana Bhumi adalah
duapuluh ribu Maha Kappa. Jangka waktu kehidupan makhluk yang herdiam di
Vinnanancayatana Bhumi adalah empat puluh ribu Maha Kappa. Jangka waktu
kehidupan makhluk yang berdiam di Akincannayatana Bhumi adalah enam puluh ribu
Maha Kappa. Sedangkan, jangkawaktu kehidupan makhluk yang berdiam di
Nevasannanasannayatana Bhumi adalah delapan puluh empat ribu Maha Kappa.
E. PUGGALA DAN BHUMI
Pendahuluan
Dalam agama Buddha dikenal adanya
tiga puluh satu alam kehidupan yang merupakah tempat berdiamnya
makhluk-makhluk. Sang Buddha mengelompokkan makhluk-makhluk yang berdiam di
dalam tiga puluh satu alam kehidupan itu atas beberapa kelompokyang keadaannya
berbeda satu dengan yang lain. Ada kelompok makhluk-makhluk Apaya yang keadaannya
amat menyedihkan. Ada pula makhluk-makhluk dewa dan brahma yang hidupnya amat
bahagia. Di samping itu, ada pula makhluk manusia yang hidupnya kadang-kadang
menderita dan kadang-kadang pula bahagia. Mereka mengalami sukha dan dukkha
yang silih berganti. Di antara mereka, ada yang telah mencapai kesucian dan ada
pula yang belum mencapai kesucian. Mereka yang belum mencapai tingkat kesucian
arahat masihakan mengalami kelahiran dan kematianyangberulang-ulang.
Makhluk-makhluk itu dicengkeram oleh anicca atau ketidakkekalan, dukkha atau
ketidakpuasan, dan anatta atau tanpa aku yang kekal.
Dalam modul ini dibahas mengenai berbagai jenis
puggala atau makhluk dan hubungan antara makhluk-makhluk tersebut dengan
alam-alam kehidupan yang terdapat di alam semesta ini. Dalam modul ini terdapat
dua Kegiatan Belajar. Dalam Kegiatan Belajarpertama dibahas mengenai puggala
atau makhluk-makhluk yang seluruhnya dapat dikelompokkan menjadi duakelompok,
yaitu Puthujjana (makhluk-makhluk yang belum mencapai kesucian) dan Ariya
Puggala (makhluk-makhluk yang telah mencapai kesucian). Sedangkan, dalam
Kegiatan Belajar kedua dibahas mengenai hubungan antara puggala dengan tiga
puluh satu alam kehidupan.
Dengan mempelajari modul ini,
Anda akan memahami jenis-jenis puggala atau makhluk dan hubungan antara
makhluk-makhluk tersebut dengan tiga puluh satu alam kehidupan yang terdapat
dalam alam semesta ini. Setelah mempelajari diktat ini, Anda diharapkan dapat:
1. menyebutkan arti puggala;
2. menyebutkan dua belas jenis puggala;
3. menjelaskan puggala yang tidak bertumimbal lahir di
Apaya Bhumi;
4. menjelaskan puggala yang tidak bertumimbal lahir di
Asannasatta Bhumi;
5. menjelaskan puggala yang tidak dapat berturoimbal
lahir di Suddhavasa Bhumi;
Jenis-Jenis Puggala
Puggalaberarti
makhluk. Pada
umumnya, puggala atau makhluk itu terdiri atas nama atau batin dan rupa atau
jasmani. Setiap puggala atau makhluk itu pasti dilahirkan oleh Janaka Kamma dan
kehidupannya diatur oleh Kamma Niyama atau hukum karma. Puggala atau makhluk
itu berdiam di dalam tigajmiuh satu alam kehidupan.
Puggala atau makhluk itu
seluruhnya berjumlah duabelasjenis. Dua belasjenis puggala ini dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah Puthujjana, yaitu
makhluk-makhluk yang belum mencapai tingkat-tingkat kesucian. Sedangkan,
kelompok kedua adalah Ariya Puggala atau makhluk-makhluk yang telah mencapai
tingkat-tingkat kesucian. Kedua kelompok makhluk ini tentu berdiam di alam-alam
kehidupan yang sesuai dengan keadaannya. Misalnya, Puthujjana atau
makhluk-makhluk yang belum mencapai tingkat-tingkat kesucian
masihbisabertumimbal lahir di alam-alam Apaya, tetapi Ariya Puggala atau
makhluk-makhluk yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian tidak mungkin lagi
bertumimbal lahir di alam-alam Apaya.
Puthujjana.
Puthujjana merupakan salah satu
kelompok puggala yang terdiri atas makhluk-makhluk yang belum mencapai
tingkat-tingkat kesucian, mulai dari Sotapatti magga sarnpai dengan Arahatta
phala. Batin merekamasih belum bersih.Merekamasihdikendalikan oleh kilesa atau
kekotoran batin. Mereka masih memiliki sifat lobha atau keserakahan, dosa atau
kebencian, dan moha atau kebodohan. Mereka masih senang dengan nafsu indera dan terikat
dengan panca indera.
Makhluk Puthujjana
terdiri atas empatjenis, yaitu
1. Duggati Puthujjana
atau Duggati Ahetuka Puggala.
2. Sugati Ahetuka
Puthujjana atau Sugati Ahetuka Puggala.
3. Dvihetuka Puthujjana
atau Dvihetuka Puggala.
4. Tihetuka Puthujjana
atau Tihetuka Puggala.
Duggati
Puthujjana atau Duggati Ahetuka Puggala merupakan makhluk yang berdiam di
Duggati Bhumi atau Apaya Bhumi (alam yang menyedihkan). Mereka hidup amat
menderita di Duggati Bhumi ini. Keadaan mereka amat menyedihkan. Setiap hari
mereka harus mengalami siksaan terus menerus, sehingga mereka hampir tidak mempunyai
waktu dan kesempatan untuk berbuat baik. Oleh sebab itu, kita hams berusaha
menghindan kejahatan dan berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya agar kita tidak
terjatuh ke alam-alam yang menyedihkan.
Sugati
Ahetuka Puthujjana atau SugatiAhetuka Puggala merupakan makhluk yangberdiam di
alam manusia sebagai manusia yang cacat sejak lahir dan di alam dewa tingkat
rendah (Catummaharajika Bhumi). Sedangkan, Dvihetuka Puthujjana atau Dvihetuka
Puggala dan Tihetuka Puthujjana atau Tihetuka Puggala merupakan makhluk yang
berdiam di alam manusia dan di alam-alam dewa. Dvihetuka berarti duasebab,
yaitu alobha hetu dan adosahetu. Jadi, Dvihetuka Puggala berarti makhluk yang
teriahir dengan dua sebab. Sedangkan, Tihetuka berarti tiga sebab, yaitu alobha
hetu, adosa hetu, dan amoha hetu. Jadi, Tihetuka Puggala berarti makhluk yang teriahir
dengan tiga sebab.
Ariya Puggala.
Ariya Puggala merupakan salah
satu kelompok puggala yang terdiri atas makhluk-makhluk yang telah mencapai
tingkat-tingkat kesucian sebagai hasil dari melaksanakan Vipassana Bhavana.
Mereka telah mencapai tingkat-tingkat kesucian, mulai dari Sotapatti magga
sampai dengan Arahatta phala. Mereka jauh dan terbebas dari kilesa atau
kekotoran batin. Mereka telah berhasil mengikis lobha atau keserakahan, dosa atau
kebencian, dan moha atau kebodohan sedikit demi sedikit sampai akhimya
lenyapsecara total. Oleh sebab itu,mereka atau Ariya Puggala itu tidak
mungkinlagibertumimballahir di Apaya Bhumi atau alam-alam yang menyedihkan.
Ariya Puggala terdiri atas
delapan jenis, yaitu :
1. Sotapatti magga
Puggala.
2. Sotapattiphala
Puggala.
3. Sakadagamimagga
Puggala.
4. Sakadagamiphala
Puggala.
5. Anagamimagga
Puggala. ,
6. Anagamiphala Puggala.
7. Arahattamagga Puggala.
8. Arahattaphala Puggala.
Untuk lebih memantapkan
pengetahuan AndatentangJenis-jenis puggala, cobalah kerjakan latihan dibawah
ini!
1. Apa yang dimaksud dengan Puggala? Jelaskan!
2. Ada berapa jenis puthujjana? Sebutkan!
3. Apa yang dimaksud dengan Ariya Puggala? Apakah Ariya
Puggala masih dapat bertumimbal lahir di Apaya Bhumi? Jelaskan!
Kunci Jawaban Latihan 1
1. Yang
dimaksud dengan Puggala adalah makhluk. Pada umumnya, puggala atau makhluk itu terdiri
atas nama atau batin dan rupa atau jasmani. Setiap puggala atau makhluk itu
pasti dilahirkan oleh Janaka Kamma dan kehidupannya diatur oleh Kamma Niyama
atau hukum karma. Puggala atau makhluk itu berdiam di dalam tiga pujuh satu
alam kehidupan.
2. Puthujjana merupakan salah satu kelompok puggala yang
terdiri atas makhluk-makhluk yang belum mencapai tingkat-tingkat kesucian.
Makhluk Puthujjana terdiri atas empat jenis, yaitu:
a. Duggati Puthujjana atau Duggati Ahetuka Puggala. b.
Sugati Ahetuka Puthujjana atau Sugati Ahetuka Puggala. c. Dvihetuka Puthujjana
atau Dvihetuka Puggala. d. Tihetuka Puthujjana atau Tihetuka Puggala.
3. Ariya
Puggala merupakan salah satu kelompok puggala yang terdiri atas makhluk-makhluk
yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian sebagai hasil dari melaksanakan
Vipassana Bhavana. Ariya Puggala atau makhluk-makhluk yang telah mencapai
tingkat-tingkat kesucian itu tidak mungkin lagi bertumimbal lahir di alam-alam
Apaya karena batinnya telah bersih dari kilesa (kekotoran batin).
F. Puggala Dalam 31
Bhumi
Makhluk-makhluk yang berdiam
di alam-alam kehidupan ini terdiri atas dua belasjenis. Mereka berdiam di
alam-alam kehidupan yang sesuai dengan keadaan dan karmanya. Misalnya, makhluk
Duggati Puthujjana atau Duggati Ahetuka Puggala berdiam di Apaya Bhumi, yaitu
alam neraka, alam setan, alam raksasa, dan alam binatang. Makhluk Duggati
Puthujjana atau Duggati Ahetuka Puggala ini tidak terdapat di alam-alam lain di
luar dari Apaya Bhumi.
Dalam Kegiatan Belajar kedua ini
akan dibahas mengenai hubungan puggala atau makhluk dengan Tiga puluh satu alam
kehidupan. Dalam pembahasan ini akan diuraikan mengenai jumlah danjenis-jenis
puggala atau makhluk yang berdiam di Kama Bhumi, Rupa Bhumi, dan Arupa Bhumi.
Puggala dalam Kama Bhumi.
Kama Bhumi mempakan alam
kehidupan yang makhluk-makhluknyamasihmemilikinafsuindera. Kama Bhumi terdiri
atas sebelas alam, dan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu Apaya
Bhumi dan Kamasugati Bhumi (Manussa Bhumi dan Deva Bhumi). Di sebelas Kama
Bhumi ini terdapat dua belas jenis puggala, yaitu :
1. Duggati Puthujjana
atau Duggati Ahetuka Puggala.
2. Sugati Ahetuka
Puthujjana atau Sugati Ahetuka Puggala.
3. Dvihetuka Puthujjana
atau Dvihetuka Puggala.
4. Tihetuka Puthujjana
atau Tihetuka Puggala.
5. Sotapattimagga
Puggala.
6. Sotapattiphala
Puggala.
7. Sakadagamimagga
Puggala.
8. Sakadagamiphala
Puggala.
9. Anagamimagga Puggala.
10. Anagamiphala Puggala.
11. Arahattamagga
Puggala.
12. Arahattaphala
Puggala.
Apaya Bhumi
yang terdiri atas empat alam itu mempakan tempatdiam makhluk Duggati Puthujjana
atau Duggati Ahetuka Puggala. Jadi, makhluk-makhluk yang berada di Apaya Bhumi
(dengan kekuatan Patisandhi atau tumimbal lahir) itu hanya terdiri atas satu
jenis, yaitu jenis Ruggati Puthujjana atau Duggati Ahetuka Puggala. Ini berarti
bahwa sebelas jenis makhluk yang selebihnya, termasuk Ariya Puggala, tidak
terdapat di Apaya Bhumi.
Delapan jenis Ariya Puggala tidak
dapat bertumimbal lahir (dengan kekuatan Patisandhi atau tumimbal lahir) di
Apaya Bhumi, karena Ariya Puggala telah terbebas dari kilesa atau kekotoran
batin yang berarti pintu alam Apaya telah tertutup baginya. Ariya Puggala juga
tidak dapat timbul (dengan kekuatan bhavana atau meditasi) di Apaya Bhumi.
Sebab, makhluk-makhluk yang berdiam di Apaya Bhumi terikat dengan kilesa atau
kekotoran batin, sehingga mereka tidak dapat melaksanakan Vipassana Bhavana
yang berarti juga tidak dapat menjadi Ariya Puggala di Apaya Bhumi tersebut.
Manussa Bhumi dan Catummaharajika
Bhumi merupakan tempat diam sebelas puggala, yaitu Sugati Ahetuka Puthujjana
(Sugati Ahetuka Puggala), Dvihetuka Puthujjana (Dvihetuka Puggala), Tihetuka
Puthujjana (Tihetuka Puggala), dan delapan jenis Ariya Puggala. Makhluk Sugati
Ahetuka Puthujjana, Dvihetuka Puthujjana, Tihetuka Puthujjana, dan Ariya
Puggala (tidak termasuk Anagamimagga puggala, Anagamiphalapuggal a, Arahattamagga
puggala, dan Arahattaphala puggala) dapat bertumimbal lahir (dengan kekuatan
Patisandhi) di Manussa Bhumi dan Catummaharajika Bhumi. Ariya puggala juga
dapat timbul (dengan kekuatan bhavana atau meditasi) di Manussa Bhumi dan
Catummaharajika Bhumi. Makhluk-makhluk yangberadadi Manussa Bhumi dan
Catummaharajika Bhumi ini dapat melaksanakan Vipassana Bhavana sehingga
berhasil mencapai tingkat-tingkat kesucian yang berarti juga menjadi Ariya
Puggala.
Contoh makhluk Sugati Ahetuka
Puthujjana yang berada di Manussa Bhumi adalah manusia yang terlahir dalam
keadaan cacat. Jadi, manusia-manusia yang cacat sejak lahir itu adalah makhluk
jenis Sugati Ahetuka Puthujjana. Sedangkan, contoh makhluk Tihetuka Puthujjana
yangberadadi Manussa Bhumi adalah manusia-manusia jenius, pemimpin-pemimpin
negara, dan lain-lain.
Dari dua belas jenis puggala atau
makhluk itu ternyata ada.satu jenis makhluk yang tidak terdapat di Manussa
Bhumi dan Catummaharajika Bhumi, yaitu makhluk Duggati Puthujjana. Sebab,
makhluk Duggati Puthujjana itu hanya berdiam di Apaya Bhumi.
Lima alam dewa selebihnya (tidak
termasuk Catummaharajika Bhumi) merupakan tempat diam sepuluh puggala, yaitu
Dvihetuka Puthujjana, Tihetuka Puthujjana, dan delapan jenis Ariya Puggala,
Makhluk Dvihetuka Puthujjana, Tihetuka Puthujjana, dan Ariya Puggala (tidak
term asukAnagamimagga puggala, Anagamiphalapuggala, Arahattamagga puggala,
danArahattaphalapuggala) dapat bertumimbal lahir (dengan kekuatan Patisandhi)
di lima Deva Bhumi ini. Ariya puggala juga dapat timbul (dengan kekuatan
bhavana atau meditasi) di lima Deva Bhumi ini. Makhluk-makhluk yang heradadi
lima alam dewa ini dapat melaksanakan Vipassana Bhavana sehingga berhasil
mencapai tingkat-tingkat kesucian yang berarti juga menjadi Ariya Puggala.
Dua jenis puggala yang
selebihnya, yaitu makhluk Duggati Puthujjana dan Sugati Ahetukal Puthujjana,
tidak terdapat di lima alam dewa selebihnya ini, karena makhluk Duggati
Puthujjana hanya berada di Apaya Bhumi dan makhluk Sugati Ahetuka Puthujjana
hanya berada di Manussa Bhumi, Catummaharajika Bhumi, dan Asannasatta Bhumi.
Makhluk Tihetuka Puthujjana yang
tidak mempunyai jhana (rupa jhana dan arupa jhana) dapat timbul (dengan
kekuatan Patisandhi) di Kamasugati Bhumi (Manussa Bhumi dan enam Deva Bhumi).
Makhluk manusia dan dewa yang
telah mencapai tingkat kesucian Sotapanna dan Sakadagami, tetapi tidak memiliki
rupajhana dan arupajhana, akan bertumimbal lahir di Manussa Bhumi dan enam Deva
Bhumi. Namun, bila Sotapanna dan Sakadagami itu mempunyai rupa jhana, maka
mereka akan bertumimbal lahir (dengan kekuatan Patisandhi) di sepuluh Rupa
Bhumi (tidak termasuk lima Suddhavasa Bhumi dan satu Asannasatta Bhumi), sesuai
dengan tingkat jhana yang dimilikinya. Bila Sotapanna dan Sakadagami itu
mempunyai arupajhana, maka mereka akan bertumimbal lahir (dengan kekuatan
Patisandhi) di empat Arupa Bhumi, sesuai dengan tingkat jhana yang dimilikinya.
Sotapanna dan Sakadagami yang memiiiki rupajhana atau arupajhana ini tidak akan
bertumimbal lahir lagi di Manussa Bhumi dan Deva Bhumi, karena mereka tidak
mungkin melakukan perbuatanjahat, sehingga jhananya tidak mungkin merosot.
Puggala dalam Rupa Bhumi.
Rupa Bhumi
terdiri atas enam belas alam. Di enam belas Rupa Bhumi ini terdapat sepuluh
jenis puggala, yaitu:
1. Sugati Ahetuka Puthujjana atau Sugati Ahetuka Puggala.
2. Tihetuka Puthujjana atau Tihetuka Puggala.
3. Sotapattimagga Puggala.
4. Sotapattiphala Puggala.
5. Sakadagamimagga Puggala.
6. Sakadagamiphala Puggala.
7. Anagamimagga Puggala.
8. Anagamiphala Puggala.
9. Arahattamagga Puggala.
10. Arahattaphala Puggala.
Sepuluh
Rupa Bhumi, yaitu tiga Pathamaj jhana Bhumi, tiga Dutiyajjhana Bhumi,
tigaTatiyajjhana Bhumi, dan satu Vehapphala Bhumi, merupakan tempat di;im
sembilan puggala, yaitu Tihetuka Puthujjana dan delapan jenis Ariya Puggala.
Sembilan jenis puggala ini dapat bertumimbal lahir (dengan kekuatan Patisandhi)
di sepuluh Rupa Bhumi ini. Ariya puggala juga dapat timbul (dengan kekuatan
bhavana atau meditasi)di sepuluh Rupa Bhumi ini. Makhluk-makhlukyangberadadi
sepuluh alam ini dapat melaksanakan Vipassana Bhavana sehinggaberhasil mencapai
tingkat-tingkat kesucian yangberarti juga menjadi Ariya Puggala.
Makhluk Tihetuka Puthujjana yang
mempunyai rupa jhana akan bertumimbal lahir (dengan kekuatan Patisandhi) di
sehelas Rupa Bhumi (tidak termasuk Asannasatta Bhumi dan lima Suddhavasa
Bhumi), sesuai dengan tingkat jhana yang dimiliki oleh makhluk Rupa Brahma
tersebut.
Tiga jenis puggala selebihnya,
yaitu makhluk Duggati Puthujjana, Sugati-ahetuka Puthujjana, dan Dvihetuka
Puthujjana, tidak terdapat di sepuluh Rupa Bhumi ini. Sebah, makhluk Duggati
Puthujjana hanya terdapat di Apaya Bhumi. Makhluk Sugati-ahetuka Puthujjana
hanya terdapat di Manussa Bhumi, Catummaharajika Bhumi. danAsannasatta Bhumi.
Sedangkan, makhluk Dvihetuka Puthujjana hanya terdapat di Manussa Bhumi dan
enam Deva Bhumi.
Satu Asannasatta Bhumi menipakan tempat diam
makhluk Sugati Ahetuka Puthujjana. Jadi, makhluk-makhluk yang berada di
Asannasatta Bhumi (dengan kekuatan Patisandhi atau tumimbal lahir) itu adalah
jenis Sugati Ahetuka Puthujjana. Ini berarti bahwa sebelas jenis makhluk yang
selebihnya, termasuk Ariya Puggala, fidak terdapat di Asannasatta Bhumi.
Delapan jenis Ariya Puggala tidak dapat
bertumimbal lahir (dengan kekuatan Patisandhi) di Asannasatta Bhumi, karena
Ariya Puggala, dengan nama atau batinnya, dapat melihat empat Ariya Sacca atau
empat Kesunyataan Mulia dengan terang dan jelas, sehingga ia tidak mungkin
tumimbal lahir di Asannasatta Bhumi sebagai makhluk yang tidak mempunyai nama
atau batin.
Ariya Puggala juga tidak dapat timbul (dengan
kekuatan bhavana atau meditasi) di Asannasatta Bhumi. Sebab, makhluk-makhluk
yang berdiam di Asannasatta Bhumi hanya mempunyai rupa atau materi, tidak
mempunyai nama atau batin, sehingga mereka tidak dapat melaksanakan Vipassana
Bhavana yang berarti juga tidak dapat menjadi Ariya Puggala di Asannasatta
Bhumi tersebut.
Lima Suddhavasa Bhumi menipakan tempat diam tiga
puggala, yaitu Anagamiphala puggala, Arahattamagga puggala, dan Arahattaphala
puggala. Ini berarti bahwa sembilan jenis puggala yang selebihnya, yaitu empat
Puthujj ana, Sotapattimagga puggala, Sotapattiphala puggala, Sakadagamimagga
puggala, Sakadagamiphala puggala, dan Anagamimagga puggala, tidak dapat
bertumimbal lahir di lima Suddhavasa Bhumi. Sebah, lima Suddhavasa Bhumi ini
merupakan tempat diam khusus untuk Anagamiphala puggala yang memiliki
Pancamajjhana dengan kekuatan Patisandhi dan merupakan tempat diam
Arahattamagga puggala dan Arahattaphala puggala dengan kekuatan melaksanakan
Vipassana Bhavana di alam Suddhavasa itu.
Makhluk manusia dan dewa yang telah mencapai
tingkat kesuci an Anagami tidak akan bertumimbal lahir di Manussa Bhumi atau
Deva Bhumi, karena Anagami telah membasmi kamaraga atau nafsu sex dan byapada
atau kemauan jahat. Anagami yang memiliki Pancamajjhana atau jhana tingkat
kelima akan bertumimbal lahirdi Suddhavasa Bhumi. Namun,bilaAnag;uni itu tidak
memiliki Pancamajjhana, makaia akan bertumimbal lahirdi Brahma Bhumi (tidak
termasuk Asannasatta Bhumi dan Suddhavasa Bhumi).
Puggala dalam Arupa Bhumi.
Arupa Bhumi
terdiri atas empat alam. Di empat Arupa Bhumi ini terdapat delapan jenis
puggala, yaitu :
1. Tihetuka Puggala.
2. Sotapattiphalapuggala.
3. Sakadagamimaggapuggala.
4. Sakadagamiphala puggala.
5. Anagamimagga puggala.
6. Anagamiphala puggala.
7. Arahattamagga puggala.
8. Arahattaphala puggala.
Dengan demikian, Arupa Bhumi itu
merupakan tempat diam delapan puggala, yaitu Tihetuka Puggala dan tujuh jenis
Ariya Puggala, yaitu Sotapattiphala puggala, Sakadagamimagga puggala, Sakadagamiphal
a puggala, Anagamimagga puggala, Anagamiphal a puggala, Arahattamagga puggala,
dan Arahattaphala puggala. Makhluk mariusia, dewa, dan rupa brahma yang
merupakan Tihetuka PuthujjanayangmelaksanakanSamathaBhavanahinggaberhasil
mencapai arupajhanaakanbertumimbal lahir (dengan kekuatan Patisandhi) di empat
Arupa Bhumi, sesuai dengan tingkatjhana yang dimiliki oleh makhluk Arupa Brahma
tersebut.
Empat jenis puggala yang selebihnya, yaitu makhluk
Duggati Puthujjana, Sugati Ahetuka Puthujjana, Dvihetuka Puthujjana, dan
Sotapattimagga puggala tidak terdapat di empat Arupa Bhumi ini. Sebab, makhluk
Duggati Puthujjana hanya terdapat di Apaya Bhumi. Makhluk Sugati Ahetuka
Puthujjana hanya terdapat di Manussa Bhumi, Catummaharajika Bhumi, dan
Asannasatta Bhumi. Makhluk Dvihetuka Puthujjana hanya terdapat di Manussa Bhumi
dan enam Deva Bhumi.
Sedangkan, makhluk Sotapattimagga puggala tidak
terdapat di empat Arupa Bhumi, karena makhlukArupa Brahmayangbelum mencapai
tingkat kesucian apa pun tidak akan mampu melaksanakan Vipassana Bhavana di
empat Arupa Bhumi itu, sehingga ia tidak mungkin akan mencapai tingkat kesucian
dan menjadi Sotapattimagga puggala. Arupa Brahma yang belum menjadi Ariya
Puggala tidak mampu melaksanakan Vipassana Bhavana, karena untuk melaksanakan
Vipassana Bhavana hingga mencapai Sotapattimagga, pada tingkat pertama atau
tahap awal, makhlukArupa Brahma hams mengadakan perenungan atau konsentrasi
terhadap rupa ataujasmani dan nama atau batin, sedangkan mereka tidak mempunyai
rupa atau jasmani. Namun, Arupa Brahma yang telah mencapai tingkat kesucian
Sotapattiphala akan mampu melaksanakan Vipassana Bhavana (selanjutnya) untuk
mencapai tingkat kesucian yang lebih tinggi, menjadi enam Ariya Puggala
selebihnya (Sakadagamimagga puggalasampai dengan Arahattaphala puggala). Dalam
melaksanakan Vipassana Bhavana lanjutan ini, makhluk Arupa Brahma hanya
merenungkan atau mengkonsentrasikan pikiran terhadap nama atau batin, tidak
perlu merenungkan rupa ataujasmani, karena rupa telah dijadikan objek pada latihan
tingkat permulaan.
Untuk lebih
memantapkan pengertian dan pengetahuan Anda tentang Puggala dalam 31 Bhumi,
cobalah kerjakan latihan di bawah ini !
1. Ada berapa jenis puggala yang terdapat di Manussa Bhumi? Jelaskan!
2. Adaberapa jenis puggala yang terdapat di Asannasatta Bhumi? Jelaskan!
3. Ada berapa jenis puggala yang terdapat di Suddhavasa Bhumi? Jelaskan!
4. Di alam mana saja tidak terdapat Ariya Puggala? Jelaskan!
Kunci Jawaban Latihan 2
1. Di Manussa Bhumi terdapat sebelas
jenis puggala, yaitu:
a. Sugati Ahetuka Puthujjana atau Sugati Ahetuka Puggala.
b. Dvihetuka Puthujjana atau Dvihetuka Puggala.
c. Tihetuka Puthujjana atau Tihetuka Puggala.
d. Sotapattimagga Puggala.
e. Sotapattiphala Puggala.
f. Sakadagamimagga Puggala.
g. Sakadagamiphala Puggala.
h. Anagamimagga Puggala.
i. Anagamiphala Puggala.
j. Arahattamagga Puggala.
k. Arahattaphala Puggala.
2. Di Asannasatta Bhumi terdapat satu
jenis puggala, yaitu Sugati Ahetuka Puggala.
3. Di Suddhavasa Bhumi terdapat tiga jenis puggala,
yaitu:
a. Anagamiphala Puggala. b. Arahattamagga Puggala. c.
Arahattaphala Puggala.
4. AriyaPuggala
tidak terdapat di Apaya Bhumi dan Asannasatta
Bhumi. Ariya Puggala tidak terdapat di Apaya Bhumi karena Ariya Puggala telah
terbebas dari kilesa atau kekotoran batin, sedangkan makhluk-makhluk yang
berdiam di Apaya Bhumi masih terikat dengan kilesa atau kekotoran batin. Ariya
Puggala juga tidak terdapat di Asannasatta Bhumi karena makhluk-makhluk yang
berdiam di Asannasatta Bhumi hanya mempunyai rupa atau materi,.tidak mempunyai
nama atau batin, sehingga mereka tidak dapat melaksanakan Vipassana Bhavana
yang berarti juga tidak dapat mencapai tingkat kesucian.
G. Patisandhi Citta
Setiap
makhluk yang belum mencapai tingkat kesucian arahat pasti masih akan mengalami
tumimbal lahir yang berulang-ulang dalam alam-alam kehidupan yang ada di alam
semesta ini, sesuai dengan karmanya. Makhluk-makhluk yang suka berbuat jahat
akan bertumimbal lahir di alam-alam yang menyedihkan. Sebaliknya,
makhluk-makhluk yang suka berbuat baik akan bertumimbal lahir di alam-alam yang
menyenangkan. Oleh sebab itu, setiap umat Buddha seyogyanya suka melakukan
perbuatan-perbuatan baik agar mereka dapat bertumimbal lahir di alam-alam yang
menyenangkan. Dengan keadaan yang menyenangkan seperti itu, mereka akan lebih
mudah berjuang untuk mencapai tingkat kesucian arahat, yang berarti juga
mencapai Nibbana.
Setiap makhluk yang berhasil
mencapai tingkat kesucian arahat tidak akan bertumimbal lahir lagi. Jadi,
tumimbal lahir makhluk-makhluk akan terhenti bila mereka telah berhasil
mencapai tingkat kesucian arahat. Dengan terhentinya tumimbal lahir, dengan
terputusnya lingkaran kelahiran dan kematian, maka berakhir pulalah segala
dukkha. Oleh sebab itu, setiap umat Buddha seyogyanya berjuang untuk mengakhiri
dukkha, sehingga terhentilah tumimbal lahir baginya.
Bukti-bukti adanya tumimbal lahir.
Setiap umat
Buddha yakin akan adanya tumimbal lahir. Sebab, tumimbal lahir itu memang ada
dan dapat dibuktikan dengan cara-cara tertentu, di antarany a dengan abhinna atau
kemampuan batin. Orang yang memiliki abhinna dapat melihat
kehidupan-kehidupannya yang lampau dan dapat mengetahui peristiwa-peristiwa
yang akan terjadi nanti.
Diduniaini juga ada orang-orang
tertentu yangwalaupun belum mempunyai abhinna tetapimampu mengetahui keadaan
satu kehidupan sebelumnya. Orang-orang tertentu itu antara lain seorang anak
perempuan yangbemama Shanti Devi dan seorang nelayan yangbernama William
George. Kisah nyata kedua orang ini dapat membuktikan adanya tumimbal lahir.
Shanti Devi merupakan seorang
anak perempuan yang dilahirkan di sebuah kota di India pada tahun 1926. Pada
usia tiga tahun, ia telah dapat menceritakan satu kehidupan sebelumnya secara
tepat. Pada kehidupan yang lampau, ia pemah menikah dengan seorang pedagang
tekstil yang bernama Nath Chaubey. Dalam kisah yang dituturkan kepada ayah dan
ibunya, ia selalu menyebut nama Nath Chaubey sebagai suaminya yang dulu.
Kemudian, orang tua Shanti Devi menghubungi Nath Chaubey yang ketika itu masih
hidup dan tinggal di kota lain. Nath Chaubey terkejut mendengar mantan
isterinya yang meninggal dahulu kini dilahirkan kembali sebagai anak perempuan
yang diberi nama Shaoti Devi. Kemudian, Nath Chaubey datang ke kota kelahiran
Shanti Devi dan menemuinya. Ternyata Shanti Devi benar-benar mengenal Nath
Chaubey yang tinggal di luar kota yang sama sekali belum pemah dikunjunginya.
Setelah
pertemuan itu, dibentuk panitia untuk meneliti dan membuktikan adanya tumimbal
lahir yang dialami oleh Shanti Devi. Shanti Devi diajak berkunjung ke kota mantan
suaminya itu. Dalam suatu perjalanan dengan mobil, ia dapat menunjukkan
arahjalan yang harus ditempuh oleh supirdi kota itu. Setibanya di depan rumah
Nath Chaubey, sebelum memasuki rumah itu, Shanti Devi yang ketika ditanya
tentang bentuk bagian dalam rumah yang dahulu itu temyata dapat menerangkan
dengan tepat segala sesuatu tentang hal itu. Shanti Devi juga mengenali orang
tua Nath Chaubey yang masih hidup.
Pada tahun
1936, kasus Shanti Devi ini diselidiki oleh sebuah Panitia Internasional di
bawah pimpinan Prof. lan Stevenson dari Amerika Serikat dan dicatat dalam buku
berjudul 'The Survival from claimed memories of former Incarnation".
Kisah
William George dari Alaska Tenggara, Amerika Serikat, juga dapat membuktikan
adaaya tumimbal lahir. William George adalah seorang nelayan terkemuka dalam
hidupnya. Pada pertengahan tahun 1949, ia yang ketika itu telah berusia sekitar
enam puluh tahun menemui puteranya yang bemama Reginald George dan berkata,
"Saya akan datang kembali dan menjadi anakmu. Kamu akan mengenal saya
karena saya akan mempunyai tahi lalat pada bahu kiri seperti yang sekarang
ini." Selanjutnya, ketika akan meninggal duniapadabulanAgustus 1949, ia
menyerahkan sebuah jam tanganemas kepada puteranya untuk disimpannya agar kelak
dapat diserahkan kembali kepadanya.
Segera
setelah William George meninggal dunia, Ny Reginald George hamil dan kemudian
melahirkan anaknya pada tanggal 5 Mei 1950. Anak tersebut ternyata mempunyai
tahi lalat pada bahu kirinya seperti kakeknya. Pada usia empat tahun, ia dapat
mengenali arlojinya yang dahulu. la pun "mengenal" perairan
penangkapan ikan Alaska, tepat seperti kakeknya. Kasus ini kemudian diselidiki
oleh Prof. Dr. lan Stevenson pada tahun 1965, dan hasilnya dicatat dalam sebuah
buku yang berjudul 'Twenty cases suggestive of reincarnation".
Patisandhi.
Setiap makhluk bertumimbal
lahirdengan cara-cara tertentu. Sang Buddha menguraikan ada empat cara
Patisandhi atau tumimbal lahir makhluk-makhluk, yaitu:
1. Jalabuja Yoni, yangberarti kelahiran melalui kandungan.
Makhluk yang lahir melalui kandungan adalah manusia, kuda, kerbau, anjing,
kucing, dan lain-lain.
2. AndajaYoni, yangberarti kelahiran melalui telur.
Makhluk yang lahir melalui telur adalah burung, ayam, itik, dan lain-lain.
3. Sansedaja Yoni, yang berarti kelahiran melalui
kelembaban. Makhluk yang lahir melalui kelembaban adalah nyamuk, ikan, dan
lain-lain.
4. Opapatika Yoni, yang berarti kelahiran secara spontan,
langsung membesar. Makhluk yang lahir secara spontan, langsung membesar adalah
para dewa, brahma, makhluk neraka, makhluk setan, dan lain-lain.
Jika dihubungkan dengan
pengelompokan alam-alam kehidupan, maka terdapat empat macam patisandhi atau
tumimbal lahir, yaitu:
1. Apaya Patisandhi, yang berarti bertumimbal lahir di
Apaya Bhumi atau alam yang menyedihkan.
2. Kamasugati Patisandhi, yang berarti bertumimbal lahir
di Kamasugati Bhumi atau alam kehidupan nafsu yang menyenangkan.
3. Rupavacara Patisandhi, yang berarti bertumimbal lahir
di Rupa Bhumi atau alam kehidupan yang makhluk-makhluknya mempunyai rupajhana.
4. Arupavacara Patisandhi, yang berarti bertumimbal lahir
di Arupa Bhumi atau alam kehidupan yang makhluk-makhluknya mempunyai
arupajhana.
Setiap
makhluk mengalami patisandhi atau tumimbal lahir yang berulang-ulang.
Patisandhi atau tumimbal lahir itu terdiri atas dua puluh jenis yang
menyebabkan kelahiran di tiga puluh satu alam kehidupan. Dua puluh jenis
Patisandhi ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Patisandhi Citta yang
berjumlah sembilan belas jenis dan Patisandhi Rupa yang hanya terdiri atas satu
jenis.
Patisandhi
Citta berarti kesadaran bertumimbal lahir makhluk-makhluk. Patisandhi Citta
bertugas melahirkan makhluk-makhluk di tiga puluh alam kehidupan (tidak
termasuk Asannasatta Brahma). Jadi, setiap makhluk yang bertumimba! lahir,
kecuali makhluk Asannasatta Brahma, pasti memJJild Patisandhi Citta atau
kesadaran bertumimbal lahir.
Padsandhi Rupa merupakan materi
yang menyebabkan tumimbal lahir di Asannasatta Bhumi. Makhluk yang bertumimbal
lahir dengan Patisandhi Rupa atau materi itu adalah makhluk Asannasatta Brahma.
Makhluk Asannasatta Brahma bertumimbal lahir dengan Patisandhi Rupa, yaitu
Jivitanavakakalapa Rupa. Jadi, Jivitanavakakalapa Rupa merupakan Patisandhi
Rupa yang menyebabkan tumimbal lahir di Asannasatta Bhumi. Dalam
Jivitanavakakalapa Rupa ini ada bersekutu sembilan macam Rupa, yaitu:
1. Unsur tanah/padat
(Pathavi Dhatu).
2. Unsur air/cair
(Apo Dhatu).
3. Unsur api/panas
(Tejo Dhatu).
4. Unsur
angin/gerak (Vayo Dhatu).
5. Wama/bentuk
(Vanna/ruparammana).
6. Bau (Gandharammana).
7. Rasa (Rasarammana).
8. Makanan
(Oja/Ahararupa).
9. Unsur kehidupan
(Jivitarupa).
Patisandhi Citta atau kesadaran bertumimbal lahir
makhluk-makhluk terdiri atas sembilan belas macam kesadaran, yaitu :
1. Kamavacaravipaka Citta, sebanyak sepuluh macam.
2. Rupavacaravipaka Citta, sebanyak lima macam.
3. Arupavacaravipaka Citta, sebanyak empat macam.
Kamavacaravipaka Citta
merupakan patisandhi citta yang bertugas melahirkan makhluk-makhluk di Kama
Bhumi. Kamavacara-vipaka Citta terdiri atas sepuluh jenis, yaitu :
1. Upekkhasantirana Akusalavipaka Citta, yang
menyebabkan tumimbal lahir di empat Apaya Bhumi, yaitu alam neraka, alam setan,
alam raksasa, dan alam binatang.
2. Upekkhasantirana Kusalavipaka Citta, yang
menyebabkan tumimbal lahir di Manussa Bhumi sebagai manusia cacat sejak lahir
dan alam Deva tingkat rendah (Catummaharajika Bhumi).
3. Mahavipaka Citta, yang terdiri atas delapan jenis
yang menyebabkan tumimbal lahir di Manussa Bhumi dan enam Deva Bhumi.
Delapan jenis Mahavipaka Citta itu adalah :
1. Somanassasahagata Nanasampayutta Asankharikavipaka
Citta.
2. Somanassasahagata Nanasampayutta Sasankharikavipaka
Citta.
3. Somanassasahagata Nanavippayutta Asankharikavipaka
Citta.
4. Somanassasahagata Nanavippayutta Sasankharikavipaka Citta.
5. Upekkhasahagata Nanasampayutta Asankharikavipaka
Citta.
6. Upekkhasahagata Nanasampayutta Sasankharikavipaka
Citta.
7. Upekkhasahagata Nanavippayutta Asankharikavipaka
Citta.
8. Upekkhasahagata Nanavippayutta Sasankharikavipaka
Citta.
Manusia
yang dilahirkan dengan kesadaran "Upekkha-santirana Kusalavipaka
Citta" adalah manusia yang cacat sejak lahir. Ada sepuluh macam cacat
manusia tersebut, yaitu:
1. Jaccandha atau mata buta.
2. Jaccabadhira atau telinga tuli.
3. Jaccaghanaka atau hidung cacat.
4. Jaccamaga atau bisu.
5. Jaccajala atau bodoh luar biasa, tidak dapat
menghitung satu sampai sepuluh.
6. Jaccummattaka atau gila.
7. Pandaka atau banci.
8. Ubhatobayanjanaka atau manusia yang
mempunyaiduakelamin, yaitu perempuan dan laki-laki.
9. Napumsaka atau manusia yang tidak mempunyai kelamin.
10. Mamma atau bicara gagap.
Rupavacaravipaka
Citta merupakan patisandhi citta yang bertugas melahirkan makhluk-makhluk di
Rupa Bhumi. Rupavacara-vipaka Citta terdiri atas lima jenis, yaitu:
1. Rupavacara Pathamajjhanavipaka Citta, yang menyebabkan
tumimbal lahir di Pathamajjhana Bhumi.
2. Rupavacara Dutiyajjhanavipaka Citta, yang menyebabkan
tumimbal lahir di Dutiyajjhana Bhumi.
3. Rupavacara Tatiyajjhanavipaka Citta, yang menyebabkan
tumimbal lahir di Dutiyajjhana Bhumi.
4. Rupavacara Catutthajjhanavipaka Citta, yang
menyebabkan tumimbal lahir di Tatiyajjhana Bhumi.
5.
Rupavacara Pancamajjhanavipaka Citta, yang menyebabkan tumimbal lahir di
Catutthajjhana Bhumi.
Arupavacaravipaka Citta merupakan
patisandhi citta yangbertugas melahirkan makhluk-makhluk di Arupa Bhumi.
Arupavacara-vipaka Citta terdiri atas empat jenis, yaitu:
1. Akasanancayatanavipaka Citta, yang menyebabkan
tumimbal lahir di Akasanancayatana Bhumi.
2. Vinnanancayatanavipaka Citta, yang menyebabkan
tumimbal lahir di Vinnanancayatana Bhumi.
3. Akincannayatanavipaka Citta, yang menyebabkan tumimbal
lahir di Akincannayatana Bhumi.
4. Nevasannanasannayatanavipaka Citta, yang menyebabkan
tumimbal lahir di Nevasannanasannayatana Bhumi.
Untuk lebih
memantapkan pengetahuan Anda tentang Patisandhi Citta, cobalah kerjakan latihan
dibawahini!
1. Apa yang dimaksud dengan Patisandhi Citta? Jelaskan!
2. Apa yang dimaksud dengan Patisandhi Rupa? Jelaskan!
3. Berikan sebuah contoh kisah nyata yang membuktikan
adanya tumimbal lahir? Jelaskan!
Kunci Jawaban
Latihan 1
1. Yang
dimaksud dengan Patisandhi Citta adalah kesadaran bertumimbal lahir
makhluk-makhluk. Patisandhi Citta terdiri atas sembilan belas macam kesadaran
yangbertugas melahirkan makhluk-makhluk di tiga puluh alam kehidupan (tidak
termasuk Asannasatta Brahma).
2.
Patisandhi Rupa merupakan materi yang menyebabkan tumimbal lahir di Asannasatta
Bhumi. Jadi, makhluk yang bertumimbal lahir dengan Patisandhi Rupa adalah
makhluk Asannasatta Brahma.
3. Contoh kisah nyata yang membuktikan adanya
tumimbal lahir antara lain adalah kisah William George dari Alaska Tenggara,
Amerika Serikat. William George adalah seorangnelayan terkemuka dalam hidupnya.
Pada pertengahan tahun 1949, ia yang ketika itu telah berusia sekitar enam
puluh tahun menemui puteranya yangbernama Reginald George dan berkata, “Saya
akan datangkembali dan menjadi anakmu. Kamu akan mengenal saya karena saya akan
mempunyai tahi lalat pada bahu kiri seperti yang sekarang ini.” Selanjutnya,
ketika akan meninggal dunia pada bulan Agustus 1949, ia menyerahkan sebuah jam
tangan emas kepada puteranya untuk disimpannya agar kelak dapat diserahkan
kembali kepadanya.
H.Sattavasa Bhumi
Umat Buddha seyogyanya
memahami keadaan setiap alam yang terdapat di alam semesta ini secara tepat.
Untuk itu, alam-alam kehidupan dibahas dari berbagai segi, di antaranya ada
yangdibagi menjadi kelompok-kelompok. Pengelompokan alam itu ditinj au dari
keadaan makhluk yang hidup di alam-alam itu. Ada alam yang ditinggali oleh makhluk-makhluk
yang mempunyai bentuk jasmani berbeda dan Patisandhi Vinnanajuga berbeda. Alam
tersebut adalah Kamasugati Bhumi.
Makhluk-makhluk yang berdiam di
Kamasugati Bhumi mempunyai bentuk jasmani berbeda dan Patisandhi Vinnanajuga
berbeda. Misalnya, antara manusia yang satu dengan manusia yang lain tentu
bentuk jasmaninya tidak sama, ada yang tinggi dan ada pula yang pendek, ada
yang gemuk dan ada pula yang kurus, ada yang bertubuh laki-laki dan ada pula
yang bertubuh perempuan. Manusia yang satu dengan manusia yang lain juga
mempunyai Patisandhi Vinnana yang berbeda. Ada sembilan jenis Patisandhi
Vinnana manusia, yaitu Upekkhasantirana Kusalavipaka Citta yang ada dalam diri
manusia yangcacat sejak lahirdan delapan Maha Kusala Citta yang ada dalam diri
manusia yang tidak cacat sejak lahir.
Sattavasa Bhumi.
Sattavasa Bhumi adalahtempatdiam
makhluk-makhluk yangdibagi menjadi kelompok-kelompok. Misalnya, ada kelompok
alam yang merupakan tempat diam makhluk-makhluk yang berbadan sama atau yang
berbadan berbeda. Ada pula kelompok alam yang merupakan tempat diam
makhluk-makhluk yang mempunyai Patisandhi Citta sama atau yang mempunyai
Patisandhi Citta berbeda. Tempat diam makhluk-makhluk ini seluruhnya berjumlah
sembilan kelompok, sehingga disebut Sattavasa Bhumi.
Sattavasa Bhumi terdiri atas
sembilan kelompok bhumi, yaitu Nanattakaya Bhumi, Ekattakaya •Bhumi,
Nanattasanni Bhumi, Ekattasanni Bhumi, Asanna Bhumi, Akasanancayatana Bhumi,
Vinnanancayatana Bhumi, Akincannayatana Bhumi, Nevasannanasanna-yatana Bhumi.
Nanattakaya Bhumi adalah alam
kehidupan yang makhluknya mempunyai bentuk jasmani berbeda. Nanattakaya Bhumi
terdiri atasempatbelas alam, yaitu sebelas Kama Bhumi dan tiga alam
jhanatingkat pertama (tiga Pathamajjhana Bhumi). Ini berarti bahwa bentuk jasmani
makhluk-makhluk yang berdiam di Kama Bhumi dan Pathamajjhana Bhumi itu berbeda.
Bentuk jasmani anj ing berbeda dengan bentuk jasmani kucing, kambing, rusa,
gajah, dan lain-lain. Jasmani manusia yang satu berbeda bentuk dan ukurannya
dengan jasmani manusia lainnya. Bentukjasmani makhlukdewa yang satu dengan dewa
yang lain juga tidak sama. Demikian juga dengan makhluk-makhluk Brahma yang
berdiam di Pathamajjhana Bhumi tentu mempunyai bentuk jasmani yang
berbeda-beda.
Ekattakaya Bhumi adalah alam
kehidupan yang makhluknya mempunyai bentuk jasmani sama. Ekattakaya Bhumi
terdiri atas dua belas alam, yaitu tiga alamjhana kedua (tiga Dutiyajjhana
Bhumi), tiga alam jhana ketiga (tiga Tatiyajjhana Bhumi), satu Vehapphala
Bhumi, dan lima Suddhavasa Bhumi. Ini berarti bahwa bentuk jasmani
makhluk-makhluk yang berdiam di Dutiyajjhana Bhumi itu sama. Bentuk jasmani
makhluk-makhluk yang berdiam di Tatiyajjhana Bhumi itu juga sama. Bentuk
jasmani makhluk-makhluk yang berdiam di Vehapphala Bhumi itu juga sama.
Demikian juga dengan bentuk jasmani makhluk-makhluk yang berdiam di Suddhavasa
Bhumi itu pun sama.
Nanattasanni Bhumi adalah alam
kehidupan yang makhluknya mempunyai Patisandhi Citta berbeda. Nanattasanni
Bhumi terdiri atas sepuluh alam, yaitu tujuh Kamasugati Bhumi dan tiga alam
jhana tingkat kedua (tiga Dutiyajjhana Bhumi). Ini berarti bahwa Patisandhi
Citta makhluk-makhluk yang berdiam di Kamasugati Bhumi dan Dutiyajjhana Bhumi
itu berbeda. Makhluk-makhluk yang berdiam di Kamasugati Bhumi mempunyai
Patisandhi Citta yang berupaMahavipaka Citta. Mahavipaka Citta terdiri atas
delapanjenis. Jadi, manusia dan dewa mempunyai Patisandhi Citta yang
berbeda-beda (salah satu dari delapan Mahavipaka Citta). Makhluk-makhluk yang
berdiam di Dutiyajjhana Bhumi juga mempunyai Patisandhi Citta yang tidak sama,
karena bisa dua kemungkinan, yaitu Dutiyajjhana vipaka Citta atau Tatiyajjhana
vipaka Citta.
Ekattasanni Bhumi adalah alam
kehidupan yang makhluknya mempunyai Patisandhi Citta semacam. Ekattasanni Bhumi
terdiri atas enam belas alam, yaitu empat Apaya Bhumi, tiga alamjhana pertama
(tiga Pathamajjhana Bhumi), tiga alam jhana ketiga (tiga Tatiyajjhana Bhumi),
satu Vehapphala Bhumi, dan lima Suddhavasa Bhumi. Ini berarti bahwa Patisandhi
Citta makhluk-makhluk yang berdiam di empat Apaya Bhumi itu sama, yaitu
Upekkhasantirana akusalavipaka Citta. Patisandhi Citta makhluk-makhluk yang
berdiam di tiga Pathamajjhana Bhumi itu sama, yaitu Pathamajjhana vipaka Citta.
Patisandhi Citta makhluk-makhluk yang berdiam di tiga Tatiyajjhana Bhumi itu
sama, yaitu Catutthajjhana vipaka Citta. Patisandhi Citta makhluk-makhluk yang
berdiam di satu Vehapphala Bhumi dan lima Suddhavasa itu sama, yaitu
Pancamajjhana vipaka Citta.
Asanna Bhumi adalah alam
kehidupan yang makhluknya tidak mempunyai nama khandha. Yang tennasukAsanna
Bhumi adalahAsannasatta Bhumi yangmerupakan tempat diam makhlukAsannasatta
Brahma.
Akasanancayatana Bhumi merupakan
PathamaArupa Bhumi, yaitu alam kehidupan yang makhluk-makhluknya mempunyai
Arupa Jhana tingkat pertama. Vinnanancayatana Bhumi merupakan Dutiya Arupa
Bhumi, yaitu alam kehidupan yang makhluk-makhluknya mempunyai Arupa Jhana
tingkat" kedua. Akincannayatana Bhumi merupakan TatiyaArupa Bhumi, yaitu
alam kehidupan yang makhluk-makhluknya mempunyai Arupa Jhana tingkat ketiga.
Nevasannanasannayatana Bhumi merupakan Catuttha Arupa Bhumi, yaitu alam
kehidupan yang makhluk-makhluknya mempunyai Arupa Jhana tingkat keempat.
Vinnanathiti.
Vinnanathiti berarti alam
kehidupan yangmenjadi tempatvinnana. Di sini akandibahas alam-alam kehidupan
yang menjadi tempat diam makhluk-makhluk yang memiliki bentukjasmani
yangdigabung dengan Patisandhi Vinnana. Ada tujuh Vinnanathiti, yaitu
Nanattakayaaanattasanni Bhumi, Nanattakayaekattasanni Bhumi,
Ekattakayananattasanni Bhumi, Ekattakayaekattasanni Bhumi, Akasanancayatana
Bhumi, Vinnanancayatana Bhumi, dan Akincannayatana Bhumi.
Nanattakayananattasanni Bhumi adalah alam
kehidupan yang makhluk-makhluknya mempunyai bentuk jasmani berbeda dan
mempunyai Patisandhi Citta berbeda juga. Nanattakayananattasanni Bhumi terdiri
atas tujuh alam, yaitu tujuh Kamasugati Bhumi.
Nanattakayaekattasanni Bhumi adalah alam kehidupan
yang makhluk-makhluknya mempunyai bentuk jasmani berbeda, tetapi Patisandhi
Vinnananya semacam. Nanattakayaekattasanni Bhumi terdiri atas tujuh alam, yaitu
empat Apaya Bhumi dan tiga alam jhana pertama (tiga Pathamajjhana Bhumi).
Ekattakayananattasanni Bhumi adalah alam kehidupan
yang makhluk-makhluknya mempunyai bentukjasmani sama, tetapi Patisandhi
Vinnananya berbeda. Ekattakayananattasanni Bhumi terdiri atas tiga alam, yaitu
tiga alam jhana kedua (tiga Dutiyajjhana Bhumi).
Ekattakayaekattasanni Bhumi adalah alam kehidupan
yang makhluk-makhluknya mempunyai bentuk jasmani sama dan mempunyai Patisandhi
Vinnana semacam. Ekattakayaekattasanni Bhumi terdiri atas sembilanalam,
yaitu tiga alam jhana ketiga (tiga Tatiyajjhana Bhumi), satu Vehapphala Bhumi,
dan lima Suddhavasa Bhumi.
Di sini, yang tidak termasuk dalam kelompok
Vinnanathiti adalah Asannasatta Bhumi dan Nevasannanasannayatana Bhumi.
Asannasatta Bhumi tidak termasuk dalam kelompok Vinnanathiti, karena
Asannasatta Bhumi merupakan alam kehidupan yang makhluknya tidak mempunyai
llama khandha, yang berarti juga tidak mempunyai Patisandhi Vinnana.
Nevasannanasannayatana Bhumi tidak termasuk dalam
kelompok Vinnanathiti, karena Nevasannanasannayatana Bhumi merupakan alam
kehidupan yang makhluknya mempunyai Patisandhi Vinnana (nama khandha), tetapi
nama khandhanya tidak jelas, dikatakan ada pun bukan, dikatakan tidak ada pun
bukan. Makhluk ini juga tidak mempunyai rupa khandha, yang berarti tidak
mempunyai bentukjasmani.
Untuk lebih
memantapkan pengertian dan pengetahuan Anda tentang Sattavasa Bhumi, cobalah
kerjakan latihan di bawah ini!
1. Apa yang dimaksud dengan Sattavasa Bhumi?
2. Apa yang dimaksud dengan Vinnanathiti? Jelaskan!
3. Apa yang dimaksud dengan Nanattakayananattasanni
Bhumi? Jelaskan!
4. Mengapa Asannasatta Bhumi tidak termasuk dalam
kelompok Vinnanathiti?
Kunci Jawaban
Latihan 2
1. Yang dimaksud dengan Sattavasa Bhumi adalah tempat diam
makhluk-makhluk yang dibagi menjadi kelompok-kelompok yang seluruhnya berjumlah
sembilan kelompok.
2. Yang
dimaksud dengan Vinnanathiti ialah alam kehidupan yang menjadi tempat vinnana.
Ada tujuh Vinnanathiti, yaitu Nanattakayananattasanni Bhumi,
NanattakayaekaUasanni Bhumi, Ekattakayananattasanni Bhumi,
Ekattakayaekattasanni Bhumi, Akasanancayatana Bhumi, Vinnanancayatana Bhumi,
dan Akincannayatana Bhumi.
3. Yang
dimaksud dengan Nanattakayananattasanni Bhumi adalah alam kehidupan yang makhluk-makhluknya
mempunyai bentukjasmani berbeda dan mempunyai Patisandhi Citta berbedajuga.
4.
Asannasatta Bhumi tidak termasuk dalam kelompok Vinnanathiti,karena Asannasatta
Bhumi merupakan alam kehidupan yang makhluknya tidak mempunyai nama khandha, yang
berarti juga tidak mempunyai Patisandhi Vinnana.
I. Pengertian Cuti
Setiap
makhluk yang dilahirkan, cepat atau lambat, pasti akan mengalami kematian. Ada
makhluk yang mengalami kematian atau meninggal pada usia muda dan ada pula yang
meninggal pada usia lanjut. Hal ini tergantung pada karma atau perbuatan yang
telah dilakukannya. Jika karma baik yang lebih banyak dilakukan, maka ia akan
berusia panjang. Namun, jika karma buruk yang lebih banyak dilakukan, maka ia
akan berumur pendek.
Setiap makhluk, termasuk manusia, ingin berumur
panjang dan hidup bahagia. Dan mereka harus banyak melakukan perbuatan baik.
Mereka hams suka menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongan dengan tanpa
pamrih. Mereka harus suka berdana dengan hati yang tulus ikhlas. Mereka harus
berjuang untuk memupuk karma baik yang banyak sebagai bekal untuk menghadapi
kematian nanti. Dengan demikian, mereka tidak akan menyesal bila waktu untuk
meninggalkan dunia ini tiba. Mereka akan menghadapi kematian itu dengan wajah
yangpenuh senyum.
Pengertian Cuti.
Cuti
berarti mati atau meninggaly-yaitu terpisahnya nama atau batin dari rupa
ataujasmani. Dalam pelajaran terdahulu telah dijelaskan bahwa nama atau batin
itu terdiri atas citta atau kesadaran dan cetasika atau bentuk-bentuk batin.
Citta dan cetasika selalu timbul bersama dan padam bersama. Jika seseorang
meninggal, maka cittanya padam atau lenyap dari tubuh mayat itu. Dengan
padamnya citta, cetasika pun ikut padam. Jadi, dalam tubuh mayat itu tidak ada
citta dan cetasika lagi. Mayat hanya terdiri atas rupa yang berarti juga sama
seperti benda-benda mati lainnya.
Setiap makhluk,
termasukmanusiasakti, brahma, dan arahat, pasti akan mengalami kematian. Sang
Buddha yang telah mencapai Penerangan Sempurna pun masih mengalami kematian
atau parinibbana. Jadi, tidak ada satu makhluk pun yang luput dari kematian. Hanya beda
antara arahat dan bukan terletak pada keadaan setelah kematiannya.
Makhluk-makhluk yang telah mencapai tingkat kesucian arahat tidak akan
mengalami tumimbal lahir lagi. Sedangkan, makhluk-makhluk yang belum mencapai
tingkat kesucian arahat masih akan mengalami tumimbal lahir lagi setelah
kematiannya. Ini berarti bahwa masih ada kehidupan setelah kematian bagi
makhluk-makhluk yang belum mencapai tingkat kesucian arahat.
Kehidupan setelah
kematian bagi makhluk-makhluk yang belum mencapai tingkat kesucian arahat yaitu
dapat dikelompokkan mcnjadi duakelompok, yaitu kehidupan di alam > ang
menyenangkan sebagai buah dari karma baiknya dan kehidupan di alam yang
tnenyedihkan sebagai buah dari karma buruknya. Jadi, setiap makhluk yang
meninggal dapat bertumimbal lahir di alam yang menyenangkan atau di alam yang
menyedihkan, sesuai dengan karmanya. Namun, setiap umat Buddha tentu ingin
bertumimbal lahir di alam-alam yang menyenangkan. untuk itu, mereka hams
melakukan karma baik sebanyak-banyaknya sebelum ajal atau kematian itu tiba.
Sang Buddha pemah mengatakan, "Jivitam
aniyatam, maranam niyatam", yang berarti bahwa kehidupan itu tidak pasti,
tetapi kematian adalah pasti. Yang dimaksud dengan kehidupan itu tidak pasti
adalah bahwa peristiwa-peristiwa yang akan terjadi pada diri manusia itu tidak
dapat diketahui dengan pasti. Manusia hanya dapat membuat rencana mengenai masa
depannya dan berusaha untuk mewujudkannya. Tercapai atau tidaknya cita-citanya
itu tergantung pada karmanya yang lampau dan usahanya yang sekarang. Sementara
itu, kematian itu pasti akan datang pada diri seseorang cepat atau lambat,
entah esok, lusa, atau pada masa tuanya.
Kematian merupakan suatu proses pelapukan fisik atau
tubuh manusia; suatu proses yang tak terhindarkandiduniaini. Kematian mempakan
suatu akhiryangwaj'ar;akhirsementara dari gejala yang bersifat sementara. Bagi
mereka yang belum mencapai tingkat kesucian arahat, kematian bukan merupakan
kemusnahan total dari suatu makhluk. Sebab, batin makhluk yang sudah terpisah
dari jasmaninya itu tidak lenyap secara total, tetapi mengalami tumimbal lahir
lagi di alam-alam lain yang sesuai dengan karmanya sampai suatu saat nanti
mencapai kesucian arahat.
Kematian merupakan suatu peristiwa yang pasti akan
terjadi pada setiap manusia, juga makhluk-makhluk lain. Kematian merupakan
suatu kenyataan yang hams dihadapi oleh setiap makhluk. Oleh sebab itu, setiap
manusia hams berani menghadapi dan menerima kenyataan ini. Mereka harus selalu
siap menghadapi kematian. Mereka tidak perlu takut akan kematian karena
kematian merupakan sesuatu kejadian yangwajar. Hanya orang-orang yang telah
berbuat salah yang mana kesalahannya itu sudah terlambat untuk diperbaiki
itulah yang akan merasa takut pada kematian.
Sesungguhnya, peranan kematian adalah untuk
menyadarkan setiap manusia akan akhir kehidupannya
bahwasetiapmanusiapadaakhimyatetap harus mengalami hal yangsama, yaitu
kematian. Caraterbaik bagi seseorang dalam menghadapi peristiwa kematian yang
tak terelakkan itu adalah menyadari dan merenungkan bahwa kematian akan dan
pasti tiba dalam waktu yang cepat atau lambat. Bila kematian itu tiba, maka umat
Buddha harus menghadapinya dengan tenang, berani, percaya diri, dan pikiran
yang penuh cinta kasih. Dengan demikian, mereka akan bertumimbal lahir lagi di
alam-alam yang menyenangkan.
Untuk lebih
memantapkan pengetahuan Anda tentang pengertian cuti, cobalah kerjakan latihan
di bawah ini!
1. Apa yang dimaksud dengan cuti? Jelaskan!
2. Apa yang dimaksud dengan ungkapan "Jivitam
aniyatam, maranam niyatam"?
Kunci Jawaban Latihan 1
1. Yang
dimaksud dengan cuti adalah mati atau meninggal, yaitu terpisahnya nama atau
batin (citta dan cetasika) dari rupa atau jasmani. Jika seseorang meninggal,
maka citta atau kesadarannya padam atau lenyap dari tubuh mayat itu. Dengan
padamnya citta, cetasika atau bentuk-bentuk batin juga ikut padam. Citta dan
cetasjka selalu timbul bersama dan padam bersama. Jadi, dalam tubuh mayat itu
tidak ada citta dan cetasika lagi. Mayat hanya terdiri atas rupa yang berarti
juga sama seperti benda-benda mati lainnya.
2. Ungkapan
"Jivitam aniyatam, maranam niyatam" mempunyai arti bahwa kehidupan
itu tidak pasti, tetapi kematian adalah pasti. Yang dimaksud dengan kehidupan
itu tidak pasti adalah bahwa peristiwa-peristiwa yang akan terjadi pada diri
manusia itu tidak dapat diketahui dengan pasti. Manusia hanya dapat membuat
rencana mengenai masa depannya dan berusaha untuk mewujudkannya. Tercapai atau
tidaknya cita-citanya itu tergantung pada karmanya yang lampau dan usahanya
yang sekarang. Sementara itu, kematian itu pasti akan datang pada diri
seseorang cepat atau lambat, entah esok, lusa, atau pada masa tuanya.
Cuti Makhluk-Makhluk
Setiap makhluk yang cuti atau meninggal akan langsung
patisandhi atau tumimbal lahir di alam-alam kehidupan yang sesuai dengan
kannanya. Ada makhluk yang bertumimbal lahir di Kama Bhumi, ada makhluk yang
bertumimbal lahir di Rupa Bhumi, dan ada pula makhluk yang bertumimbal lahir di
Arupa Bhumi.
Setiap makhluk, termasuk umat Buddha, tentu ingin
bertumimbal lahir di alam-alam yang menyenangkan, seperti alam manusia atau
alam dewa. Mereka tentu tidak ingin bertumimbal lahir di alam-alam yang
menyedihkan. Mereka tidak ingin terjatuh ke alam neraka, alam setan, alam
raksasa, atau alam binatang. Untuk itu, mereka harus memahami ajaran Sang
Buddha dengan benar. Kemudian, mereka harus melaksanakan cara-cara yang
diajarkan oleh Sang Buddha secara tepat. Dalam Kegiatan Belajar kedua ini akan
dibahas mengenai Cuti atau kematian dan tumimbal lahirnya makhluk-makhluk
sesuai dengan kannanya.
Cuti makhluk Kama Bhumi.
Makhluk-makhluk yang berdiam di
Kama Bhumi akan mengalami kematian bila waktunya tiba. Setelah itu, mereka akan
bertumimbal lahir lagi di alam-alam lain yang sesuai dengan kannanya.
Makhluk-makhluk yang berdiam di Kama Bhumi ini dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaituApaya Satta dan Kamasugati Puggala.
Apaya Satta atau makhluk yang berdiam di Apaya
Bhumi pasti akan mengalami kematian yang waktunya tentu sesuai dengan karmanya.
Bi 1 a Apaya Satta meni nggal, maka mereka akan bertumimbal lahir lagi di Apaya
Bhumi, atau di Manussa Bhumi, atau di Deva Bhumi. Jadi, mereka mempunyai
kemungkinan bertumimbal lahir disebelas Kama Bhumi. Mereka tidak mungkin
bertumimbal lahir di Brahma Bhumi. Sebab, untuk dapat bertumimbal lahir di
Brahma Bhumi, makhluk tersebut harus memiliki jhana yang merupakan hasil dari
melaksanakan Samatha Bhavana, sedangkan makhluk Apaya tidak mungkin dapat
melaksanakan Samatha Bhavana.
Bila makhluk Apaya meninggal, maka mereka akan
bertumimbal lahir lagi dengan salah satu Patisandhi Citta dari sepuluh jenis
Patisandhi Citta. Bila mereka bertumimbal lahir lagi di Apaya Bhumi, maka
mereka akan mempunyai Patisandhi Citta yang dinamakan Upekkhasantirana
Akusalavipaka Citta. Bila mereka bertumimbal lahir di Manussa Bhumi sebagai
manusia yang cacat sejak lahir atau Catummaharajika Bhumi, maka mereka akan
mempunyai Patisandhi Citta yang dinamakan Upekkhasantirana Kusalavipaka Citta.
Bila mereka bertumimbal lahir di Manussa Bhumi atau Deva Bhumi, maka mereka
akan mempunyai Patisandhi Citta yang dinamakan Mahavipaka Citta yangterdiri
atas delapan jenis.
Bila Kamasugati Puggala meninggal, maka mereka
akan bertumimbal lahir lagi di Apaya Bhumi, atau di Manussa Bhumi, atau di Deva
Bhumi, atau Brahma Bhumi, sesuai dengan karmanya. Jadi, Kamasugati Puggala cuti
akan dapat bertumimbal lahir di salah satu alam dari tiga puluh satu alam
kehidupan.
Bila makhluk Kamasugati meninggal, maka mereka
akan bertumimbal lahir lagi dengan salah satu Patisandhi dari dua puluh jenis
Patisandhi. Bila mereka bertumimbal lahir lagi di Apaya Bhumi, maka mereka akan
mempunyai Patisandhi Citta yang dinamakan Upekkhasantirana Akusalavipaka Citta.
Bila mereka bertumimbal lahir di Manussa Bhumi sebagai manusia yang cacat sejak
lahir atau Catummaharajika Bhumi, maka mereka akan mempunyai Patisandhi Citta
yang dinamakan Upekkhasantirana Kusalavipaka Citta. Bila mereka bertumimbal
lahir di Manussa Bhumi atau Deva Bhumi, maka mereka akan mempunyai Patisandhi
Citta yang di namakan Mahavipaka Citta yang terdiri atas delapan jenis. Bila
mereka bertumimbal lahir di Rupa Bhumi, maka mereka akan mempunyai Patisandhi
Citta yangdi namakan Rupavacaravipaka Citta. Bila mereka bertumimbal lahir di
Asannasatta Bhumi, maka mereka akan mempunyai Patisandhi Rupa yang dinamakan
Jivitanavakakalapa Rupa. Bila mereka bertumimbal lahir di Arupa Bhumi, maka
mereka akan mempunyai Patisandhi Citta yang dinamakan Arupavacaravipaka Citta
yang terdiri atas empat jenis.
Cuti makhluk Rupa Brahma.
Makhluk Rupa Brahma masih akan
mengalami kematian atau cuti bila saatnya tiba. Setelah itu, mereka akan
bertumimbal lahir lagi di alam-alam lain yang sesuai dengan karmanya.
Rupa Brahma atau makhluk yang berdiam di Rupa
Bhumi ada yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian dan ada pula yang belum
mencapai tingkat kesucian. Rupa Brahma yang telah mencapai kesucian dan yang
belum mencapai tingkat kesucian pasti akan mengalami kematian yang waktunya
tentu sesuai dengan karmanya. Bila Rupa Brahma itu meninggal, maka mereka akan
bertumimbal lahir lagi di Manussa Bhumi, atau di Deva Bhumi, atau Brahma Bhumi,
sesuai dengan karmanya. Mereka tidak mungkin bertumimbal lahir di Apaya Bhumi.
Jadi, Rupa Brahma mempunyai kemungkinan bertumimbal lahir di dua puluh tujuh
alam kehidupan (tidak termasuk Apaya Bhumi).
Cuti atau kematian makhluk Rupa Brahma itu dapat
dikelompokkan dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah kematian makhluk
Rupa yang berdiam di sepuluh alam kehidupan Rupa (tidak termasuk lima
Suddhavasa Bhumi dan satu Asannasatta Bhumi). Kelompok kedua adalah kematian
makhluk Asannasatta Brahma. Kelompok ketiga adalah kematian makhluk Anagami.
Untuk jelasnya akan diuraikan satu persatu.
Ada Rupa Brahma yang berdiam di sepuluh alam Rupa,
tidak termasuk lima Suddhavasa Bhumi dan satu Asannasatta Bhumi. Rupa Brahma
ini memilikijhana yangbersifat tidak kekal yangsewaktu-waktu dapat merosot.
Bila makhluk Rupa Brahma itu belum mencapai tingkat-tingkat kesucian, maka
jhananya dapat merosot. Bilajhananya merosot, setelah mengalami kematian,
makhluk Rupa Brahma ini, termasuk makhluk yang herd" am di Vehapphala
Bhumi, akan bertumimbal lahir di Manussa Bhumi atau di Deva Bhumi, baik sebagai
makhluk Tihetuka maupun Dvihetuka, sesuai dengan karmanya. Mereka akan
bertumimbal lahir dengan patisandhi yang disebut Mahavipaka Citta yang
berjumlah delapanjenis. Mereka tidak mungkin langsungjatuh ke alam-alam
yangmenyedihkan (Apaya Bhumi), atau bertumimbal lahir sebagai manusia cacat,
atau bertumimbal lahir di Catummaharajika Bhumi. Mereka tidak mungkin menjadi
makhluk Ahetuka Satta.
Rupa Brahma yangberdiam di
sepuluh alam Rupa, bilajhananya tidak merosot, setelah mengalami kematian, akan
bertumimbal lahir di Rupa Bhumi lagi, sesuai dengan ti ngkatan jhananya. Mereka
akan bertumimbal lahir dengan patisandhi yang disebut Rupavacaravipaka Citta
yang berjumlah limajenis. Rupa Brahma yang berdiam di sepuluh alam Rupa, bila
berhasil mencapai Arupa jhana, setelah mengalami kematian, akan bertumimbal
lahir di Arupa Bhumi, sesuai dengan tingkatan jhananya. Mereka akan bertumimbal
lahir dengan patisandhi yang disebut Arupavacaravipaka Citta yang berjumlah
empat jenis.
Rupa Brahma yang berdiam di
sepuluh alam Rupa, bila telah berhasil mencapai tingkat-tingkat kesucian, setelah
mengalami kematian, tidak akan bertumimbal lahir di Kama Bhumi atau di Rupa
Bhumi tingkat yang lebih rendah. Sebab, Rupa Brahma yang telah mencapai
tingkat-tingkat kesucian tidak mungkin berbuatjahat, sehingga jhananya tidak
mungkin merosot. Sedangkan, makhluk Rupa Brahma yang berdiam di Vehapphala
Bhumi yang telah mencapai tingkat kesucian Sotapanna, atau Sakadagami, atau
Anagami, tetapi belum berhasil mencapai tingkat kesucian arahat, akan
bertumimbal lahir berulang-ulang di Vehapphala Bhumi. Makhluk Vehapphala ini tidak akan
bertumimbal lahir di alam-alam lain. Mereka hanya akan bertumimbal lahir
berulang-ulang di Vehapphala Bhumi sampai mencapai kesucian arahat dan
parinibbana dalam alam tersebut.
Bagi makhluk Rupa Brahma yang
berdiam di Asannasatta Bhumi, bila cuti atau meninggal, akan bertumimbal lahir
hanya dalam tujuh Kamasugati Bhumi, menjadi Tihetuka Puggala atau Dvihetuka
Puggala, sesuai dengan karmanya. Jadi, bila makhluk Asannasatta Brahma itu cuti
atau meninggal, maka mereka tidak akan bertumimbal lahir di Apaya Bhumi, atau
di Rupa Bhumi, atau di Arupa Bhumi. Sebab, selama mereka berdiam di Asannasatta
Bhumi, mereka tidak dapat melakukan perbuatan apa pun, termasuk perbuatan jahat
yang akan mengakibatkan tumimbal lahir di Apaya Bhumi. Mereka juga tidak dapat
melaksanakan Samatha Bhavana, sehingga mereka tidak mungkin mempunyai jhana.
Dengan demikian, mereka tidak mungkin bertumimbal lahir di Brahma Bhumi.
Makhluk Rupa Brahma yang berdiam
di lima Suddhavasa Bhumi yang telah mencapai tingkat kesucian Anagami, tetapi
belum berhasil mencapai tingkat kesucian Arahat, bila cuti atau meninggal, hams
patisandhi atau bertumimbal lahir dalam Suddhavasa Bhumi tingkat lebih tinggi
menurut susunan. Makhluk-makhluk ini tidak mungkin bertumimbal lahir di Suddhavasa
Bhumi dalam tingkat itu atau tingkat yang lebih rendah. Jadi, dalam hal ini
tidak terdapat tumimbal lahir ulangan pada tingkat yang telah dicapai.
Misalnya, makhluk Anagami yangberdiam di Sudassa Bhumi, bila belum berhasil
mencapai kesucian Arahat di alam itu, setelah cuti, akan bertumimbal lahir di
Suddhavasa Bhumi tingkat yang lebih tinggi seperti Sudassi Bhumi atau Akanittha
Bhumi. Makhluk ini tidak akan bertumimbal lahir di Sudassa Bhumi lagi atau di
Suddhavasa Bhumi tingkat yang lebih rendah seperti Aviha Bhumi atau Atappa
Bhumi.
Cuti makhluk Arupa Brahma.
Makhluk
Arupa Brahma juga akan mengalami kematian atau cuti bila saatnya tiba. Setelah
itu, mereka akan bertumimbal lahir lagi di alam-alam lain yang sesuai dengan
karmanya. Bila makhluk-makhlukArupa Brahma itu meninggal.maka mereka akan
bertumimbal lahir lagi dengan kemungkinan di sebelas alam kehidupan, yaitu
tujuh Kamasugati Bhumi sebagai Tihetuka Puggala dan di Anipt Bhumi tingkat itu
atau tingkat yang lebih tinggi.
Makhluk Arupa Brahma yang berdiam
di Arupa Bhumi memiliki jhana yang bersifat tidak kekal yang sewaktu-waktu
dapat merosot. Bila makhluk Arupa Brahma itu belum mencapai tingkat-tingkat
kesucian, makajhananya dapat merosot. Bi la jhananya merosot, setelah mengalami
kematian, makhluk Arupa Brahma ini akan bertumimbal lahir di Manussa Bhumi atau
di Deva Bhumi sebagai Tihetuka Puggala, tidak sebagai Dvihetuka Puggala.
Makhluk ini juga tidak mungkin bertumimbal lahir sebagai manusia cacat sejak
lahir atau di alam-alam yang menyedihkan (Apaya Bhumi). Makhluk ini akan
bertumimbal lahir dengan patisandhi Citta yang disebut Mahavipakananasampayutta
Citta yang berjumlah empatjenis. Jenis patisandhi makhluk ini disebut
Kamatihetuka Patisandhi.
Makhluk Arupa Brahma yang berdiam
di Arupa Bhumi, bila jhananya tidak merosot, setelah mengalami kematian, akan
bertumimbal lahir di Arupa Bhumi tingkat itu atau tingkat yanglebih tinggi.
Makhluk Arupa Brahma ini tidak akan bertumimbal lahir di Arupa Bhumi tingkat
yang lebih rendah, karena arupa jhana itu terbebas dari jhana tingkat rendah.
Mereka akan bertumimbal lahir dengan patisandhi yang disebut Arupavacara-vipaka
Citta yang berjumlah empat jenis. Misalnya, makhluk Arupa Brahma yang berdiam
di Vinnanancayatana Bhumi, bila cuti, akan bertumimbal lahir di Arupa Bhumi
tingkat itu (Vinnanancayatana Bhumi) atau tingkat yang lebih tinggi seperti
Akincannayatana Bhumi atau Nevasannanasannayatana Bhumi. Makhluk ini tidak akan
bertumimbal lahir di Arupa Bhumi tingkat yang lebih rendah (Akasanancayatana Bhumi).
MakhlukArupa Brahma yangtelah
mencapai tingkat-tingkat kesucian tidak akan bertumimbal lahir di Kama Bhumi.
Sebab, makhluk yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian ini tidak mungkin
berbuatjahat, sehingga jhananya tidak mungkin merosot atau lenyap. Makhluk
Nevasannanasannayatana Brahma yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian,
tetapi belum berhasil mencapai kesucian arahat, tidak akan bertumimbal lahir di
alam-alam lain, karena makhluk ini pada suatu saat nanti pasti akan berhasil
mencapai tingkat kesucian arahat dan parinibbanadalam Nevasannanasannayatana
Bhumi itu.
Parinibbana Arahat.
Dari uraian
di atas nyatalah bahwa makhluk-makhluk yang belum mencapai tingkat kesucian
arahat itu, bila cuti, masih akan mengalami tumimbal lahir yang berulang-ulang.
Dengan adanya tumimbal lahir itu, timbul pula dukkha. Oleh sebab itu, setiap
umat Buddha seyogyanya berjuang untuk mencapai tingkat kesucian yang tertinggi,
yaitu arahat. Dengan tercapainya arahat, berakhirlah segala dukkha. Dengan
tercapainy a arahat, terputuslah rodasamsara atau lingkaran kelahiran dan
kematian, berakhirlah tumimbal lahir baginya. Dengan tercapainya arahat,
tercapai jugalah Nibbana.
Untuk lebih memantapkan pengertian dan pengetahuan
Anda tentang cuti makhluk-makhluk, cobalah kerjakan latihan di bawah ini!
1. Mengapa makhluk-makhluk Apaya tidak dapat bertumimbal
lahir di Brahma Bhumi ? Jelaskan!
2. Setelah cuti, anagami yang berdiam di Suddhavasa Bhumi
akan bertumimbal lahir di mana?
3. Setelah cuti, bila jhananya tidak merosot, makhluk
yang berdiam di Arupa Bhumi akan bertumimbal lahir di mana?
Kunci Jawaban
Latihan 2
1.
Makhluk-makhluk Apaya tidak mungkin bertumimbal lahir di Brahma Bhumi. Sebab,
untuk dapat bertumimbal lahir di Brahma Bhumi, makhluk tersebut hams memiliki
jhana yang merupakan hasil dari melaksanakan Samatha Bhavana, sedangkan makhluk
Apaya tidak mungkin dapat melaksanakan Samatha Bhavana.
2. Setelah
cuti, anagami yang berdiam di Suddhavasa Bhumi akan bertumimbal lahir dalam
Suddhavasa Bhumi tingkat lebih tinggi menurut susunan. Makhluk-makhluk ini
tidak mungkin bertumimbal lahir di Suddhavasa Bhumi dalam tingkat itu atau
tingkat yang lebih rendah. Jadi, dalam hal ini tidak terdapat tumimbal lahir
ulangan pada tingkat yang telah dicapai.
3. Setelah
cuti, bila jhananya tidak merosot, makhluk yang berdiam di Arupa Bhumi akan
bertumimbal lahir di Arupa Bhumi tingkat itu atau tingkat yang lebih tinggi.
Makhluk Arupa Brahma ini tidak akan bertumimbal lahir di Arupa Bhumi tingkat
yang lebih rendah, karena arupa jhana itu terbebas dari jhana tingkat rendah.
K. Pengertian dan Pembagian Kamma
Dalam kehidupan di masyarakat terdapat
banyak kepincangan atau keganjilan yang seolah-olah menunjukkan bahwa hukum
karma itu tidak adil. Misalnya, ada orang yang meninggal pada waktu masih
kanak-kanak, tetapi ada pula yang mencapai umur delapan puluh atau seratus
tahun. Ada orang yang selalu sakit-sakitan, sedangkan yang lain kuat dan sehat.
Ada yang berwajah cantik atau tampan, sedangkan yang lain berwajah buruk
ataujelek. Ada orang yangdilahirkan dalam keadaan serba mewah dan yang lain
dalam keadaan yang sangat kekurangan. Ada yang dilahirkan dengan bakat dalam
suatu ilmu tertentu, sedangkan yang lain dilahirkan sebagai orang yang bodoh.
Ada pula orang yang dilahirkan dalam keadaan cacat, sedangkan yang lain dalam
keadaan normal. Sesungguhnya, apakah yang menyebabkan timbulnyaberbagai keadaan
ini ? Apakah ini merupakan suatu hal yang kebetulan saja ? Apakah ini
merupakan perbuatan suatu kekualan luardi luarmanusia itu sendiri ?
Sesungguhnya, apakah yang dimaksud dengan karma menurut agama Buddha ?
Pengertian karma.
Dalam agama
Buddha terdapat ajaran kamma atau karma. Kamma atau karma berarti perbuatan
yangdilakukan olehjasmani, perkataan, dan pikiran, yangbaik maupun yangjahat.
Atau keadaan yang menghasilkan perbuatan disebut kamma.
Karma yang diajarkan oleh Sang
Buddha itu tidak sama dengan nasib atau takdir. Karma bukan merupakan ajaran
tentang adanya nasib yang sudah ditakdirkan. Karma bukan merupakan suatu
ajaran yang membuat manusia lekas putus asa. Sesungguhnya, jika seseorang telah
mengerti hukum karma dengan baik, maka ia akan menjadi berani hidup. la
akan tabah dan sabar menghadapi berbagai kesulitan dan penderitaan hidup.
Sebab, ia mengerti bahwa segala keadaan yang ia alami merupakan hasil dari
perbuatannya sendiri. Penderitaan hanya datang kepada orang yang memang harus
menerimanyadandisadaripulabahwa penderitaan itu be rsi fat tidak
kekal.Jadi,iayakin akan kebenaran hukum karma. -
Menurut ajaran karma dari Sang
Buddha, segala sesuatu yang telah lampau memang mempengaruhi keadaan sekarang
atau pada saat ini, tetapi tidak menentukan seluruhnya. Sebab, karma meliputi
apa yang telah lampau dan keadaan pada saat ini, dan yang telah lampau
bersama-sama dengan apa yang terjadi pada saat sekarang mempengaruhi pula
hal-hal yang akan datang. Apa yang telah lampau merupakan dasar tempat hidup
sekarang berlangsung dari satu saat ke saat lain, dan apa yang akan datang
masih akan dijalankan. Oleh sebab itu, saat sekarang yang merupakan saat yang
nyata dan berada dalam tangan kita sendiri ini harus dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa keadaan
beraneka ragam yang terdapat dalam dunia ini yang seolah-olah memperlihatkan
adanya kepincangan-kepincangan atau keganjilan-keganjilan itu sesungguhnya
bukanlah merupakan suatu hal yang kebetulan saja. Perbuatan-perbuatan itu juga
bukan disebabkan oleh perbuatan suatu kekuatan luar di luar manusia itu
sendiri. Menurut agama Buddha, kepincangan-kepincangan atau keganjilan-keganjilan
yangterdapat di dunia ini tentu saja mempunyai sebab. Tidak mungkin sesuatu
timbul tanpa sebab karena setiap perbuatan pasti menimbulkan akibat. Oleh sebab
itu, hukum karma disebut juga hukum sebab dan akibat. Hukum karma dalam agama
Buddha tidak dapat dikatakan sebagai hukum pembalasan karena akibat dari
perbuatan itu bukan merupakan pembalasan atau hukuman dari makhluk tertentu,
tetapi merupakan akibat dari perbuatannya sendiri.
Ada sebuah perbuatan yang dapat dijadikan contoh
tentang hukum sebab dan akibat ini, yaitu melempar batu ke dalam sebuah
kolam yang airnya tenang. Pertama-tama akan terdengar suara percikan air dan
kemudian akan terlihat lingkaran-lingkaran gelombang. Kemudian,
lingkaran-lingkaran ini makin lama makin melebar menjadi begitu lebar dan
halus, sehingga tidak dapat dilihat lagi oleh mata manusia. Ini bukan berarti
bahwa gerak itu telah selesai. Sebab, bila gerak gelombang yang halus itu
mencapai tepi kolam, maka ia akan dipantulkan kembali sampai mencapai pula
tempat bekas batu tadi jatuh. Begitulah semua akibat perbuatan kita akan
kembali kepada kita, seperti halnya dengan gelombang di kolam, yang kembali ke
tempat batu itu jatuh.
Orangyangmenyadari kebenaran hukum karma akan
menghadapi hidup ini dengan lebihbijaksana. la akan menyadari bahwa hukum karma
itu pasti adil. Namun, orang yang kurang mengerti hukum karma akan beranggapan
bahwa hukum karma itu tidak adil. la akan beranggapan bahwa perbuatan baik itu
sia-sia karena banyak orang baik yang hidupnya menderita. la juga akan
beranggapan bahwa perbuatan jahat itu tidak akan memberikan akibat buruk karena
banyak orang jahat yang hidupnya senang. Sesungguhnya, hukum karma itu tetap
adil. Setiap perbuatan pasti menimbulkan akibat bagi pelakunya. Perbuatan baik
mendatangkan kebahagiaan, sedangkan perbuatan jahat mengakibatkan penderitaan.
Oleh sebab itu, setiap makhluk, termasuk manusia, seyogianya berusaha melakukan
perbuatan-perbuatanbaik,agarmerekahidupberbahagia.Merekapunseyogianyaberusahamenghindari
perbuatan-perbuatan jahat, agar mereka tidak hidup menderita.
Dalam kasus orang baik hidup menderita itu karena
orang baik tersebut sedang memetik akibat karma buruk yang pernah dilakukannya
pada kehidupan yang lampau. Sementara itu, karma baik yang dilakukannya pada
kehidupan sekarang ini belum berbuah, tetapi pasti akan berbuah pada suatu saat
nanti.Demiki an pula sebaliknya, dalam kasus orang jahat hidup senang itu
karena orangjahat itu sedang memetik dan menikmati buah karma baik yang pernah
dilakukannya pada kehidupan lampau. Sementara itu, karma buruk yangdilakukannya
pada kehidupan sekarang ini belum berbuah, tetapi pasti akan berbuah pada suatu
saat nanti.
Tergambar dari uraian di atas ba.'wa hukum karma
itu adil. Penderitaan
hanya datang kepada orang yang harus menerimanya. Kebahagiaan atau
keberuntungan pun akan datang kepada mereka yang berhak. Dengan demikian, jika
penderitaan bertubi-tubi datang menimpa seseorang, maka ia harus menerimanya
dengan tabah dan sabar. Harus disadari bahwa hasil dari perbuatan buruk yang
telah dilakukan pada masa lampau harus dipetik pada waktunya. Kemudian,
penderitaan pun pasti berlalu pada waktunya. Sesuai dengan hukum
ketidakkekalan, penderitaan itu sendiri bersifat tidak kekal.
Pembagian karma
Karma dapat
dibagi atas beberapajenis, tergantung pada tinjauan dari segi mana. Ada
pembagian kammayang ditinjau dari sifatnya, tempat terjadinya, jangka waktu
berbuahnya, sifat bekerjanya, dan sifat hasilnya.
Menurut sifatnya, karma dapat dibagi atas duajenis, yaitu
:
1. Akusala kamma, yang berarti perbuatan jahat, yaitu
cetana atau kehendak yang berada dalam dua betas jenis Akusala Citta.
2. Kusala Kamma, yang berarti perbuatanbaik, yaitu cetana
atau kehendak yang berada dalam delapan jenis Mahakusal a Citta.
Menurut tempat terjadinya, karma dapat dibagi atas tiga
jenis, yaitu :
1. Kaya kamma, yang berarti perbuatan yang dilakukan
melalui badan jasmani.
2. Vaci kamma, yang berarti perbuatan yang dilakukan
melalui ucapan.
3. Mano kamma, yang berarti perbuatan yang dilakukan
melalui pikiran.
Jika kedua pembagian kamma di atas digabungkan, maka
terdapat enam jenis kamma, yaitu :
1. Akusala kaya kamma, yang berarti perbuatan jahat yang
dilakukan melalui badan jasmani.
2. Akusala vaci kamma, yang berarti perbuatan jahat yang
dilakukan melalui ucapan.
3. Akusala mano kamma, yang berarti perbuatan jahat yang
dilakukan melalui pikiran.
4. Kusala kaya kamma, yang berarti perbuatan baik yang
dilakukan melalui badan jamani.
5. Kusala vaci kamma, yang berarti perbuatan baik yang
dilakukan melalui ucapan.
6. Kusala mano kamma, yang berarti perbuatan baik yang
dilakukan melalui pikiran.
Ada tiga macam perbuatan yang tergolong Akusala kaya
kamma, yaitu :
1. Panatipata, yang berarti membunuh.
2. Adinnadana, yang berarti mencuri.
3. Kamesumicchacara, yang berarti berzinah.
Ada empat jenis perbuatan yang tergolong Akusala vaci
kamma, yaitu :
1. Musavada, yang berarti berdusta.
2. Pisunavaca, yang berarti bicara memfitnah.
3. Pharusavaca, yang berani bicara kasar.
4. Samphappalapa, yang berarti bicara hal-hal yang tidak
perlu atau omong kosong.
Ada tiga jenis perbuatan yang tergolong Akusala mano
kamma, yaitu :
1. Abhijjha, yang berarti nafsu serakah.
2. Byapada, yang berarti dendam atau kemauanjahat.
3. Miccha-ditthi, yang berarti pandangan salah.
Ada tiga macam perbuatan yang tergolong Kusala kaya
kamma, yaitu :
1. Panatipata veramani, yang berarti menghindari
membunuh.
2. Adinnadanaveramani, yang berarti menghindari mencuri.
3. Kamesumicchaeara veramani, yang berarti menghindari
berzinah.
Ada empat jenis perbuatan yang tergolong Kusala vaci
kamma, yaitu :
1. Musavada veramani, yang berarti menghindari berdusta.
2. Pisunaya vacaya veramani, yang berarti menghindari
memfitnah.
3. Pharusaya vacaya veramani, yang berarti menghindari
bicara kasar.
4. Samphappalapa veramani, yang berarti menghindari
bicara hal-hal yang tidak perlu atau omong kosong.
Ada tiga jenis perbuatan yang tergolong Kusala mano
kamma, yaitu :
1. Anabhijjha, yang berarti tidak mempunyai nafsu
serakah.
2. Abyapada, yang berarti tidak mempunyai dendam atau
kemauanjahat.
3. Samma-ditthi, yang berarti pandangan benar.
Menurutjangkawaktu
berbuahnya atau Pakakala Catukka, kamma dapat dibagi atas empat jenis, yaitu
1. Dittha Dhammavedaniya Kamma, yang berarti kamma yang
masak atau memberikan hasil dalam kehidupan sekarang ini.
2. Uppajjavedaniya Kamma, yang berarti kamma yang masak
atau memberikan hasil dalam kehidupan yang akan datang.
3. Aparaparavedaniya Kamma, yang berarti kamma yang masak
atau memberikan hasil dalam kehidupan berikutnya berturut-turut.
4. Ahosi Kamma, yang berarti kamma yang tidak menimbulkan
akibat.
Menurut sifat bekerjanya atau Kicca Catukka, kamma dapat
dibagi atas empat jenis, yaitu :
1. Janaka Kamma, yang berarti hukum yang menyebabkan
timbulnya syarat untuk terlahirnya kembali sesuatu makhluk.
2. Upatthambhaka Kamma, yang berarti hukum kekuatan yang
mendorongterpeliharanyasatu akibat daripada sebab (kamma) yang telah timbul.
3. Upapilaka Kamma, yang berarti hukum kekuatan yang
menekan, mengolah, dan menyelaraskan satu akibat daripada satu sebab.
4. Upaghataka Kamma, yang berarti hukum yang meniadakan
kekuatan dan akibat dari satu sebab (kamma) yang telah terjadi dan sebaliknya
menyuburkan berkembangnya karma baru.
Menurut sifat hasilnya
atau Pakadanapariyaya Catukka, kamma dapat dibagi atas empatjenis, yaitu :
1. Garuka Kamma, yang berarti kamma yang berat, yang
akibatnya dapat timbul dalam waktu satu kehidupan atau kehidupan berikutnya.
2. Asanna Kamma, yang berarti kamma atau perbuatan yang
dilakukanolehseseorang,baikdengan lahir maupun batin, sebelum saat ajalnya.
3. Acinna Kamma atau Bahula Kamma, yang berarti kamma
kebiasaan, yaitu kamma atau perbuatan yang merupakan kebiasaan bagi seseorang
karena seringnya dilakukan sehingga seolah-olah merupakan watak baru.
4. Katatta Kamma, yang berarti kamma yang tidak begitu
berat dirasakan akibatnya dari perbuatan-perbuatan yang lampau.
Untuk lebih
memantapkan pengetahuan Anda tentang Pengertian dan pembagian kamma, cobalah
kerjakan latihan di bawah ini!
1. Apa yang dimaksud dengan kamma atau karma ?
2. Apakah karma itu sama dengan nasib atau takdir ?
Jelaskan !
3. Mengapa ada orang yang meninggal pada waktu masih
kanak-kanak, sakit-sakitan, berwajah buruk, miskin,sedangkanyang lain meninggal
pada usiatua,sehat, berwajah cantik atau tampan, dan kaya ? Jelaskan !
4. Sebutkan tigajenis perbuatan yang tergolong Kusala
mano kamma beserta artinya !
Kunci Jawaban Latihan
1. Kamma atau karma berarti perbuatan yang dilakukan oleh
jasmani, perkataan, dan pikiran, yang baik maupun yangjahat. Atau keadaan yang
menghasilkan perbuatan disebut kamma.
2. Karma
yang diajarkan oleh Sang Buddha itu tidak sama dengan nasib atau takdir. Sebab,
karma atau segala sesuatu yang terjadi pada diri manusia itu masih dapat
dirubah, sedangkan takdir merupakan ajaran tentang adanya nasib yang sudah
ditentukan.
3. Di dunia
ini terdapat berbagai keadaan yang seolah-olah memperlihatkan ketidakadilan,
seperti meninggal padawaktu masih kanak-kanak, sakit-sakitan, berwajah buruk,
miskin, sedangkan yang lain meninggal padausiatua, sehat, berwajah cantik atau
tampan, dan kaya. Keadaan yangberaneka ragamitu sesungguhnyabukanlah merupakan
suatuhal yang kebetulan saja.Perbuatan-perbuatan itu juga bukan disebabkan oleh
perbuatan suatu "kekuatan luar" di luar manusia itu sendiri. Menurut
agama Buddha, kepincangan-kepincangan atau keganjilan-keganjilan yang terdapat
di dunia ini tentu saja mempunyai sebab. Tidak mungkin sesuatu timbul tanpa
sebab karena setiap perbuatan pasti menimbulkan akibat. Keadaan yang dialami
oleh seseorang itu pasti merupakan hasil dari perbuatannyasendiri. Penderitaan
hanya datang kepada orang yang hams menerimanya. Kebahagiaan atau
keberuntunganpun akan datang kepada mereka yangberhak. Hukum karma yang disebut
juga hukum sebab akibat itu pasti adil.
4. Tigajenis perbuatan yang tergolong Kusala mano kamma
adalah :
a. Anabhijjha, yang berarti tidak mempunyai nafsu
serakah.
b. Abyapada, yang berarti tidak mempunyai dendam atau
kemauanjahat.
c. Samma-ditthi, yang berarti pandangan benar.
Kamma
Menurut Jangka Waktunya
Dalam kehidupan di masyarakat
ada orang baik yang hidupnya susah. Sebaliknya, adajuga orang jahat yang
hidupnya senang. Akibatnya, banyak orang yang berpandangan sal ah. Mereka
beranggapan bahwa perbuatan baik itu sia-sia dan perbuatan jahat itu tidak akan
memberikan akibat buruk bagi si pembuatnya. Sesungguhnya, hukum karma itu tetap
adil. Dalam hal ini, orangbaik itu sedang memetik akibat karma buruk yang
pernah dilakukannya pada kehidupan lampau sehingga kini ia hidup menderita.
Sementara itu, karma baik yang dilakukannya pada kehidupan sekarang ini belum
berbuah. Demikian pula sebaliknya, orang jahat yang dimaksud di atas sebenarnya
sedang memetik dan menikmati buah karma baik yang pemah dilakukannya pada
kehidupan lampau sehingga kini ia hidup senang. Sementara itu, karma buruk yang
dilakukannya pada kehidupan sekarang ini belum berbuah.
Tergambardari uraiandi atas bahwa hukum karma itu
adil. Hanyajangkawaktu berbuahnya karma itu ada yang cepat, ada yang sedang,
dan ada pula yang lama sekali. Hal ini dapat diumpamakan seperti jangka waktu
berbuahnya pohon-pohon. Jika biji cabe yang ditanam, maka jangka waktu
berbuahnya amat cepat. Jika biji jeruk yang ditanam, maka jangka waktu
berbuahnya sedang. Namun, jika biji mangga yang ditanam, maka jangka waktu berbuahnya
amat lama sekali. Kenyataan inilah yang kadang-kadang membuat orang menjadi
berpandangan salah.
Setiap umat Buddha seyogyanya berusaha melenyapkan
pandangan salah yang ada dalam dirinya. Mereka hams menyadari bahwa hukum karma
itu adil. Setiap makhluk pasti akan menerima kebahagiaan atau penderitaan yang
sesuai dengan karma yang telah diperbuatnya. Akibat karma tersebut memang ada
yang diterima dalam kehidupan sekarang ini, ada pula yang diterima dalam
kehidupan setelah kematian, atau adajuga yang diterima pada beberapa kehidupan
berikutnya lagi. Akibat karma tersebut diatur oleh hukum kamma. Untuk jelasnya,
umat Buddha harus memahami hukum karma dan jangka waktu berbuahnya karma secara
tepat.
Kamma menurut jangka waktunya.
Karma itu terdiri atas beberapa jenis. Akibat karma itu
juga berjenis-jenis. Jangka waktu berbuahnya karma itu pun berbeda-beda. Ada
karma yang jangka waktu berbuahnya amat cepat, sedang, atau lama sekali,
tergantung pada kondisi karma yang diperbuatnya. Jika ditinjau dari jangka waktu
berbuahnya atau Pakakala Catukka, maka kamma itu dapat dibagi atas empat jenis,
yaitu :
1. Dittha
Dhammavedaniya Kamma, yang berarti kamma yang masak atau memberikan hasil dalam
kehidupan sekarang ini.
2. Uppajjavedaniya Kamma, yang berarti kamma yang masak
atau memberikan hasil dalam kehidupan yang akan datang.
3. Aparaparavedaniya Kamma, yang berarti kamma yang memberikan hasil dalam kehidupan berikutnya
berturut-turut.
4. Ahosi Kamma, yang berarti kamma yang tidak menimbulkan
hasil atau akibat.
Dittha Dhammavedaniya Kamma.
Dittha
Dhammavedaniya Kamma merupakan karma yang memberikan hasil atau akibat dalam
kehidupan sekarang ini. Waktu dalam kehidupan sekarang ini dapat dibagi dalam
dua bagian. Dengan demikian, Dittha Dhammavedaniya Kamma juga dapat dibagi atas
duajenis, yaitu :
1.
Paripakka Dittha Dhammavedaniya Kamma, yang berarti kamma yang memberikan hasil
atau akibat dalam kehidupan sekarang ini, termasuk yang sudah masak betul.
2.
Aparipakka Dittha Dhammavedaniya Kamma, yang berarti kamma yang memberikan
hasil atau akibat dalam kehidupan sekarang ini, belum termasuk yang masak
betul.
Dari uraian di atasjelaslah bahwa
ada duajenis karma yang berbuah dalam kehidupan sekarang ini. Jenis yang
pertama yang disebut Paripakka Dittha Dhammavedaniya Kamma ini memberikan hasil
atau akibat dalam waktu tujuh hari dengan pasti karena karma ini sudah masak
betul. Jadi, karma ini akan memberikan hasil atau akibat secara pasti dalam
waktu tujuh hari. Hasil tersebut bisa berupa kaya raya, kenaikan status sosial,
dan lain-lain. Sedangkan, perbuatan yang termasuk Paripakka Dittha
Dhammavedaniya Kamma ini antara lain adalah berdana kepada arahat (orang suci
tingkat keempat).
Dalam Sutta diceritakan beberapa kisah nyata
tentang orang-orang yang menerima hasil karma baiknya dalam waktu tujuh hari,
antara lain Maha Duggata, Punna, Kakavaliya, dan Mallika. Untuk jelasnya,
ikutilah uraian berikut ini.
Jauh sebelum zaman Sang Buddha Gotama, tepatnya
pada zaman Buddha Kassapa, hiduplah seorang laki-laki yang bernama Maha Duggata.
Laki-laki ini sangat miskin, tetapi ia tidak kikir. Pada suatu ketika, ia
bertemu dengan Sang Buddha Kassapa. Kemudian, ia langsung memberikan dana
makanan kepada Buddha Kassapa tersebut. Setelah selesai berdana, ia menjadi
kaya raya dalam waktu tujuh hari.
Pada zaman Buddha Gotama, hidup seorang laki-laki
yang bernama Punna. Laki-laki ini sangat miskin, tetapi ia suka berdana. Pada
suatu ketika, ia memberikan dana makanan kepada Bhikkhu Sariputta yang
merupakan seorang arahat. Setelah berdana, ia menjadi kaya raya dalam waktu
tujuh hari.
Pada zaman Buddha Gotama, ada juga seorang
laki-laki yang bernama Kakavaliya. Laki-laki ini sangat miskin, tetapi ia
senang berdana. Pada suatu ketika, ia bertemu dengan Bhikkhu Maha Kassapa yang
merupakan seorang arahat. Setelah berdana, ia menjadi kaya raya dalam waktu
tujuh hari.
Pada zaman Buddha Gotama, hidupjugaseoranggadis
yangbemamaMallika. Mallika merupakan anak tunggal dari seorang tukang bunga.
Karena ibunya telah meninggai dunia, Mallikalah yang mengurus segala pekerjaan
rumah tangga. Setiap siang sekitar pukul sepuluh lewat tiga puluh, ia selalu
pergi ke kebun bunga ayahnya dengan membawa lima bungkus nasi beserta
Saukpauknya. Sesampainya di sana, ia makan siang bersama dengan ayah dan
pembantu-pembantunya. Setelah itu, ia membantu ayahnya di kebun bunga, misalnya
menggunting bunga-bunga yang layu, menyiram bunga-bunga, merangkai bunga-bunga
untuk dijual, dan lain-lain.
Pada suatu siang, ketika ia sedang dalam
perjalanan menuju kebun bunga ayahnya, ia bertemu dengan serombongan bhikkhu
yangsedang melakukan pindapata (membawa mangkok untuk memberikan kesempatan
kepada orang untuk berdana). la tidak tahu bahwa pemimpin bhikkhu itu adalah
Sang Buddha, tetapi ia yakin bahwa Beliau maha sempurna. Oleh sebab itu, ia langsung
mengambil satu bungkus nasi dari bakulnya dan memasukkannya ke dalam mangkok
Sang Buddha. Hatinya amat gembira. labernyanyi-nyanyi kecil sambil
melanjutkanperjalanannya. Sang Buddha tersenyum karena Beliau melihat keadaan
menyenangkan yang akan dialami oleh Mallika sebagai buah karma baiknya. Bhikkhu
Ananda yang berdiri di belakang Sang Buddha ingin mengetahui keadaan yang akan
dialami oleh Mallika. Oleh sebab itu, Bhikkhu Ananda bertanya kepada Sang
Buddha, "Bhante, apa yang Bhante lihat tentang gadis itu." Kemudian,
Sang Buddha menjawab, "Oh Ananda, karma baik Mallika memberikan dana
makanan kepada-Ku akan segera berbuah. Hari ini juga Mallika akan menikah
dengan seorang raja." Sang Buddha yang telah mencapai tingkat kesucian
arahat itu tidak mungkin berdusta. Apa yang Beliau katakan itu pasti benar.
Ternyatapada siang itu, lewatlah seorang raja yang
bernamaPasenadiKosaladidepan kebun bunga ayah Mallika. Raja Pasenadi Kosala
baru saja mengalami kekalahan dalam perang melawan Raja Ajatasattu yang merupakan
keponakannya sendiri. Hati Raja Pasenadi amat dongkol, kesal, jengkel, dan
kecewa. Namun, tiba-tiba ia terhibur setelah mendengarsuara nyanyian Mallika
yang amat merdu. lajatuhcintaseketika itu juga. Kemudian, ia melamar Mallika
pada ayahnya. Akhirnya, pada malam hari itu juga diselenggarakanlah pesta
pernikahan antara Raja Pasenadi Kosala dengan Puteri Mallika
secarabesar-besaran. Selanjutnya, Puteri Mallika hidup berbahagiadan dapat
menjadi permaisuri yang bijaksana. Dengan demikian, Mallika mengalami kenaikan status sosial
dari rakyat biasa menjadi permaisuri. Keberuntungan yang dialami oleh Mallika
ini merupakan hasil dari perbuatan baiknya, yaitu berdana kepada arahat.
Selanjutnya, Dittha Dhammavedaniya Karma jenis
yang kedua yang disebut Aparipakka Dittha Dhammavedaniya Kamma ini memberikan
hasil atau akibat setelah lewat waktu tujuh hari karena karma ini belum masak
betul. Jadi, karma ini akan memberikan hasil atau akibat setelah lewat waktu
tujuh hari. Misalnya, karma yang diperbuat ketika ia masih muda dan hasilnya
diterima setelah ia berusia lanjut, tetapi masih dalam kehidupan sekarang ini
juga. Jadi, jika ada seseorang berbuat baik ataujahat ketika masih muda dan
akibatnya ia hidup berbahagia atau menderita pada masa tuanya, maka karma yang
dilakukan pada masa mudanya itu tergolong Aparipakka Dittha Dhammavedaniya
Kamma.
Uppajjavedaniya Kamma.
Uppajjavedaniya
Kamma merupakan kamma yang masak atau memberikan hasil dalam kehidupan yang
akan datang. Jadi, karma ini akan memberikan hasil atau akibat pada satu
kehidupan sesudah kematian. Misalnya, karma yang diperbuat pada kehidupan
sekarang akan diterima hasilnya pada k&hidupan setelah kemaUan. Jadi, ]ika
seseorang berbuat baik pada kehidupan sekarang, maka ia akan bertumimbal lahit
di alam yang menyenangkan setelah kematiannya dari alam manusia ini dan hidup
bahagia di sana. Sebaliknya, jika seseorang berbuat jahat pada kehidupan
sekarang, maka ia akan bertumimbal lahir di alam yang menyedihkan setelah
kematiannya dari alam manusia ini dan hidup menderita di sana.
Aparaparavedaniya Kamma.
Aparaparavedaniya Kamma merupakan
kamma yang masak atau memberikan hasil
dalam kehidupan berikutnya berturut-turut, yaitu kehidupan ketiga, atau
keempat, atau kel i ma, dan seterusnya. Jadi, karma ini akan memberikan hasil
atau akibat pada beberapa kehidupan sesudah kematian. Misalnya, karma yang
diperbuat pada kehidupan sekarang akan diterima hasilnya pada beberapa
kehidupan setelah kematian. Jadi, jika seseorang berbuat baik pada kehidupan
sekarang, maka ia akan hidup senang dan bahagia pada beberapa kehidupan sesudah
kematiannya dari alam manusia ini. Sebaliknya, jika seseorang berbuat jahat
pada kehidupan sekarang, maka ia akan hidup menderita pada beberapa kehidupan
setelah kematiannya dari alam manusia ini.
Ahosi Kamma.
Ahosi Kamma merupakan kamma yang
tidak menimbulkan hasil atau akibat. Karma ini tidak menimbulkan hasil atau
akibat karena ada karma lain yang memotongnya. Jika tidak ada karma lain yang
memotong karma ini, maka karma ini tidak akan menjadi Ahosi Kamma. Karma lain
yang memotong itu juga tentu merupakan karma yang tinggi. Dalam hal ini bisa
terjadi dua kemungkinan, yaitu :
1.
Karmabaik memotong karma jahat, sehingga karma jahat itu tidak
mempunyaikesempatanuntuk menimbulkan hasil atau akibat.
2. Karma
jahat memotong karma baik, sehingga karma baik itu tidak mempunyai kesempatan
untuk menimbulkan hasil atau akibat.
Contoh
Ahosi Karma adalahperbuatan yangdilakukanolehAngulimalasebelum menjadi anggota
Sangha (bhikkhu). Ketika itu, Angulimala telah membunuh sembilan ratus sembilan
puluh sembilan orang karena ia ingin memenuhi permintaan gurunya untuk
memherikan sebuah kalung yang terbuat dari seribujaritelunjuktangankanan
manusia. Namun, setelah bertemu dengan Sang Buddha, iasadar dan kemudian menjadi
bhikkhu. Ketika menjadi bhikkhu, ia sangat tekun melaksanakan meditasi
Vipassana Bhavana, dan akhirnya ia berhasil mencapai tingkat kesucian arahat.
Dalam hal ini,
perbuatan baik Angulimala
melaksanakan Vipassana Bhavana hingga berhasil mencapai kesucian arahat itu
merupakan Kusala Upaghataka Kamma yang memotong karma buruknya membunuh
sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang itu, sehingga ia tidak lahir di
alam neraka, tetapi mencapai Nibbana.
Untuk lebih
memantapkan pengertian dan pengetahuan Anda tentang Kamma menurut jangka
waktunya, cobalah kerjakan latihan di bawah ini !
1. Apa yang dimaksud dengan Dittha Dhammavedaniya Kamma?
2. Berikan sebuah contoh perbuatan yang tergolong
Paripakka Dittha Dhammavedaniya Kamma !
3. Apa yang dimaksud dengan Ahosi Kamma ? Jelaskan ! Kunci Jawaban Latihan
2
1. Yang dimaksud dengan Dittha Dhammavedaniya Kamma
adalah karma yang memberikan hasil atau akibat dalam kehidupan sekarang ini.
2. Contoh
perbuatan yang tergolong Paripakka Dittha Dhammavedaniya Kamma adalah perbuatan
baikyangdilakukanolehPunna,yaitu memberikan danamakanankepadaBhikkhu
Sariputtayang merupakan seorang arahat. Setelah berdana, Punna menjadi kaya
raya dalam waktu tujuh hari.
3. Yang dimaksud dengan Ahosi Kamma adalah kamma yang
tidak menimbulkan hasil atau akibat. Karma ini tidak menimbulkan hasil atau
akibat karena ada karma lain yang memotongnya.
Kicca Catukka Kamma
Semua
makhluk pasti melakukan kamma. Kamma meliputi apa yang telah dilakukan pada
kehidupan yang lampau dan kehidupan sekarang ini. Apa yang telah lampau
merupakan dasar tempat hidup sekarang berlangsung dari satu saat ke saat lain.
Jadi, ada kaitan antara karma pada kehidupan yang lampau dengan keadaan pada
kehidupan sekarang ini. Hukum karma itu pasti adil. Hasil dari perbuatan baik
dan buruk yang telah dilakukan pada masa lampau harus dipetik pada waktunya.
Kemudian, kebahagiaan dan penderitaan pun pasti berlalu pada waktunya. Sesuai
dengan hukum ketidakkekalan, kebahagiaan dan penderitaan itu sendiri bersifat
tidak kekal.
Dari urai an diatasjelaslahbahwa perbuatan apa pun
yangdilakukanolehsetiap makhluk tentuakan memberikan akibat. Akibat perbuatan
makhluk tersebut bisa dipercepat waktu penerimaannya, bisa ditekan sehingga
kekuatannya menurun, atau bisa juga dipotong sehingga tidak memberikan hasil.
Akibat karma ini diatur oleh hukum kamma. Untukjelasnya, umat Buddha harus
memahami hukum karma dan sifat bekerjanya karma secara tepat.
Kamma menurut sifat bekerjanya
Karma dapat
dibagi atasbeberapajenis.Di sini akandibahaspembagian kamma yang ditinjau dari
sifat bekerjanya atau Kicca catukka. Menurut sifat bekerjanya atau Kicca
Catukka, kamma dapat dibagi atas empat jenis, yaitu :
1. Janaka
Kamma, yang berarti hukum yang menyebabkan timbulnya syarat untuk terlahirnya kembali sesuatu
makhluk.
2. Upatthambhaka Kamma, yang berarti hukum kekuatan yang
mendorong terpeliharanya satu akibat daripada sebab (kamma) yang telah timbul.
3. Upapilaka Kamma, yang berarti hukum kekuatan yang
menekan, mengolah, dan menyelaraskan satu akibat daripada satu sebab.
4. Upaghataka Kamma, yang berarti hukum yang meniadakan
kekuatan dan akibat dari satu sebab (kamma) yang telah terjadi dan sebaliknya
menyuburkan berkembangnya karma baru.
Janaka Kamma
Janaka Kamma berarti hukum yang
menyebabkan timbulnya syarat untuk terlahirnya kembali sesuatu makhluk. Janaka
kamma dapat dibagi atas duajenis, yaitu Akusala Janaka Kamma dan Kusala Janaka
Kamma. Akusala Janaka Kamma bertugas melahirkan makhluk-makhluk di alam-alam
yang menyedihkan,sedangkan Kusala Janaka Kamma
bertugasmelahirkanmakhluk-makhlukdialam-al am yang menyenangkan.
Dari uraian di atasjelaslah bahwa Janaka kamma
bertugas melahirkan makhluk-makhluk di dalam tiga puluh satu alam kehidupan.
Janaka Kamma menyebabkan timbulnya makhluk yang terdiri atas Nama Khandha atau
kelompok batin dan Kammajarupa (rupa) atau kelompokjasmani/materi. Jika
ditinjau dari Abhidhamma, maka Janaka Kamma adalah Akusala Kamma dan
Lokiyakusala Kamma. Akusala Kamma terdiri atas dua belas jenis, yaitu dua betas
jenis Akusala Citta. Akusala Kamma bertugas melahirkan makhluk-makhluk di Apaya
Bhumi atau alam-alam yang menyedihkan. Lokiyakusala Kamma terdiri atas tujuh
belas jenis, yaitu delapan jenis Kamavacarakusala Citta, lima jenis
Rupavacarakusala Citta, dan empat jenis Arupavacarakusala Citta. Lokiyakusala
Kamma bertugas melahirkan makhluk-makhluk di Kamasugati Bhumi, Rupa Bhumi, dan
Arupa Bhumi.
Upatthambhaka Kamma
Upatthambhaka
Kamma berarti hukum kekuatan yang mendorong terpeliharanya satu akibat daripada
sebab (kamma) yang telah timbul. Upatthambhaka Kamma disebutjuga kamma pembantu
atau kamma pendorong. Karma ini bertugas membantu mempercepatberbuahnya sesuatu
karma, yaitu Janaka Kamma.
\ Upatthambhaka Kamma ini bertugas membantu Janaka Kamma
dalam tiga hal, yaitu :
1. Membantu Janaka Kamma yang belum mempunyai waktu
menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau
akibat.
2. Membantu Janaka Kamma yang sedang mempunyai waktu
menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan
hasil atau akibat secara sempuma.
3. Membantu rupa (jasmani) dan nama (batin) yang
dilahirkanoleh Janaka Kamma menjadi majudan bertahan lama.
Untuk memahami Upatthambhaka kamma lebih mendalam lagi,
ikutilah uraian berikut ini.
Upatthambhaka
kamma atau kamma pembantu itu terdiri atas tiga jenis. Salah satu di antaranya
adalah upathambhaka Kamma yang membantu Janaka Kamma yang belum mempunyai waktu
menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau
akibat. Contoh Upatthambhaka Kamma jenis ini adalah kusala atau kebaikan dan
akusala atau kejahatan yang timbul kehidupan yang lampau dan kehidupan sekarang
ini. Apa yang telah lampau merupakan dasartempat hidup sekarang berlangsung
dari satu saat ke saat lain. Jadi, ada kaitan antara karma pada kehidupan yang lampau dengan keadaan pada kehidupan
sekarang ini. Hukum karma itu pasti adil. Hasil dari perbuatan baik dan buruk
yang telah dilakukan pada masa lampau harus dipetik pada waktunya. Kemudian,
kebahagiaan dan penderitaan pun pasti berlalu pada waktunya. Sesuai dengan
hukum ketidakkekalan, kebahagiaan dan penderitaan itu sendiri bersifat tidak
kekal.
Dari uraian di atasjelaslah bahwa
perbuatan apapun yang dilakukan oleh setiap makhluk tentu akan memberikan
akibat. Akibat perbuatan makhluk tersebut bisa dipercepat waktu penerimaannya,
bisa ditekan sehingga kekuatannya menurun, atau bisajuga dipotong sehingga
tidak memberikan hasil. Akibat karma ini diatur oleh hukum kamma.
Untukjelasnya, umat Buddha harus memahami hukum karma dan sifat bekerjnya karma
secara tepat.
Kamma menurut sifat bekerjanya
Karma dapat
dibagi atas beberapajenis. Di sini akan dibahas pembagian kamma yangditinjau
dari sifat bekerjanya atau Kicca catukka. Menurut sifat bekerj anya atau Kicca
Catukka, kamma dapat dibagi atas empat jenis, yaitu:
1. Jannaka
Kamma, yang berarti hukum yang menyebabkan timbulnya syarat untuk terlahirnya
kembali sesuatu makhluk.
2.
Upatthambhaka Kamma, yang berarti hukum kekuatan
yangmendorongterpeliharanyasatu akibat daripada sebab (kamma) yang telah
timbul.
3.
Upapilaka Kamma, yang berarti hukum kekuatan yang menekan, mengolah, dan
menyelaraskan satu akibat daripada satu sebab.
4.
Upaghatka Kamma, yang berarti hukum yang meniadakan kekuatan dan akibat dari
satu sebab (kamma) yang telah terjadi dan sebaliknya menyuburkan berkembangnya
karma baru.
Sedangkan,
Janaka Kamma yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat itu
terbagi atas dua jenis, yaitu:
1. Janaka Kamma dalam kehidupan yang lampau.
2. Janaka Kamma dalam kehidupan sekarang ini.
Jika diperinci
lagi,makabantuandari Upatthambhaka Kamma kepada Janaka Kamma yang belum
mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat itu dapat dibagi menjadi delapan
jenis.
Jenis yangpertama adalah kusala yang timbul sewaktu
menghadapi kematian membantu kepada Kusala Janaka Kamma dalam kehidupan lampau
yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan
waktu menimbulkan hasil atau akibat. Contoh kasus ini adalah sehagai berikut: A
seorang umat Buddha yang banyak berbuat kebaikan dalam kehidupan sekarang ini.
Namun, ketikaA sakit keras dan akan menghadapi kematian, terlihat nimitta atau
bayangan karma yangtidak baik sebagai akibat karma buruk kehidupan lampaunya.
Hal ini membuat batin A gelisah. Kemudian, famili A mengundang bhikkhu untuk
membacakan paritta-paritta suci dan memberikan khotbah Dhamma kepada si A.
Setelah si A mendengar pembacaan paritta dan khotbah Dhamma dari bhikkhu
tersebut,batinAmenjadi tenang. A berhasil melenyapkan nimitta atau bayangan
kamma yang tidak baik. Kemudian, timbul nimitta yang baik pada diri A. Ketika A
menghembuskan nafasnya yang terakhir, iabertumimbal lahirdi Kamasugati Bhumi.
Hal ini disebabkanolehkusala yang timbul ketika menghadapi kematian ini
membantu Kusala Janaka Kamma dalam kehidupan lampau yang belum mempunyai waktu
menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau
akibat. Yang menjadi kusala yang timbul ketika menghadapi kematian di sini
adalah pikiran baik dan batin yang tenang yang timbul dalam diri A ketika
melihat nimitta yang baik. Sedangkan, yang merupakan Kusala Janaka Kamma di
sini adalah karma baik untuk lahir di Kamasugati Bhumi yang sesungguhnya belum
tiba waktunya, tetapi dibantu oleh Upatthambhaka Kamma sehingga menjadi lebih
cepat berbuahnya.
Jenis yang kedua adalah kusala yang timbul sewaktu
menghadapi kematian membantu kepada Kusala Janaka Kamma dalam kehidupan
sekarang ini yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi
memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat. Contoh kasus ini adalah sebagai
berikut: B seorangumat Buddha yang suka berdana, banyak berbuat kebaikan,
tetapi tidak pemah belajar Dhamma dan tidak pernah melaksanakan meditasi
Buddhis. Pada suatu hari, Bjatuh sakit keras. Ketika akan menghadapi kematian,
timbul perasaan takut mati dalam diri si B. Waktu itujuga terlihat nimitta atau
bayangan karma yang tidak baik. Hal ini mengakibatkan batin B menjadi gelisah.
Sewaktu familinya melihat keadaan B sangat gawat, mereka segera mengundang
bhikkhu untuk membacakan paritta. Setelah B mendengar pembacaan paritta dari
bhikkhu, batin B menjadi tenang. Nimitta atau bayangan karma yang buruk
kemudian lenyap, dan timbul nimitta atau bayangan karma yang baik. Ketika B
meninggal dunia, ia bertumimbal lahirdi Kamasugati Bhumi. Hal ini disebabkan
oleh kusala yang timbul ketika menghadapi kematian ini membantu Kusala Janaka
Kamma dalam kehidupan sekarang yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasi!
atau akibat menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat. Yang
menjadi kusala yang timbul ketika menghadapi kematian di sini adalah pikiran
yang baik dan batin yang tenang yang timbul dalam diri A ketika melihat nimitta
yang baik. Sedangkan, yang merupakan Kusala Janaka Kamma di sini adalah karma
baik untuk lahir di Kamasugati Bhumi yang sesungguhnya belum tiba waktunya,
tetapi dibantu oleh Upatthambhaka Kamma sehingga menjadi lebih cepat
berbuahnya.
Jenis yang
ketiga adalah akusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian membantu kepada
Akusala Janaka Kamma dalam kehidupan lampau yang belum mempunyai waktu
menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau
akibat. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut: C seorang dermawan, banyak memberikan
danauntuk meringankan penderitaan sesama manusia, dan patuh pada sila-sila.
Namun, C belum pernah melatih pikirannya dengan jalan melaksanakan meditasi dan
belum pernah belajar Dhamma. Ketika Cjatuhsakit keras dan akan menghadapi kematian,
timbul perasaan takut mati dan kawatir dengan harta benda dan anak cucu yang
akan ditinggalkan. Hal ini mengakibatkan batin C menjadi gelisah dan timbul
akusala citta atau pikiran jahat pada saat itu. Terlihatlah oleh C nimitta atau
bayangan karma yang tidak baik, wajahnya memperlihatkan rasa kekawatiran dan
ketakutan. Familinya tidak mempunyai pengertian Dhamma yang baik, sehingga hal
ini tidak dapat merobah keadaan C. Ketika C menghembuskan napasnya yang
terakhir, C terlahir pada salah satu Alam Apaya. Kusala atau kebaikan yang C
lakukan dalam kehidupan sekarang ini tidak mampu membantu memberikan hasil
untuktumimbal lahir di Alam Sugati atau alam yang menyenangkan. Hal ini
disebabkan oleh akusalayang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu kepada
akusala yang C pernah berbuat pada kehidupan yang lampau, memberikan waktu menimbulkan
hasil atau akibat.
Jenis
yangkeempat adalah akusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian membantu
kepada Akusala JanakaKamma dalam kehidupan sekarang yang belum mempunyai waktu
menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau
akibat. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut: D sewaktu masih muda, banyak
berbuat kejahatan, yaitu membunuh makhluk, mencuri, berzina, dan lain-lain.
Sewaktu D mencapai usia setengah abad, terbayang kejahatan-kejahatan yang
pernah dilakukanny a sewaktu masih muda. Hal ini mengakibatkan batin D menjadi
tidak tenteram. Kemudian, D menerima penabhisan kebhikkhuan dan menjadi anggota
Sangha. Pada suatu hari, Bhikkhu D jatuh sakit keras dan ia terpikir lagi
dengan kejahatan yang pernah dilakukannya sewaktu masih muda. Akibatnya, batin
D menjadi tidak tenang; ia takut terlahir di Alam Neraka. Ketika Bhikkhu D
menghembuskan napasnya yang terakhir, ia bertumimbal lahir di alam neraka. Hal
ini disebabkan oleh Akusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu
kepada Akusala yang pernah dilakukan dalam kehidupan sekarang ini, memberikan
waktu menimbulkan hasil atau akibat.
Jenis yang kelima adalah kusala
yang timbul secara normal dalam kehidupan sekarang ini, membantu kepada Kusala
Janaka Kamma dalam kehidupan lampau yang belum mempunyai waktu menimbulkan
hasil atau akibat menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat.
Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
E mempunyai
pandangan salah, tidak percaya dengan "dosa" dan pahala. laberpandanganbahwa
membunuh makhluk itu tidak melanggar sila, berdana dan bersembahyang itu tidak
menimbulkan pahala. Tetapi E tidak melahirkan perbuatan dari pandangan salah
itu. E bekerja sebagai pelayan pada seorang Budiman yang beragama Buddha, yang
mana majikannya sukaberdana, suka belajar Dhamma dan bersembahyang. Setiap kali
majikannyapergi keViharauntuk bersembahyang dan mendengarkan Dhamma,
Eselaludiajak. Lama kelamaanE dapat menghilangkan pandangan salahnyadan
mempunyai keyakinan terhadap Sang Tri-Ratna. Kemudian, E menjadi umat Buddha
yang taat dan patuh pada Dhamma dan Vinaya. Sewaktu Ejatuh sakit keras dan akan
meninggal dunia, batinnya tenang, karena E hidup sendirian dan tidak banyak
berbuat kejahatan. Setelah menghembuskan napasnya yang terakhir, E tumimbal
lahir di Alam Sugati. Hal ini adalah disebabkan oleh Kusala yang timbul secara
normal dalam kehidupan sekarang ini, membantu kepada Kusala Janaka Kamma dalam
kehidupan lampau yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat
menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat.
Jenis yang
keenam adalah kusala yang timbul secara normal dalam kehidupan sekarang ini,
membantu kepada Kusala Janaka Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang belum
mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan waktu
menimbulkan hasil atau akibat. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
Fpemah
menjalankan hidup kebhikkhuan, pemah belajar Dhamma, pernah melaksanakan
meditasi, baik Samatha Bhavana maupun Vipassana Bhavana. F semasa hidupnya
sekarang ini mencari nafkah sebagai nelayan, yang mana ini termasuk mata
pencaharian yang salah. Namun, pada setiap hari Uposatha, F memberikan dana
makanan dan kebutuhan sehari-hari kepada para Bhikkhu dan berbuat kebaikan
kepada sesamamanusiaserta melaksanakan meditasi pada setiap hari. Setiap
kalimemberikan dana selalu dalam keadaan senang hati dan setelah memberikan
danajuga dalam keadaan senang hati. Sewaktu F akan meninggal dunia, batinnya
tenang karena ia teringat pada perbuatan dana yang telah diberikannya kepada
para Bhikkhu. Setelah menghembuskan napasnya yang terakhir, F bertumimbal lahir
di Alam Sugati. Hal ini disebabkan oleh Kusala yang dilaksanakan oleh F pada
setiap hari Uposatha, yaitu berdana makanan kepada para Bhikkhu, itu merupakan
Kusala yang membantu kepada Kusala dari meditasi yang ia laksanakan dalam
kehidupan sekarang ini, menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat.
Jenis yang ketujuh adalah akusala
yang timbul secara normal dalam kehidupan sekarang ini, membantu kepada Akusala
Janaka Kamma dalam kehidupan lampau yang belum mempunyai waktu menimbulkan
hasil atau akibat, menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat.
Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
G sejak
kecil hingga dewasa selalu mengikuti orang tuanya ke Vihara untuk bersembahyang
dan mendengarkan ceramah Dhamma; ia juga selalu mengikuti orang tuanya pergi
memberikan dana makanan kepada para Bhikkhu. Tetapi, setelah G berkeluarga, ia
jarang sekali ke Vihara untuk bersembahyang dan mendengarkan ceramah Dhamma; ia
juga jarangsekali berdana karena ekonominya tidak mengizinkan. Pikirannya
selalu tertuju untuk mencari uang dan terikat dengan kesenangan duniawi. Sewaktu G meninggal
dunia, ia tumimbal lahir di Alam Neraka. Hal ini disebabkan oleh Akusala Citta
(pikiranjahat) yang selalu timbul belakangan ini membantu kepada Akusala yang G
peraah berbuat ipada kehidupan yang lampau, menjadi memberikan waktu
menimbulkan hasil atau akibat.
Jenis yang
kedelapan adalah akusala yang timbul secara normal dalam kehidupan sekarang
ini, membantu kepada Akusala Janaka Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang
belum mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat, menjadi memberikan waktu
menimbulkan hasil atau akibat. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut':
H
sejakkecil hinggadewasabolehdikatakanjarangsekali berbuatkebaikan,
iasukabergaul dengan orang-orang yang tidak baik, suka mencuri, berjudi,
berzina, dan minum minuman keras. Kemudian, H dipaksa oleh orang tuanya untuk
menjalankan hidup kebhikkhuan agar ia dapat melenyapkan kebiasaannya yang tidak
baik itu. H bersedia ditabhiskan menjadi bhikkhu. Setelah menjadi bhikkhu,
Bhikkhu H melaksanakan meditasi dengan baik, belajar Dhamma dengan tekun dan
taat melaksanakan vinaya atau sila. Setelah hal ini berlangsung tiga tahun,
Bhikkhu H merasa jemu, dan keyakinannya merosot. latidaklagi melaksanakan
meditasi danpikirannyasudah inginkeluardari hidup kebhikkhuan. Kerjanya
sekarang suka membaca buku-buku roman, suka omong kosong, suka melamun, dan
batinnya gelisah. Sewaktu Bhikkhu Hjatuhsakit keras, iamelihat nimitta atau
bayangan kamma yang tidak baik. Setelah menghembuskan napasnya yang terakhi r,
Bhikkhu H tumimbal 1 ahi r di alam yang menyedihkan (Alam Binatang). Hal ini
disebabkan oleh
Akusala yangtimbulbelakangansewaktuHmasih hidup, membantu
kepadaAkusalayangHpernah berbuat sebelum menjadi Bhikkhu.
Selanjutnya,
Upatthambhaka Kamma yang membantu Janaka Kamma yang sedang mempunyai
waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk
menimbulkan hasil atau akibat secara sempurna itu dapat dibagi menjadi
sepuluhjenis.
Jenis yang pertama
adalah kusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian membantu kepada Kusala
Janaka Kamma dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu menimbulkan
hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau
akibat secara sempuma.
Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
A seorang pendiam,
sabar, dan takut berbuat jahat. A berusaha berbuat kebaikan hanya sebatas
kemampuannya, karena A merupakan buruh kecil yang penghasilannya terbatas.
Ajarang ke Vihara untuk bersembahyang dan mendengarkan ceramah Dhamma, karena
ia tidak mempunyai waktu. Namun, ketika A sakit keras dan akan meninggal dunia,
batinnya tenang. Setelah menghembuskan napasnya yang terakhir, ia bertumimnbal
lahir di Alam Sugati. Hal ini disebabkan oleh Kusala yang timbul sewaktu
menghadapi kematian, membantu kepada Kusala Janaka KammayangApemahberbuat
dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil atau
akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara
sempurna.
Jenis yang
kedua adalah kusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian membantu kepada
Kusala Janaka Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu
menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan
hasil atau akibat secara sempuma. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
B seorang
Budiman, yang selalu berbuat kebaikan. la jarang berbuat kejahatan karena takut
akan akibatnya. Sewaktu B akan meninggal dunia, B mempunyai batin yang tenang.
Setelah meninggal dunia, B bertumimbal lahir di Alam Sugati. Hal ini disebabkan
oleh Kusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu kepada Kusala
Janaka Kamma yang B berbuat sebelum meninggal dunia yang sedang mempunyai waktu
memberikan hasil atau akibat, menjadi memberi kekuatan untuk menimbulkan hasil
atau akibat secara sempurna.
Jenis yang ketiga adalah akusala
yang timbul sewaktu menghadapi kematian membantu kepada Akusala Janaka Kamma
dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil atau
akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara
sempuma.
Contoh kasus ini adalah sebagai berikut: C mempunyai
sifat masa bodoh, tidak tertarik dalam hal kebaikan, hanya berusaha mencari
uang melulu. la tidak berbuat sesuatu yang bertentangan dengan sila. Sewaktu
akan meninggal dunia, batin C tidak tenang, timbul Akusala Citta, karena ia
terikat dengan keluarganya. Setelah menghembuskan napasnyayangterakhir,
Ctumimbal lahir di Alam Apaya. Hal ini disebabkan oleh Akusala yang timbul
sewaktu menghadapi kematian, membantu kepada Akusala Janaka Kamma yang pemah C
lakukan dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil
atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat
secara sempuma.
Jenis yang
keempat adalah akusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian membantu kepada
Akusala Janaka Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu
menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan
hasil atau akibat secara sempuma. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
D adalah
orang yang suka berbuat jahat. la tidak percaya pada "dosa" dan
pahala, tidak percaya adanya tumimbal lahir. D berbuat sesuatu menurut
keinginannya, tidak percaya siapapun. Sewaktu D akan meninggal dunia, batinnya
gelisah. Setelah meninggal dunia, D bertumimbal lahir di Alam Neraka. Hal ini
disebabkan oleh Akusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian membantu kepada
Akusala Janaka Kamma yang D lakukan dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai
waktu memberikan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk
menimbulkan hasil atau akibat secara sempuma.
Jenis yang
kelima adalah kusala yang timbul dalam waktu sekarang membantu kepada Kusala
Janaka Kamma dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu menimbulkan
hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau
akibat secara sempuma. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
E adalah
anak dan seorang Budiman. Orang tua E mendidik E untuk taat pada ajaran Agama,
suka bersembahyang, dan melaksanakan sila-sila dalam kehidupan sehari-hari.
Tetapi, ketika E berusia5 tahun, ia meninggal dunia dan bertumimbal lahir di
Alam Dewa. Hal ini disebabkan oleh Kusala yang E lakukan dalam kehidupan
sekarang membantu kepada Kusala Janaka Kamma yang E pemah lakukan dalam
kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil atau akibat,
menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempuma.
Jenis yang keenam adalah kusala yang timbul dalam waktu sekarang membantu
kepada Kusala Janaka Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai
waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk
menimbulkan hasil atau akibat secara sempuma. Contoh kasus ini adalah sebagai
berikut:
F adalah
orang yang taat dengan Agama, mempunyai pengertian Dhamma yang cukup baik, suka
melaksanakan meditasi, suka melaksanakan dana dan sila.SewaktuF meninggal duni
a, ia bertumimbal lahir di Alam Dewa. Hal ini disebabkan oleh Kusala yang F
selalu laksanakan itu, membantu kepada Kusala Janaka Kamma yang timbul dalam
kehidupan sekarang ini menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau
akibat secara sempuma.
Jenis yang ketujuh adalah akusala
yang timbul dalam waktu sekarang membantu kepada Akusala Janaka Kamma dalam
kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat
menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempuma.
Contoh kasus ini adalah sebagai berikut: G adalah anak dari orang tua yang
tidak beragama. Sejakkecil hingga dewasa, G tidak pernah mendapat pendidikan
Agama dan budi pekerti. G hidupnya suka berfbya-foya. Sewaktu G meninggal
dunia, ia bertumimbal lahir di Alam Neraka. Hal ini disebabkan oleh Akusala
yang timbul dalam waktu sekarang, membantu kepada Akusala Janaka Kamma yang G
pernah lakukan dalam kehidupan lampau yangsedangmempunyai waktu memberikan
hasil atau akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat
secara sempuma.
Jenis yang
kedelapan adalah akusala yang timbul dalam waktu sekarang membantu
kepadaAkusala Janaka Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai
waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk
menimbulkan hasil atau akibat secara sempuma. Contoh kasus ini adalah sebagai
berikut: H seorang yang mempunyai pandangan salah, tidak percaya dengan
"dosa" dan pahala, berpandangan berbuat apa saja tidak menimbulkan
akibat, tidak percaya adanya tumimbal lahir, tidak pereaya adanya sorga dan
neraka. H melaksanakan sebagian besarperbuatan yang bertentangan dengan Dhamma
dan Sila. Sewaktu H meninggal dunia, ia bertumimbal lahir di Alam Neraka. Hal ini
disebabkan oleh akusala yang timbul dalam waktu sekarang membantu membantu
padaAkusala Janaka Kamma yang H selalu berbuat dalam kehidupan sekarang ini
yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil atau akibat menjadi memberikan
kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempurna.
Jenis yang
kesembilan adalah kusala yang timbul dalam kehidupan lampau membantu kepada
Kusala Janaka Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu
menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan
hasil atau akibat secara sempuma.
Contoh kasus ini adalah sebagai berikut: I adalah
seorang umat Buddha yang mempunyai keyakinan yang teguh terhadap Sang Triratna,
rajin belajar Dhamma, dan taat melaksanakan sila. Kemudian, I menerima
pentahbisan sebagai bhikkhu. Setelah menjadi bhikkhu.iabelajarDhamma dengan
tekununtukmemperdalampengetahuannya mengenai Dhamma, rajin melaksanakan
meditasi, dan taat pada Dhamma dan Vinaya. Setelah Bhikkhu I tamat belajar
Dhamma, ia mengajarkan Dhamma kepada para bhikkhu, samanera, upasaka-upasika,
dan umat Buddha lainnya sampai di hari tua. Ketika Bhikkhu I meninggal dunia,
ia bertumimbal lahir di alam dewa. Hal ini disebabkan oleh kusala yang Bhikkhu
I pernah perbuat dalam kehidupan lampau, membantu kepada Kusala Janaka Kamma
dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil atau
akibat menjadi memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara
sempurna.
Jenis
yang kesepuluh adalah akusala yang timbul dalam kehidupan lampau membantu
kepada Akusala Janaka Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai
waktu menimbulkan hasil atau akibat menjadi memberikan kekuatan untuk
menimbulkan hasil atau akibat secara sempuma. Contoh kasus ini adalah sebagai
berikut: J adalah orang yang kejam, tidak pemah berbuat kebaikan. la hanya
berbuat kejahatan melulu, seperti membunuh makhluk, mencuri, memperkosa,
menipu, berkelahi, dan lain-lain. Ketika J meninggal dunia, ia bertumimbal
lahir di alam neraka. Hal ini disebabkan oleh akusala yang J pernah perbuat
dalam kehidupan lampau, membantu kepada Akusala Janaka Kamma dalam kehidupan
sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil atau akibat menjadi
memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil atau akibat secara sempurna.
Selanjutnya, Upatthambhaka Kamma yang
membantu Nama atau batin dan Rupa ataujasmani yang dilahirkan oleh Janaka Kamma
menjadi maju dan bertahan lama dapat dibagi menjadi tujuh jenis.
Jenis yang pertama
adalah kusala yangpernah dilakukan dalam kehidupan lampau membantu Nama atau
batin dan Rupa atau jasmani yang dilahirkan oleh Kusala Janaka Kamma memberikan
kemajuan dan bertahan lama. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
Yang Maha Suci
Buddha Gotama memiliki jasmani, kulit, suara, gigi, penglihatan, pendengaran,
dan lain-lain yangjauh lebih halus dan bagus dari manusiabiasa. Objek-objek
yang diterima oleh Sang Buddha pun sebagianbesarmerupakanobjek yang baik. Hal
ini disebabkan oleh "Paramita" yang telah Beliau laksanakan dalam
kehidupan lampau itu, membantu kepada Rupa Nama yang dilahirkan oleh Kusala
Janaka Kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama.
Jenis
yang kedua adalah kusala yang pernah dilakukan dalam kehidupan sekarang ini
membantu Nama atau batin dan Rupa atau jasmani yang dilahirkan oleh Kusala
Janaka Kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama. Contoh kasus ini adalah
sebagai berikut:
Seorang budiman
membantu orang yang sedang menderita, membantu perkembangan Agama Buddha,
selalu mentaati Dhamma dan Vinaya. Dengan kekuatan Kusala yang diperbuatnya ini
memberikan kebahagiaan, ketenangan batin, kedudukan yang baik, wajah
berseri-seri, umur panjang, rejeki murah, danjauh dari penyakit. Objek-objek
yang dilihat dan didengarnya pun pada umumnya objek-objek yang baik. Hal ini
disebabkan oleh Kusala yang pemah dilakukan dalam kehidupan sekarang ini
membantu kepada Rupa dan Nama yang dilahirkan oleh Kusala Janaka Kamma
memberikan kemajuan dan bertahan lama.
Jenis
yang ketiga adalah akusala yangpernah dilakukan dalam kehidupan lampau membantu
Nama atau batin dan Rupa atau jasmani yang dilahirkan oleh Akusala Janaka Kamma
memberikan kemajuan dan bertahan lama. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
Orang cacat yang
kena penyakit kulit, badannya bengkak, bernanah, gatal, dan berbau busuk.
Penyakitnya tidak kunjung sembuh; ia sangat menderita, tetapi usianya masih
panjang, masih jauh menghadapi pintu kematian.
Contoh lain adalah
seekor anjing yang kena penyakit kulit, badannya kurus kering, kulitnya
bernanah, dan berbau busuk. Bila anjing itu mendekati orang, maka ia selalu
kena pukul, kena tendang, atau kena lemparan batu, tetapi nyawanya masih
panjang. Hal ini disebabkan oleh Akusala yangpernah dilakukan dalam kehidupan
lampau, membantu kepada Rupa dan Nama yang dilahirkan oleh Akusala Janaka Kamma
memberikan kemajuan dan bertahan lama. Jenis yangkeempat adalah akusala
yangpernah dilakukan dalam kehidupan sekarangini membantu Nama atau batin dan
Rupa atau jasmani yang dilahirkan oleh Akusala Janaka Kamma memberikan kemajuan
dan bertahan lama. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut: Orang
yangberpenyakitan, terkenapenyakit kulit, penyakit syaraf, selalu diserangdemam
atau flu. Penyakit-penyakit ini timbulnya dari Akusala Janaka Kamma. Namun,
orang itu juga tidak dapat menjaga kesehatannya, sering keluar malam, suka
minum minuman keras, sehingga penyakitnya itu bertambah parah dan menimbulkan
penderitaan yang berkepanjangan.
Contoh lainnya
adalah makhluk binatang seperti macan, kucing, dan lain-lain,
yangdilahirkanoleh Akusala Janaka kamma, dan binatang ini membunuh binatang
lain untuk dijadikan makanan dan membesarkan jasmaninya. Hal ini disebabkan
oleh Akusala yang dilakukannya dalam kehidupan sekarang ini membantu kepada
Rupa dan Nama yang dilahirkan oleh Akusala Janaka Kamma memberikan kemajuan dan
bertahan lama.
Jenis yang kelima
adalah kusala yang pernah dilakukan dalam kehidupan lampau membantu Nama atau
bati n dan Rupa atau j asmani yang di 1 ahi rkan oleh Akusal a Janaka Kamm a
memberi kan kemajuan dan bertahan lama. Contoh kasus ini adalah sebagai
berikut:
Ada
anjing dipelihara oleh orang yang menyayangi binatang. Anjing itu diberi minum
airsusu dan makan-makanan yang baik, dibuatkan ranjang kecil yang mempunyai
kelambu sebagai tempat tidurnya, dimandikan dengan memakai sabun wangi. Hal ini
disebabkan oleh kekuatan dari Kusala Kamma yang anjing itu pernah perbuat dalam
kehidupan lampau, membantu kepada Rupa dan Nama yang dilahirkan oleh Akusala
Janaka Kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama.
Jenis yang keenam
adalah kusala yang pernah dilakukan dalam kehidupan sekarang ini membantu Nama
atau batin dan Rupa atau jasmani yang dilahirkan oleh Akusala Janaka Kamma
memberikan kemajuan dan bertahan lama. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
Ada anjing
mempunyai kecerdasan yang baik, mudah diajar, ia bisa duduk, bersalaman,
membawa keranjang, dan lain-lain, sehingga orang-orang yang melihatnya menjadi
senang dan sayang padanya. Anjing itu dipelihara dengan baik, diberi makan dan
minum yang istimewa, sama dengan makanan majikannya. Hal ini disebabkan oleh
kekuatan dari Kusala Kamma yang anjing itu pemah berbuat dalam kehidupan
sekarang ini, membantu kepada Rupa dan Nama yang dilahirkan Akusala Janaka
Kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama.
Jenis yang ketujuh
adalah akusala yang pernah dilakukan dalam kehidupan sekarang ini membantu Nama
atau batin dan Rupa atau jasmani yang dilahirkan oleh Kusala Janaka Kamma
memberikan kemajuan dan bertahan lama. Contoh kasus ini adalah sebagai berikut:
Ada orang yang
hidupnya sebagai nelayan, penjual senjata api, penjual minuman keras, membuka
rumahjudi, dan sebagainya, kemudian ia hidup senang dari hasil pekerjaannya
itu. Hal ini disebabkan oleh Akusala yangmembantu Rupa dan Nama yang dilahirkan
oleh Kusala Janaka kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama.
Upapilaka Kamma
Upapilaka Kamma berarti hukum kekuatan yang menekan, mengolah, dan
menyelaraskan satu akibat daripada satu sebab. Upapilaka Kamma disebut juga
kamma penekan.
Upapilaka Kamma menekan
dua hal, yaltu :
1. Menekan Janaka Kamma
yang mempunyai keadaan bertentangan.
2. Menekan Rupa Nama yang
dilahirkan oleh Janaka Kamma.
Upapilaka Kamma yang bertugas menekan Janaka Kamma yang
mempunyai keadaan yang bertentangan ini terbagi atas dua macam, yaitu :
1. Menekan supaya tidak mempunyai waktu untuk menimbulkan
hasil atau akibat.
2. MenekanJanakaKammayangmempunyaiwaktumenimbulkanhasil
atau akibat, supaya mempunyai kekuatan menurun dan menimbulkan hasil atau
akibat tidak sepenuhnya.
Jika digabungkan, maka penekanan dari Upapilaka
Kamma itu terbagi atastiga macam, yaitu :
a. Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma supaya tidak
mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat. b. Upapilaka Kamma yang menekan
Janaka Kamma yang mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat, supaya
mempunyai kekuatan menurun. c. Upapilaka Kamma yang menekan Rupa Nama yang
dilahirkan Janaka Kamma.
Penekanan Upapilaka Kamma yang pertama, yaitu Upapilaka Kamma yang menekan
Janaka Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil atau akibat, terbagi atas
dua jenis.
Jenis yang pertama adalah
Kusala yang dihuat dalam kehidupan sekarang ini, menekan Akusala Janaka
Kammasupaya tidak mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akihat. Contoh kasus
ini adalah sebagai berikut: A seorang yang baik hati, banyak berbuat kebaikan,
taat dengan agama. Tetapi, sewaktu akan meninggal dunia, A melihat nimitta atau
bayangan karma yang tidak haik, sehingga batinnya gelisah. Sewaktu familinya melihat
keadaan A demikian, mereka segera memanggil bhikkhu untuk membacakan ( paritta
dan memberikan khotbah Dharnma. Kemudian, nimitta atau bayangan karma yang
tidak baik itu lenyap dan timbul nimitta yang baik. Batin A pun menjadi tenang.
Sewaktu meninggal dunia, A bertumimbal lahir di Alam Sugati. Hal ini disebabkan
oleh Kusala yang dibuat dalam kehidupan sekarang ini, menekan Akusala Janaka
Kamma supaya tidak mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat. Jenis yang
kedua adalah akusala yang dilakukan dalam kehidupan sekarang ini, menekan
Kusala Janaka Kamma supaya tidak mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat.
Contoh kasus ini adalah sebagai berikut: B seorang yangtakberagama. Setiap hari
B selalu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang merugikan orang lain. B suka
membunuh, mencuri, menipu, berzina dan lain-lain. Sewaktu B sakit keras dan
akan menghadapi kematian, ia melihat nimitta-atau bayangan karma yang tidak
baik, sehingga batinnya gelisah. Familinya tidak mempunyai pengertian mengenai
agama, sehingga mereka tidak dapat membantu dan merobah keadaan B. Kemudian, B
meninggal dunia dan bertumimbal lahir di alam Neraka. Hal ini disebabkan oleh
Akusala yang dilakukan dalam kehidupan sekarang ini, menekan Kusala Janaka
Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil atau akibat.
Penekanan Upapilaka Kamma yang
kedua, yaitu Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma yang mempunyai waktu
menimbulkan hasil atau akibat, supaya mempunyai kekuatan menurun, juga
terbagi atas dua jenis
Jenis yang pertama adalah kusala yang
dilakukan dalam kehidupan sekarang ini, menekan Akusala Janaka Kamma yang mempunyai waktu menimbulkan
hasil atau akibat, supaya mempunyai kekuatan menurun. Salah satu contoh kasus
ini adalah sebagai berikut:
RajaAjatasattu melakukan
perbuatan durhaka, yaitu membunuh ayah kandungnya. Sesuai dengan jalannya hukum
Kamma, beliau hams bertumimbal lahir di Alam Avici Mahanaraka setelah
kematiannya dari Alam Manusia ini. Tetapi, setelah ayahnya meninggal. Raja
Ajatasattu banyak sekali berbuat kebaikan, yaitu membantu perkembangan Buddha
Dhamma, membangun Vihara-Vihara, sekolah-sekolah, rumah-rumah sakit, membantu
fakir miskin, dan lain-lain. Dengan demikian, kekuatan dari Kusala (kebaikan)
ini membantu RajaAjatasattu untuk tidak ditumimbal-lahirkan di Alam
Avici-Mahanaraka (Neraka yang sangat menyedihkan), tetapi ditumimbal-lahirkandi
Alam Lohakumbhiusasa-Naraka (Neraka yang menjadilingkunganAvici-Mahanaraka).
Jenis yang kedua adalah akusala
yang dibuat dalam kehidupan sekarang ini, menekan Kusala Janaka Kammayang
mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat, supayamempunyai kekuatan
menurun. Salah satu contoh dari kasus ini adalah sebagai berikut:
Bayi dalam
kandungan,bilatibawaktunyalahirlahia dari rahimibunya tetapi dalam keadaan
cacat, misalnya matanya buta, hidungnya tidak ada, dan lain-lain. Hal ini
disebabkan oleh Akusala yang menekan Kusala Janaka Kamma yang mempunyai waktu
menimbulkan hasil atau akibat supaya mempunyai kekuatan menurun.
Sedangkan, penekanan Upapilaka Kamma
yang ketiga, yaitu Upapilaka Kamma yang menekan Rupa Nama yang dilahirkan oleh
Janaka Kamma, juga terbagi atas dua jenis.
Jenis yang pertama adalah Akusala
Upapilaka Kamma menekan Rupa dan Nama yang dilahirkan oleh Kusala Janaka Kamma.
Salah satu contoh kasus ini adalah:
Ketika dilahirkan, A berbadan
sehat, kuat, dan tidak ada penyakit. Tetapi kemudian timbul penyakit, misalnya
penyakit darah tinggi atau penyakit lain yang menyebabkan ia tidak bisajalan.
Hal ini disebabkan oleh kekuatan Akusala Upapilaka Kamma yang pernah dilakukan
dalam kehidupan lampau atau sekarang ini, menekan Rupa dan Nama yang dilahirkan
oleh Kusala Janaka Kamma.
Jenis yang kedua adalah Kusala
Upapilaka Kamma menekan Rupa dan Nama yang dilahirkan oleh Akusala janaka
Kamma. Salah satu contoh kasus ini adalah : B seorang yang miskin,
berpenyakitan, banyak menghadapi berbagai macam kesulitan, yang menjadihasil
dari Akusala Janaka Kamma. Tetapi B kemudian berusahaberbuatkebaikan yang
banyak dan taat pada agama. Akhirnya, B mengalami kesenangan dan penyakitnya
pun sembuh. Hal ini disebabkan oleh kekuatan Kusala Upapilaka Kamma yang pernah
dilakukannya itu, menekan Rupa dan Nama yang dilahirkan oleh Akusala Janaka
Kamma.
UpaghatakaKamma
Upaghataka
Kamma berarti hukum yangmeniadakan kekuatan dan akibat dari satu sebab(kamma)
yang telah terjadi dan sebaliknya menyuburkan berkembangnya karma baru.
Upaghataka Kamma disebutjuga kamma pemotong. Upaghataka Kamma memotong kamma
lainnya dan hasil dari Kamma lainnya secara menyeluruh.
Pemotongan Upaghataka Kamma itu ada dua macam, yaitu:
a. Memotong Janaka Kammma
supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil atau akibat untuk
selamanya. (Kammantara Upaghataka). b. Memotong Rupa Nama yang dilahirkan
Janaka Kamma sampai rusak.
(Kammanibbattakhandhasantana Upaghataka).
Pemotongan
Upaghataka Kamma jenis yang pertama, yaitu Upaghataka Kamma yang memotong
Janaka Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil atau akibat untuk
selamanya, itu terbagi atas tiga jenis. Jenis yang pertama adalah Kusala
Upaghataka Kamma memotong Akusala Janaka Kamma, supaya tidak mempunyai waktu
menimbulkan hasil atau akibat untuk selamanya. Salah satu contoh kasus ini
adalah perbuatan Angulimala.
Dahulu,
sebelum Yang Ariya Angulimala Thera, menjadi anggota Sangha, ia pernah menjadi
| penjahat dan telah membunuh sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang.
Yang Ariya Angulimala Thera itu sebenarnya harus menerima akibat dari
perbuatannya untuk bertumimbal lahir di Alam Neraka setelah kematiannya dari
Alam Manusia ini. Namun, pada suatu hari, Angulimala Thera bertemu dengan Yang
Maha Suci Buddha Gotama. Setelah mendengarkan khotbah Dhamma dari Sang Buddha
Gotama, ia sadar dan berniat ingin berbuat kebaikan. Kemudian, AngulimalaThera
menerima
Penahbisan kebhikkhuan dari Sang
Buddha. Setelah menjadi bhikkhu, ia melaksanakan Vipassana Bhavana
terus-menerus. Akhimya, iaberhasil mencapai tingkat kesucian Arahat. Hal ini
disebabkan oleh kekuatan dari Sotapattimagga Kusala yang Angulimala Thera
peroleh pada tingkat pertama dari Kesucian itu, yang merupakan Kusala
Upaghataka Kamma yang memotong Akusala Janaka Kamma dari Angulimala yang pernah
dilakukan dalam kehidupan sekarang dan kehidupan lampau, supaya tidak ada waktu
menimbulkan hasil atau akibat untuk selamanya.
Jenis yang kedua adalah Kusala
Upaghataka Kammma memotong Kusala Janaka Kamma, supaya tidak ada waktu
menimbulkan hasil atau akibat untuk selamanya. Salah satu contoh kasus ini
adalah: B melaksanakan Samatha Bhavana, hingga berhasil memperoleh Arupa Jhana.
Bila meninggal dunia,makaiaakanharustumimbal lahir diAl am Arupa
Bhumi.JikaBjugamempunyai Rupa Jhana, maka Rupa Jhana yang telah diperoleh B itu
tidak mampu memberikan hasil untuk tumimbal lahir di Rupa Bhumi. Sebab,
kekuatan Arupa kusala menjadi Kusala Upaghataka Kamma yang memotong Rupa
Kusala, supaya Rupa kusala tidak mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat
untuk selamanya.
Jenis yang ketiga adalah Akusala
Upaghataka Kamma memotong Kusala Janaka Kamma, supaya tidak mempunyai waktu
menimbulkan hasil atau akibat untuk selamanya. Salah satu contoh kasus ini
adalah sebagai berikut: C telah memperoleh Jhana dari hasil melaksanakan
Samatha Bhavana. Tetapi, C kemudian melakukan salah satu dari lima perbuatan
durhaka, yaitu memecah belah Sangha. Perbuatan durhaka yang dilakukan oleh C
ini menjadi Akusala Upaghataka Kamma yang memotong Mahaggatakusala Janaka
Kammasupaya tidak mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat untuk
bertumimbal lahir di Alam Brahma.
Contoh
lainnya adalah perbuatan Devadatta. Devadatta pernah melaksanakan Samatha
Bhavana hingga berhasil mencapai jhana dan mempunyai Abhinna. Kemudian,
Devadatta melakukan perbuatan durhaka, yaitu melukai Sang Buddha dan
memecah-belah Sangha. Perbuatan durhaka Devadatta itu menjadi Akusala
Upaghataka Kamma yang memotong Mahaggata kusala Janaka Kamma kepunyaan
Devadatta, supaya tidak mempunyai waktu menimbulkan hasil atau akibat untuk
bertumimbal lahir di Alam Brahma. Akhimya, Devadatta bertumimbal lahirdi
AlamAvici Mahanarakasetelah kematiannya dari Alam Manusia ini sebagai buah dari
karma buruknya.
Pemotongan Upaghataka Kamma jenis
yang kedua, yaitu Upaghataka Kamma yang memotong Rupa Nama yang dilahirkan oleh
Janaka Kamma sampai rusak, itu terbagi atas empat jenis. Jenis yang pertama
adalah Kusala Upaghataka Kamma memotong Rupa dan Nama yang menjadi Akusala
Vipaka (hasil kejahatan). Contoh kasus ini adalah : A meninggal dunia dan
bertumimbal lahir di Alam Neraka. Apa yang dilihat, didengar, dan lain-lain itu
merupakan Akusala Vipaka. Sewaktu A melihat api Neraka yang berwarna kekuning-kuningan
itu, ia teringat denganwamajubah parabhikkhu, dan teringat pula dengan
perbuatan baik yangpernah dilaksanakannya sewaktu masih hidup di Alam Manusia,
yaitu berdana makanan kepada para Bhikkhu setiap hari, berdana jubah kepada
para Bhikkhu pada setiap Hari Kathina, dan perbuatan baik lainnya. Ketika A
teringat dengan perbuatan baiknya itu, mahakusala citta atau pikiran maha
baikjuga timbul, dan saat itujuga A meninggal dunia dan tumimbal lahir di Alam
Dewa. Hal ini disebabkan oleh Kusala Citta atau pikiran baik yang timbul pada
saat itu menjadi Kusala Upaghataka kamma yang memotong Rupa dan Nama yang
menjadi Akusala Vipaka.
Jenis yang kedua adalah Kusala
Upaghataka Kamma memotong Rupa dan Nama yang menjadi Kusala Vipaka (hasil
kejahatan). Contoh kasus ini adalah :
Orang awam yang berhasil mencapai
tingkat kesucian Arahat setelah melaksanakan Vipassana Bhavana. Bila ia tidak
menjadi anggota Sangha dalam waktu tujuh hari, maka ia akan meninggal dunia.
Sebab, kekuatan dari Arahatta Magga itu menjadi Kusala Upaghataka Kamma, yang
memotong Rupa dan Nama yang menjadi Kusala Vipaka. Tetapi, bila Arahat orang
awam itu menjadi anggota Sangha dalam waktu tujuh hari, maka kehidupannya akan
berlangsung terus sesuai dengan karmanya. Sebab, orang awam hanya mematuhi
Pancasila saja, sedangkan kesucian dari Arahatta Magga Phala yang ia peroleh
atau capai itu tidak sebanding dengan Pancasila. Hal ini persis seperti bola
lampu yang berkekuatan 110 Volt, dipasang pada aliran listrik yang berkekuatan
220 Volt, pasti dalam waktu singkat bola lampu yang berkekuatan 110 Volt itu
akan putus atau mati. Jenis yang ketiga adalah Akusala Upaghataka Kamma
memotong Rupa dan Nama yang menjadi Kusala Vipaka (hasil kejahatan). Contoh
kasus ini adalah :
Makhluk-makhluk
yang terlahir menjadi manusia dengan alat-alat tubuh yang sempurna. Alat-alat
tubuh manusia itu termasuk Kusala Vipaka. Dengan alat-alat tubuh inilah,
manusia dapat melihat, mendengar, mencium, merasakan, dan menyentuh sesuatu
yang baik. Ini juga merupakan Kusala Vipaka. Tetapi, sewaktu orang itu mendapat
kecelakaan, seperti tergilas mobiljatuh dari tempat yang tinggi, yang
manamenyebabkankaki atau tangannyapatah,matanyabuta,telinganyatuli, dan
lain-lain. Inilah yang disebut Akusala Upaghataka Kamma memotong Rupa dan Nama
yang menjadi Kusala Vipaka. Jika orang tersebut meninggal disebabkan oleh
kecelakaan itu, maka ini juga disebut Akusala Upaghataka Kamma memotong Rupa
dan Nama yang menjadi Kusala Vipaka.
Jenis yang
keempat adalah Akusala Upaghataka Kamma memotong Rupa dan Nama yang menjadi
Akusala Vipaka (hasil kejahatan). Contoh kasus ini adalah :
Makhluk-makhluk yang terlahir
menjadi binatang, seperti anjing, kucing, kera, dan lain-Iain. Jasmani dan
kehidupan anjing dan binatang lain itu termasuk Akusala Vipaka. Kemudian,
anjing itu mendapat musibah, misalnyamati tergilas mobil, mati dibunuh, dan
lain-lain. Kematian anjing seperti ini disebabkan oleh kekuatan dari Akusala
Upaghataka kamma yangpernah diperbuat dalam kehidupan lampau dan sekarang ini,
menjadi "pemotong" kehidupan danjasmani yang menjadi Akusala vipaka.
Untuk lebih
memantapkan pengetahuan Anda tentang Kiccacatukka kamma, cobalah kerjakan
latihan di bawah ini!
1. Karma apa yang bertugas melahirkan manusia di Manussa Bhumi ini ?
2. Berikan sebuah contoh perbuatan yang termasuk Upatthambhaka Kamma !
3. Berikan sebuah contoh perbuatan yang termasuk
Upaghataka Kamma !
Kunci Jawaban Latihan 1
1. Karma yang bertugas melahirkan manusia di Manussa
Bhumi adal ah KusalaJanaka Kamma, yaitu delapan jenis Kamavacarakusala Citta.
2. A
seorang umat Buddha yang banyak berbuat kebaikan dalam kehidupan sekarang ini.
Namun, ketika A sakit keras dan akan menghadapi kematian, terlihat nimitta atau
bayangan karma yang tidakbaik. Hal ini membuatbatinAgelisah. Kemudian, famili A
mengundang bhikkhu.Setelah si A mendengar pembacaan paritta dan khotbah Dhamma
dari bhikkhu tersebut, batinAmenjadi tenang. Nimitta yang tidak baik itu lenyap
dan kemudian timbul nimitta yang baik. Ketika A menghembuskan napasnya yang
terakhir, ia bertumimbal lahir di Kamasugati Bhumi. Hal ini disebabkan oleh
kusala atau pikiran baik yang timbul dalam diri A ketika menghadapi kematian
ini membantu Kusala Janaka Kamma dalam kehidupan lampau yang belum mempunyai
waktu menimbulkan hasil atau akibat (tumimbal lahir di Kamasugati Bhumi)
menjadi memberikan waktu menimbulkan hasil atau akibat.
3. Contoh
perbuatan yang tergolong Upaghataka Kamma adalah perbuatan Angulimala. Dahulu
Angulimala pernah menjadi penjahat dan telah membunuh sembilan ratus sembilan
puluh sembilan orang. Jika karma buruk Angulimala itu memberikan akibat, maka
ia akan bertumimbal lahir di Alam Neraka setelah kematiannya dari Alam Manusia
ini. Namun, setelah bertemu dan mendengarkan khotbah Dhamma dari Sang Buddha
Gotama, ia sadar dan kemudian ditahbiskan menjadi bhikkhu. Setelah menjadi
bhikkhu, ia melaksanakan Vipassana Bhavana terus menenis. Akhirnya, ia berhasil
mencapai tingkat kesucian Arahat. Hal ini disebabkan oleh kekuatan dari
Sotapattimagga Kusala yang Angulimala Theraperoleh padatingkatpertama dari
Kesucianitu, yang merupakan Kusala Upaghataka Kamma yang memotong Akusala
Janaka Kamma dari Angulimala yang pemah dilakukan dalam kehidupan sekarang dan
kehidupan lampau, supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil atau akibat untuk
selamanya.
Banyak sekali1!1!1!1!
BalasHapusNdk capek ketik?
Luarbiasa Dharma ini..terimakasih sebanyak2nya Sadhu..sadhu..sadhu
BalasHapusSemoga semua mahluk berbahagia dan tercerahkan
BalasHapus