Senin, 06 April 2015

Kekeyaan dapat menghancurkan orang bodoh

Hananti bhagā dummedhaṁ
Na ca pāragavesino
Bhogataṇhāya dummedho
Hanti aññeva attanaṁ
Kekeyaan dapat menghancurkan orang bodoh, tetapi tidak dapat menghancurkan mereka yang mencari pantai sebrang (Nibbana). Karena serakah dan kekayaan, orang bodoh akan menghancurkan orang lain serta dirinya sendiri

Sesepuk pinisepuh yang kami hormati,
Bapak kepala Vihara beserta perangkatnya yang kami hormati,
Ibu Bapak yang kami hormati serta sodara-sodari yang kami cintai.
            Sebulumnya marilah kita menagungkan guru besar junjungan kita Nammo Buddhaya.
Merupakan salah satu berkah Karma baik kita dapat berkumpul dalam acara puja bakti pada kesempatan malam ini tanpa adanya suatu halangan apapun. Walaupun kondisi yang agak dingin, tapi ibu bapak dan sodara-sodari tetap semangat dalam mengikuti kegiatan puja bakti. Pada kesempatan ini mungkin Ibu bapak dan sodara-sodari merasa heran kedatangan orang-orang asing, yang belum pernah bertemu dengan panjenengan semua, kalaupun bertemu mungkin hanya sekilas dijalan. Ibu bapak dan sodara-sodari yang berbahagia kerap kali kita mendengar istilah “tak kenal maka tak sayang”, maka dari itu perkenankan saya memperkenalkan diri saya. Perkenalkan nama saya Andi Setiyono. Saya berasal dari Tuntang, tepatnya di dusun Joyo, desa Tlogo.
Ibu bapak dan sodara-sodari yang saya banggakan, Sebelumnya ijinkan saya duduk di depan sini untuk belajar dhamma bersama bapak ibu di vihara Karuna Phala dan sharing kepada ibu bapak berkenaan ajaran guru Buddha, atau lebih mudahnya saling berbagi pengalaman dan pengetahuan berkenaan ajaran guru Buddha.
Ibu bapak dan sodara-sodari se-Dhamma yang saya banggakan, apakah panjenengan mengetahui di negara mana kita tinggal? Ibu-bapak, kita saat ini  berada di negara Indonesia. Negara yang telah diperjuangkan oleh para leluhur dari para penjajahan. Dan juga, negara kita merupakan salah satu negara yang memiliki bentangan alam yang sangat luas. Coba ibu bapak  lihat, seberapa kayanya kondisi negara kita ini, terbentang dari Sabang hingga Merauke. Negara kita memiliki potensi sumber daya alam yang sangat melimpah, yang berada di air sepertihalnya ikan-ikan yang melimpah, dan cadangan minyak bumi, daratan flora dan fauna yang melimpah bahkan di udara kita terdapat burung yang berterbangan dan berlalulalang dengan bebasnya. Seperti halnya nyanyian Kus Plus:
 “Baukan lautan tapi kolam susu,
 Jaring dan jala cukup menghidupimu,
Tiada hujan-tiada badai ku temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu”
Ibu bapak dan sodara-sodari se-Dhamma yang berbahagia, kondisi tersebut semakin lama semakin berubah dengan munculnya manusia-manusia sampah. Dalam hal ini, seseorang dikatakan sebagai manusia sampah bukan karena mereka terlahir dalam kasta rendah ataupun seseorang yang bekerja sebagai penyapu jalanan. Tetapi dalam Vasala Sutta buddha menjelaskan bahwa siapa saja yang marah, yang memiliki niat buruk, yang berpikiran jahat dan iri hati, yang berpandangan salah dan penuh dengan tipu muslihat dialah yang disebut manusia sampah. Selain itu orang yang memiliki keserakahan, tidak memiliki pengendalian diri seperti para koruptor, mereka mengumpulkan harta kekayaan yang nantinya akan menghancurkan kodisi lingkungan mereka berada dan bahkan mereka semakin merusak diri mereka sendiri, yang membawa mereka terjerat dalam penderitaan
Ibu bapak dan sodara-sodari se-Dhamma kita juga sering kali dalam kehidupan keseharian kita sering melakukan pemborosan. Pemborosan dalam hal ini bukan terbatas pada mengguanakan uang yang semau kita untuk barang-barang tertentu. Tetapi pemborosan itu juga dapat berupa kurangnya kesadaran dalam memanfaatkan segala sesuatu, sehingga menimbulkan peborosan. Contohnya dalam keseharian, di karenakan terburu-buru kita terkadang lupa untuk mematikan lampu dan pam air bersih. Ibu bapak dan sodara-sodari se-Dhamma perlu kita sadari bahwa sebagian besar lampu pada saat ini menggunakan listrik sebagai tenaga untuk menyalakan lampu, begitu pula pompa air. Sedangkan listrik tersebut dapat menyala karena adanya PLTU yang bersumber dari batubara yang ditambang. Dengan semakin sering kita menambang kekayaan alam kita, maka cadangan sumberdaya alam kita akan menurun. Selain itu, proses penambangan yang tidak benar menimbulkan kerusakan besar bagi alam. Hal sepele seperti itu lah Ibu bapak dan sodara-sodari se-Dhamma yang sering kita lupakan yang dampaknya akan semakin besar di kemudian hari.
Dampak dari kurangnya kesadaran menyebabkan ketidak seimbangan kondisi alam. Ibu bapak dan sodara-sodari se-Dhamma mungkin mulai merasakan dampak pencemaran itu, seperti musim yang tak dapat di prediksi lagi, dimusim kemarau yang harusnya kering akan tetapi pada saat ini masih dilanda hujan atau sebaliknya. Sehingga panen sekarangpun juga sulit untuk diprediksi lagi. Selain itu, banyak pula lahan sawah yang kekeringan dan di serang hama: wereng, tikus, dan sebagainya.
Keserakahan manusia menimbulkan hewan-hewan yang ada disekitar kita semakin berkurang. Kondisi hewan saat ini mengenaskan. Banyak hewan yang dijadikan objek perburuan, untuk dimanfaatkan daging, kulit ataupun sekedar koleksi semata. Tanpa disadari kondisi tersebutlah yang menyebabkan kondisi alam tak seimbang. Dengan semakin maraknya perburuan ular maka tikus sawah akan meraja lela dan merusak tanaman penduduk yang menyebabkan gagal panen.
Ibu bapak dan sodara-sodari se-Dhamma yang berbahagia, Menurut panjenengan bagaimanakah kita untuk menjaga lingkungan kita agar tetap seimbang dan lestari dan jauh dari banjir? Untuk menjaga agar alam ini tetap lestari kita dapat memulai dengan menjaga lingkungan kita, dengan cara tidak membuang sampah kesembarang tempat, menghemat listrik dan air, serta tidak melakukan pembunuhan makhluk hidup agar alam ini dapat seimbang sehingga dapat mendukung tercapainya panen yang maksimal. Selain itu, marilah kita belajar untuk selalu sadar setiap saat melalui praktik meditasi. Dengan melaksanakan meditasi batin kita akan tenang dan dapat memiliki kepekaan terhadap masalah yang ada lingkingan kita. Sehingga masalah apapun dapat kita selesaika dengan segera dan bijaksana. Termasuk juga pada permasalahan yang ada di alam ini..
Demikianlah Dhamma singkat yang dapat saya sampaikan. Semoga apa yang telah saya sampaikan dapat dipetik yang bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari. Dan apabila masih terdapat banyak salah-salah kata dalam saya menyampaikan, saya mohon maaf. Sekian terima kasih
Sabbe satta bhavantu sukhi tatha
Semoga semua makhluk hidup berbahagia
Namo Buddhaya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar